Distraction 04
Daniel terbangun dengan perasaan yang teramat ringan. Mimpi indah yang berlangsung semalaman nyatanya bagaikan doping bagi tubuh dan pikirannya yang memang harus disegarkan. Dan mimpi itu...
Daniel menghela napas panjang. Masih memejamkan matanya dengan malas di atas tempat tidurnya. Dirinya bisa merasakan sinar matahari hangat yang menembus jendela kamarnya. Menandakan bahwa dirinya sudah sangat terlambat untuk bangun, apalagi untuk melakukan santap pagi bersama keluarganya yang saat ini menginap di kediamannya.
Tetapi Daniel tahu, ibunya akan memaklumi perilakunya hari ini. Dia sudah terlalu lelah bekerja dan ditambah dengan pesta dadakan di kediamannya tentu saja membuat tenaganya terkuras habis. Juga, mimpinya yang terasa sangat nyata semalam juga membuatnya ingin meringkuk lebih lama di atas tempat tidurnya. Sebelum satu alarm dari pikirannya berbunyi. Mengingatkan bahwa siang ini dirinya harus ke House of Lords dan menemui rekan parlemennya.
Daniel mendengkus kesal. Membuka kedua matanya dan menemukan sinar matahari yang menerangi kamar pribadinya. Dia lalu bangun. Merasakan selimut yang turun dan berkumpul dipinggangnya. Menemukan dirinya yang ternyata telanjang di balik selimut.
Ia berdecak kesal. Tiba-tiba teringat akan pesan ayahnya untuk selalu menjaga kewarasanya. Jelas meminum banyak anggur telah membuatnya kacau. Tidur telanjang seperti bayi bukan kebiasannya. Dia selalu memakai celana pendek meskipun tubuh bagian atasnya tidak ia tutupi.
Daniel lalu segera membunyikan lonceng. Meminta pelayan untuk menyiapkan air mandi dan membereskan kamarnya. Ada aroma azalea yang tertinggal di ruangannya. Aroma yang mengingatkan dirinya kepada Miss Sherrington yang cantik, namun dibencinya.
Dirinya lalu terkekeh. Merasa lucu bahwa mimpi indahnya adalah sebuah malam panas penuh gelora dengan wanita yang diakuinya paling dirinya benci. Oh Tuhan... Sepertinya Daniel sudah tidak waras.
Satu jam setelahnya, Daniel berniat untuk menemui kakak dan ibunya yang ia tahu berada di ruangan mawar. Melakukan kegiatan wanita sembari mengawasi kedua putri Arabela yang cantik.
"Dia menghilang. Kurasa semalam dia tidak menempati kamarnya," ujar Arabela. "Apakah anak bodoh itu menyakitinya?"
Langkah kaki Daniel terhenti. Merasa tertarik untuk mendengar pembicaraan kakak dan ibunya daripada masuk dan menyelanya. Siapa yang sedang mereka bahas?
"Ma, apakah kita tidak perlu memberitahunya mengenai gadis itu?"
"Tidak, Bela. Biarkan Daniel mengingatnya sendiri. Kita tidak perlu membantunya."
"Tetapi dia tidak ada. Kurasa kabar bahwa dia akan menetap di Perancis benar adanya. Mungkin semalam adalah kali terakhir kita melihatnya."
Lady Wilona terdiam. "Jika itu adalah pilihannya. Kurasa dia sudah memikirkannya dengan matang."
"Aku merasa bersalah. Tidakah kita perlu memberitahunya?"
Lady Wilona kembali menggeleng. "Kita tidak perlu melakukan apa-apa, Bela. Kau tahu bagaimana sikap Daniel."
"Memangnya bagaimana sikapku?" Tanya Daniel yang memutuskan masuk ke dalam pembicaraan mereka. Dia sudah mendengar sampai sejauh ini dan tidak paham siapa yang mereka bicarakan. Atau, apa yang mereka maksudkan.
Arabela mendengkus kasar. "Sikapmu yang dingin dan kasar kepada para lady. Kau tidak menyadarinya ya?"
Daniel mengernyit. "Aku? Kasar?"
Arabela lalu bangun. Menjewer telinga Daniel sehingga pria itu memekik kaget.
"Ya. Kau! Dasar adik tidak berguna! Bahkan untuk menyenangkan hati seorang gadis ketika berdansa saja tidak bisa dan malah membuatnya sakit!"
"Siapa yang sakit?" Bantah Daniel cepat.
"Tentu saja Miss Tatiana Sherington!" ujar Arabela kesal. Ia lalu melepaskan tangannya dari telinga Daniel. Menyedekapkan tangannya di bawah dadanya dan menatapnya tajam. "Katakan Young Man! Apa yang sudah kau katakan kepadanya semalam?"
Daniel mengendikkan bahunya tidak peduli. Memilih untuk menyapa ibunya dan memberikan kecupan di pipinya.
"Aku tidak mengatakan hal yang salah," katanya ringan. Ia lalu memberi perhatian kepada ibunya. "Bagaimana kabarmu, Ma?"
Lady Wilona menghela napas panjang. Kedua tangannya yang hangat meremas tangan putranya dan memintanya duduk di sampingnya.
"Mama tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian," mulainya. "Hanya saja, Daniel. Teruslah ingat bahwa kau memiliki Mama, Bela, dan banyak keponakan perempuan. Pikirkan mereka ketika kau berniat menyakiti para wanita," pesannya sungguh-sungguh.
Daniel menelan ludahnya susah payah. Merasa bahwa ibunya sedang memberika teguran untuknya atas sikapnya kepada Miss Tatiana Sherington. Satu hal lagi yang membuat Daniel semakin membencinya.
"Ma..."
"Mama hanya tidak ingin kau menyesal. Dan meskipun bukan kepada Miss Sherington, kau juga tidak boleh bersikap kasar kepada wanita."
Daniel terdiam untuk beberapa saat. Membantah ucapan ibunya tidak pernah menjadi tabiatnya dan dirinya tidak akan memulai hal itu hari ini. "Maafkan aku..." ujarnya lemah.
Lady Wilona lalu mengusap rahang putranya dengan lembut. Kemudian mengatakan, "Papamu sudah terlebih dahulu berangkat ke House of Lords. Dia bilang kau akan menyusulnya."
Daniel mengangguk. "Aku masih memiliki waktu sebelum pergi. Papa barangkali harus berurusan dengan Lawson tua terlebih dahulu."
"Ah! Pria pesolek itu!" Cibir Arabela tidak suka. "Aku tidak menyukainya bahkan ketika dia dengan mata rubahnya menatap putri-putriku."
"Dia tidak akan menyentuhnya, Bela. Aku akan memastikannya."
Arabela mengangguk. "Aku hanya mengatakan tidak menyukainya. Daripada itu, aku heran mengapa dia masih berada di parlemen dengan usianya yang tidak muda lagi."
Daniel membenarkan di dalam hati. Ia juga tidak begitu menyukai Lawson tua karena keberadaanya seolah menjadi yang paling benar di dalam parlemen. Apalagi sejak ayahnya tidak lagi berada di sana, Lawson bertambah semena-mena dan sungguh, jika bukan untuk menjaga nama baik keluarganya, Daniel pasti sudah mengusirnya. Perilaku amoralnya kepada pada lady dan wanita terhormat sudah melegenda. Dan salah satu yang membuatnya muak adalah kabar kedekatannya dengan Miss Sherington. Sudah menjadi rahasia parlemen bahwa Lawson adalah penyokong dana utama bagi Miss Sherington. Itulah sebabnya, mengapa seorang seniman bisa bersikap dan memiliki gaun seindah milik para lady.
Kesimpulan yang bisa diambil selanjutnya adalah, bahwa Miss Sherington pasti memberikan pelayanan yang memuaskan kepada Lawson tua. Itulah yang bisa dia berikan kepadanya.
Ck. Daniel benar-benar merasa kesal saat ini. Energi positif akibat mimpi indah yang membara dengan panasnya sudah menghilang karena pikiran jelek itu.
Dan bagaimana Daniel bisa melupakan fakta itu? Dirinya pasti sudah gila.
"Aku akan pergi, Ma. Sampai berjumpa nanti malam," pesannya kemudian.
Beberapa saat kemudian, di depan House of Lords, Daniel bisa melihat kerumunan yang terbentuk. Merasa harus ikut campur atas masalah yang terjadi, Daniel lalu menerobos kerumunan. Menemukan Lawson tua yang sedang memukulkan tinjunya kepada rekan kerjanya, Samuel Chadwick.
"Apa yang terjadi? Astaga! Seseorang pisahkan mereka!" Ujarnya dengan suara menggelegar. Tubuh besar Daniel segera berada di antara keduanya. Menghalangi Lawson memberikan pukulan kepada Samuel sementara seseorang mulai memegangi Lawson.
"Hati-hati dengan ucapanmu, anak muda!" Desis Lawson sebelum dia menghentak lengan yang menahannya. Mendelik kesal kepada Samuel sebelum dirinya pergi dan naik ke dalam kereta kudanya.
Daniel menghela napas panjang. Membantu Samuel berdiri dan menepuk bahunya. "Kau membuatnya marah. Apa yang terjadi?" bisiknya penasaran. Kerumunan lalu mulai bubar ketika Samuel yang dibantu oleh Daniel segera memasuki bangunan House of Lords. Daniel menggeleng kecil. Tidak percaya bahwa ia akan menyaksikan perkelahian di depan bangunan terhormat ini. Lawson dan Samuel pasti akan mendapatkan teguran. Dan Daniel tidak akan membela satu pun di antara mereka. Dia terlalu sibuk dengan urusannya dan tidak berniat untuk menambah daftar pekerjaannya.
"Pria tua itu hanya terlalu sensitif karena wanita," jawabnya sambil terkekeh.
Daniel lalu membuka ruang kerjanya. Menemukan tumpukan dokumen yang sepertinya tidak akan pernah berakhir. Dia segera duduk di kursinya, sementara Samuel mengekori dan duduk di salah satu kursi di hadapannya. Samuel memang rekannya, tetapi dia bukanlah seolah yang memiliki gelar terhormat seperti Daniel. Dia hanya pembantu Daniel, jika itu adalah satu-satunya pilihan yang tepat.
"Aku mendengar dari Warwick bahwa Miss Sherington meninggalkan Inggris hari ini," jelas Samuel yang menyebabkan gerakan tangan Daniel terhenti. Namun itu hanya sesaat karena detik berikutnya, Daniel segera mengambil berkas dan mulai menelaahnya dengan telinga yang masih mendengarkan penuturan Samuel.
"Warwick berspekulasi bahwa wanita itu tidak akan kembali mengingat barang yang dia bawa. Sepertinya kabar bahwa Miss Sherington akan menikah dengan salah satu bangsawan Perancis adalah benar. Meninggalkan Lawson tua adalah pilihan yang bijak. Karena itulah aku bertanya kepada Lawson apakah dia telah bangkrut sehingga membuat Miss Sherington yang cantik meninggalkannya."
Lagi, gerakan tangan Daniel terhenti. Dia lalu menatap Samuel dengan sangsi dan mencibir. "Kau memang bodoh dan pantas mendapatkan pukulan itu."
Samuel meringis. "Mungkin aku memang sudah keterlaluan walaupun itu bukan alasan mengapa Lawson memukulku."
Daniel merasa tertarik. Sehingga kemudian dia bertanya, "Dan sebabnya adalah?"
Samuel menggosok lehernya dengan kikuk. "Aku menanyakan berapa uang yang harus kuberikan untuk satu malam panas bersama Miss Sherington. Aku tahu itu tidak mungkin terjadi karena wanita itu sudah pergi dan tidak akan kembali tetapi entah mengapa Lawson kemudian-"
Bought!
Dan satu tinju yang dilayangkan Daniel, bersarang di wajah Samuel.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top