Distraction 11
Mature content.
Please be wise 😊.
----
Tatiana tidak tahu bagaimana pada akhirnya mereka berakhir dengan situasi seperti ini. Dirinya duduk dengan bersandar di sisi sofa sementara kepala Daniel berbaring di atas pahanya dengan kedua lengannya yang melingkar erar di pinggangnya. Kepala Daniel menelusup ke perut Tatiana dan seolah terlahir hanya untuk berada di sana.
Tiga puluh menit penuh mereka berada di dalam posisi itu dengan Daniel yang terlelap dengan nyenyaknya namun anehnya, kedua lengannya sama sekali tidak mengendur dan bahkan semakin erat melingkari pinggangnya.
Tatiana tersenyum kecil. Mengusap lembut surai Daniel dan menatap pria yang biasanya tampak begitu berwibawa namun untuk kali ini, mirip seperti seorang pria biasa. Laki-laki biasanya yang merasa takut. Dan rasa takutnya disebabkan olehnya. Daniel takut kehilangannya. Dia takut Tatiana pergi dan itu sudah cukup menjadi alasan bagi Tatiana untuk tinggal.
Tatiana tidak tahu ke mana hubungan mereka akan mengarah. Dirinya tidak berani bermimpi bahwa Marquess yang juga akan menyandang gelar Duke seperti Daniel akan menikahinya. Dirinya hanyalah seorang seniman yang sedari awal memang dianggap sebelah mata oleh semua orang. Meski pun Daniel bersedia menikahinya, Tatiana tidak sampai hati membuat nama baik keluarga Wood tercoreng karenanya.
Dan jika dirinya hanyalah sebuah selingan bagi Daniel, maka Tatiana akan menerimanya dengan sepenuh hati. Tidak apa-apa. Karena saat-saat seperti ini pun sudah cukup baginya untuk dijadikan kenangan indah ketika dirinya menua nanti.
"Menikahlah denganku," gumam Daniel dengan suara serak bangun tidurnya. Matanya sudah terbuka sempurna dan memperlihatkan netra hazel seperti milik Lady Wilona Wood.
"Kau sudah bangun?" ucap Tatiana lembut.
"Menikahlah denganku," ulang Daniel keras kepala.
"Kau pasti masih linglung karena baru bangun dari tidurmu. Perlukah aku mengambilkan kau segelas air?"
Daniel menggeleng. Ia kemudian segera bangkit dan duduk di samping Tatiana. Tangannya dengan erat menggenggam jemari Tatiana.
"Menikahlah denganku. Jadilah istriku dan Marchioness of Riverdale."
Napas Tatiana seolah tercekat. Ada euforia yang membuat seolah dadanya mengembang dengan teramat besar. Dirinya memang tidak mengharapkannya, namun bohong jika ia tidak akan merasa senang atau pun tersanjung. Bahkan pikiran itu baru bersarang beberapa saat lalu di otaknya dan sekarang...
"Daniel, kau pasti sedang bercanda," ujar Tatiana dengan tertawa gugup. Ia berusaha menarik tangannya dari Daniel yang malah semakin erat digengam olehnya.
Ketika tiga detik kemudian Tatiana tidak melihat perubahan ekspresi di wajah Daniel, dirinya tahu bahwa apa yang Daniel inginkan kali ini adalah kesungguhan dari hatinya.
Ia hanya bisa menghela napas panjang. Menarik tangan Daniel dan mengecupnya lembut. "Aku tidak bisa Daniel. Kita tidak bisa."
"Kau sudah setuju untuk tidak meninggalkanku!"
"Benar. Tetapi aku tetap bisa tinggal meski pun kau tidak menikahiku."
Pupil Daniel membesar. Wajahnya jelas terlihat terkejut dan terluka dalam waktu yang bersamaan. "Tidak!"
"Daniel-"
Daniel menarik tangannya cepat. Ia lalu berlalu lalang di depan Tatiana dengan satu tangannya yang mengacak rambutnya. "Aku tidak percaya ini," gumamnya. "Kau menawarkan diri menjadi gundikku?"
Tatiana mengangguk tanpa ragu. "Itu akan lebih baik untuk kita berdua, Daniel."
"Apa maksudmu dengan lebih baik?!" tanyanya dengan suara menggelegar. "Aku memberimu kehormatan menjadi istriku dan kau melemparkan dirimu dan harga dirimu jauh dari yang bisa wanita manapun harapkan! Betapa luar biasanya dirimu!"
Sekali lagi jantung Tatiana terasa di remas dari dalam. Daniel memang sering mengatakan hal-hal yang membuatnya sakit hati. Tetapi mengapa dirinya bahkan tidak bisa berhenti untuk mencintai pria kejam ini?
"Mengapa, Tatiana? Mengapa kau melakukan itu?" tanya Daniel lagi. Namun kali ini suaranya lebih lirih. Dia bahkan berlutut di depan Tatiana. Merangkum wajahnya sehingga mereka berdua dalam posisi yang setara.
Tatiana menggigit bibirnya. Meragu apakah dirinya akan mengungkapkan kerisauannya kepada Daniel.
"My Lord... Aku hanyalah wanita biasa yang harus menghidupi diriku dengan menjual kemampuanku. Banyak orang menilaiku dengan sebelah mata dan jika aku bersamamu, reputasimu akan hancur," bisik Tatiana sendu. "Itu akan sangat menyakitimu, My Lord. Dan itu adalah hal yang tidak ingin kulihat darimu."
Daniel menelan ludahnya susah payah. "Dan tidak mengapa jika mereka mengetahui fakta bahwa kau adalah gundikku?"
Tatiana mengangguk. "Aku sudah terbiasa mendengarnya."
Daniel mengembuskan napasnya dengan lelah. "Itu yang kau inginkan? Menjadi gundikku untuk selamanya?"
Tatiana ingin menggeleng. Mengatakan, atau barangkali berteriak kepada Daniel bahwa bukan itu yang hati kecilnya inginkan. Dirinya bahkan tidak bisa membayangkan jika di masa depan, ia akan melihat Daniel menikah dengan gadis lain dan memiliki anak-anak mereka. Kemudian lambat laun, bisa saja Daniel akan melupakan dirinya. Saat itulah peran Tatiana sebagai gundiknya, sebagai selingannya berakhir.
Tidak apa-apa. Katanya berulang-ulang di dalam kepalanya.
"Baiklah," ucap Daniel dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. "Kalau begitu masalah kita selesai. Lalu, kapan kau akan kembali ke London?"
"Itu, aku..." Tatiana terbata. "Aku harus membicarakannya dengan Mr. Hendon terlebih dahulu."
Daniel mengangguk. "Dan siapa dirinya bagimu, Tatiana?" desis Daniel tidak suka.
Tatiana menggulum senyumnya. "Dia adalah sepupuku dari pihak ayahku."
Alis Daniel terangkat. Dia lalu mengambil duduk di samping Tatiana. Melingkarkan kedua lengannya di pinggangnya.
"Ceritakan mengenai keluargamu."
"Kau ingin tahu?" tanya Tatiana takjub.
"Aku merasa bodoh ketika baru saja tahu bahwa kau adalah keponakan dari Lawson. Aku tidak suka merasa bodoh," gumam Daniel.
"Lawson adalah pamanku dari pihak ibuku. Mereka, ibu dan ayahku menikah di usia muda tanpa restu dari kedua orang tua ibuku," Tatiana menghela napas panjang. "Mereka lalu kabur ke Perancis dan hidup sederhana dengan menjual kemampuan ayahku yang juga adalah seorang seniman."
"Dari sanalah semua bakat senimu," ujar Daniel takjub.
Tatiana mengangguk. "Bisa dikatakan semuanya terlihat sempurna hingga ibuku meninggal ketika melahirkanku. Ayahku menjadi tidak terduga dan ketika usiaku lima tahun dengan aku yang memunculkan bakat seni yang sama, ayah membawaku ke Inggris. Membawaku kepada seseorang yang ayahku anggap bisa membesarkan namaku di sana."
"Apa yang terjadi?"
Tatiana menatap Daniel sendu. Jemarinya terjalin dengan milik Daniel dan ia menyukai fakta bahwa saat ini dirinya sedang berada bersama Daniel. Pada akhirnya mewujudkan mimpinya berdampingan dengannya dan mencurahkan segala perasaannya.
"Mrs. Phenelope adalah seniman yang baik di masa lalu. Kecelakaan membuatnya berhenti bermusik dan pada akhirnya menjadi guruku dengan latihan yang sangat keras. Aku harus melakukan semua yang dia inginkan hingga akhirnya aku tidak tahan dan melarikan diri darinya. Tepat di mana kita bertemu sepuluh tahun yang lalu."
Daniel membasahi bibirnya. Kemudian menatap Tatiana dengan segala perasaan bingung yang selama ini menderanya. "Mengapa kau pergi?"
"Aku takut kau membawaku ke tempat Mrs. Phenelope. Dan juga, sebelumnya aku secara diam-diam mencari seseorang yang bisa membantuku keluar, dan itu adalah pamanku, Lawson."
"Aku mengenal pamanmu. Ayahku bahkan berteman dengannya. Tetapi, bukankah ini tidak masuk akal karena kau sama sekali tidak pernah terlihat-" Daniel tercekat. "Oh Tuhan... Mereka melihatnya dan malah berprasangka bahwa kau adalah simpanannya. Bahkan aku..." Daniel mengerang. Menjatuhkan kepalanya di pundak Tatiana dan menggigitnya lembut.
"Maafkan aku," ujarnya lagi. Kali ini dirinya memberikan ciuman-ciuman di pundak Tatiana hingga menjalar ke lehernya. Ke titik sensitifnya sehingga Tatiana mengerang dan semakin mendekat ke bibirnya yang siap dan terbuka untuknya.
"Maukah kau memaafkanku?" pinta Daniel memelas.
"Tentu saja, My Lord," bisik Tatiana sembari kedua tangannya melingkari leher Daniel. Menariknya mendekat dan memagutnya seolah tidak ada hari esok. Tatiana tidak peduli. Pikiran warasnya sudah menghilang dan digantikan dengan gairah yang menyala-nyala di antara keduanya. Tangan Tatiana mengembara. Membuka kancing-kancing kemeja Daniel dan menyentuhnya ketika semuanya telah tanggal. Tangan Tatiana menjelajah. Begitu pula dengan Daniel yang dengan cekatan membuka kancing dan tali-tali yang mengurung keindahan tubuh Tatiana. Kemudian, ketika tangan Tatiana hampir menuruni tubuhnya dan menyentuh pusatnya yang kini telah membengkak, Daniel menghentikannya. Menangkup keduanya dan membawanya ke atas kepalanya.
Daniel membaringkan Tatiana di atas karpet bulu yang lembut. Dadanya yang tegak menantang naik dan turun dengan menggoda. Napas Tatiana terdengar payah. Wajahnya merona merah dengan bibir yang bengkak.
"Daniel," rengek Tatiana.
"Tenanglah, Manis. Kau akan mendapatkannya..." ujar Daniel dengan mata berbinar yang menatap hidangan lezar di depannya. Bibirnya lalu menyusuri perutnya. Naik dan naik dan menangkup gundukkan payudara itu. Menyesapnya dan bermain-main dengan puting sewarna buah beri yang matang sempurna. Daniel menggumnya. Menghisapnya. Menggigitnya sehingga Tatiana merintih dengan suara yang membuatnya semakin bergairah.
Perhatiannya lalu terarah kepada bibir yang membengkak itu. Menyesap kenikmatan darinya dengan satu tangan yang masih menahan kedua lengan Tatiana agar tidak mengembara. Dadanya bertemu dengan tubuh lembut Tatiana. Gundukkan payudara Tatiana menyentuhnya dan membuat mereka mendesis nikmat. Daniel segera membungkamnya. Sementara satu tangannya yang bebas bermain di putingnya dan turun semakin ke bawah dan ke bawah. Menemukan segitiga milik Tatiana yang terasa lembab dan basah.
Dan tanpa ada sedikit pun keraguan lagi, jemari Daniel memasukinya dengan perlahan. Sementara ibu jarinya melingkari bibir bawahnya. Memberikan kenikmatan yang membuat Tatiana mengerangkan namanya di tengah-tengah lumatan Daniel.
Tubuh Tatiana semakin menggelinjang ketika Daniel memasukan jari kedua ke dalamnya. Membuat gerakan maju dan mundur. Mengocoknya sehingga Tatiana semakin mengerang dan mengerang dengan frustrasi.
"Daniel... Please..."
"Tenanglah, Manis. Aku akan membawamu ke tempat yang kau inginkan," bisiknya di atas bibir Tatiana sementara jari ketiganya memasuki tubuh Tatiana. Membuat Tatiana semakin menggelinjang dan menggila. Daniel lalu semakin mempercepat gerakan tangannya hingga ia bisa merasakan dinding-dinding kewanitaan Tatiana mengetat di sekitarnya dan kemudian, madu hangat milik Tatiana membuncah dan mengaliri jemari Daniel. Seiring bersamaan dengan napas Tatiana yang tersengal seolah telah berlari ribuan mil jauhnya.
Ketiga jemari Daniel sudah tidak lagi berada di sana sementara ibu jari Daniel masih mengusapnya lembut dengan tujuan untuk menenangkannya.
"Daniel," ucap Tatiana lemah ketika dirinya akhirnya bisa mengumpulkan puing-puing pikirannya yang tercecer. Ia lalu mengerjap. Melihat wajah Daniel dengan senyum memikatnya yang sedang menatapnya dengan penuh kasih. Kemudian ia mengernyit ketika tahu bahwa Daniel telah memberinya kepuasan, namun belum mencapai kepuasan yang sama dengannya.
Ia lalu bangun. Menopang tubuhnya dengan kedua tangannya yang sudah dilepaskan oleh Daniel. "Kau belum mendapatkannya," protes Tatiana.
Daniel meringis. Menarik tangannya dan menjilati bukti gairah Tatiana di depan sang pemilik gairah.
"Ini cukup untukku, Manis."
"Tetapi-"
Daniel lalu membantu Tatiana menutupi tubuhnya. Mengancingkan gaunnya dan meninggalkan kosetnya yang rumit. "Kau mau mandi?"
"Ya. Tetapi-"
"Kau mungkin bersedia untuk menjadi gundikku, namun yang perlu kau tahu bahwa aku tidak akan melakukan lebih dari memberikanmu kepuasan selama kau belum bersedia untuk menikah denganku, menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku," ucapnya yakin.
Ia lalu mengancingi kemejanya. Membunyikan lonceng untuk pelayan dan menyuruh mereka menyiapkan peralatan mandi untuk Tatiana dan juga dirinya yang sepertinya harus berendam dalam air yang sangat-sangat dingin.
***
S
atu part lagi sebelum tamat, okay.
Ini novelet pendek. Kalau mau yang panjang ikuti aja cerita Matthew dan Azzura di akun pribadi saya 😘.
Numpang promosi ah,
Historical Fiction berjudul Catching The Duchess by Raadheya open PO 1-20 Feb 2018 😆.
Untuk lebih jelasnya, silahkan berkunjung ke lapak saya ya di raadheya
See you 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top