Waketos Super Vs Gamer [SF-A2 Miki x Utatane Piko]
Update lagi yoyoyo~
Jeje sudah tidak kuat didemo oleh readers \(U~U)/
Jeje juga kebelet ngetik OTP anjer /flip/ /har har/ /BUKANLINE
Yup, let's start!
~Jejekeju Presents~
~Waketos Super Vs Gamer~
>happyreadinggggggggggggg<
***
"Baik, rapat hari ini cukup sekian, ya. Ada pertanyaan?"
Semua orang di ruangan itu menggeleng.
"Untuk Yukari, jangan lupa besok bawa proposal yang udah diketik. Besok kita ada rapat lagi, sekalian dibahas sama guru kesiswaan. Oke?"
"Siap(,kak)!" ujar seluruh pengurus OSIS.
"Sekarang boleh pulang."
Sepeninggal para pengurus lain, Miki masih menyempatkan diri menyapu ruang OSIS. Setelah itu, ia mengunci pintunya dan pulang.
"Ei, Mik!"
Miki menoleh, mendapati Iroha.
"Belom pulang, Ir?"
"Belom. Abis dari perpus."
"Hmm..." Miki menggumam, "...pasti 3NG."
"Hah?"
"Ngadem, ngecas, ngegame." ujar Miki santai.
"Yee, tau aja lu! Lagian kan tiap hari Minggu reset RP! Gue belom balap si Piko, nih!"
"Piko? Oooh, Piko masih main game itu toh." ucap Miki sambil menyimak game yang dimainkan Iroha.
Dia juga salah satu pemain, tapi saat ini dia sedang pause. Banyaknya tugas, rapat, dan event sekolah membuatnya pusing mengatur waktu. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu.
"Gue pulang duluan ya, Ir! Lu jalan sendiri gapapa, kan?"
"Okelah, gue juga masih mau ke warnet bentar..." ujar Iroha.
***
Miki menuju ke rumah keluarga Utatane. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk. Ia tahu orang-orang disana sudah mengenalnya.
Lagipula, saat ini, di rumah itu hanya ada satu orang. Miki tahu dimana dan dia langsung menghampiri orangnya.
Berawal dari SMS (kampret) yang berisi :
"Miki, tolong jagain Piko ya. Tolong Pikonya diingetin suruh makan, mandi dll. Tante udah nyerah nyuruh dia. Lagian tante sama om ada kerjaan keluar kota berapa hari nih. Ibunya Piko"
Hadeh, mentang-mentang temen masa kecil Piko yang bisa diandelin cuma Miki. Apa-apa Miki yang jadi repot. Bukan cuma sekali dua kali orangtua Piko memberi amanat begini padanya.
"An***g, gitu aja gak bisa! DASAR GO***! BA*I***N! K*NT**! NG*NT** LU! DASAR TUKANG C**I!"
(no sensor ver : Anting, gitu aja gak bisa! DASAR GOLOK! BARINGAN! KANTOR! NGANTOR LU! DASAR TUKANG CARI!)
Miki geleng-geleng kepala lihat Piko yang misuh-misuh sambil pukul meja komputer. Sekarang si kepala uban malah sibuk melampiaskan emosi dengan menonjok CPU dan menabok monitor.
"Hadeh Pik, banyak lho sekolah yang fasilitas komputernya kurang memadai sampe-sampe UNBK-nya dibagi banyak sesi. Lu jangan seenaknya nabokin si pasokon dong." ujar Miki.
"TRACK WIN GUE UDAH 50 KALI SEKARANG AMBLES NIH!" teriak Piko frustasi.
Emang sakit rasanya kalo juara bertahan dikalahin. Yep, mempertahankan emang lebih susah daripada merebut.
"Udah, lu makan dulu. Siang ini belom makan ya gak?"
"Nanti!"
"Halah! Lu tuh laper makanya emosian! Kayak singa tau gak!"
"Ngejar point nih lho!"
"Point lu masih banyak kan? Sante aja! Gak bakalan ada yang ngebalap kalo jaraknya 1 juta!"
"Gue belom dapet barang eventnya nih! Nanti sore dah ganti event! Lagian ability-nya lumayan sreg sama cara main gue! Rugi kalo ga dapet!"
Duh, kata-kata ini lagi. Miki lumayan kesel dengernya, walaupun dia setuju.
Yaudah, Miki bales aja pake kata-kata andalannya.
"Dengerin. Makmu yang nyuruh gue ngingetin lu makan, buatin lu makan, bersihin kamar lu, dan lain-lain. Bukan kemauan gue. Lu harusnya DENGERIN GUE. Paham?"
"Haaaaaah. Iyaaaaaah. Satu wave lagi gue makan."
"Gitu dong."
Miki langsung menuju meja makan. Menengok apakah ada lauk yang disiapkan. Dan ternyata gak ada. Mau gak mau dia harus masak.
Kasian anak orang.
Kebetulan di kulkas ada telur, daun bawang, dan sosis. Miki mengeluarkan jurus andalannya.
Scrambled egg.
Lebih kerennya telor orak-arik.
Telur dipecah, dikocok, dicampur dengan daun bawang dan sosis yang sudah dipotong-potong. Panaskan minyak, lalu goreng. Sreng sreng sreng, kasih garam, jadi.
Dua porsi telur dan nasi sudah siap. Miki meletakkannya di meja makan.
"HEH UBAN! MAKAN!"
"IYA NANTI GUE TURUN!"
Miki menghela napas. Ia mengambil kecap yang terletak di meja. Setelah itu, Miki membawa piringnya dan makan di ruang tengah sambil menonton TV.
Setelah menghabiskan satu piring, ia teringat kalau ia tidak bawa baju ganti.
Yah, menjaga Piko itu harus dengan pengawasan ketat 24 jam. Pengalaman Miki satu tahun yang lalu, ketika ia harus menjaga si uban selama 2 hari. Miki kesal dengan kelakuan Piko, sampai-sampai tidak mengingatkannya untuk makan. Hasilnya, keesokan harinya Piko pingsan di sekolah karena maag kambuh.
Bukan emaknya Piko yang marah, tapi emaknya Miki.
Si rambut cherry pun pamit pada Piko yang masih gregetan sendiri di depan layar komputer.
"Oit, gue pulang dulu ambil baju. Nasinya dibawah, jangan lupa diambil!"
"Iye iye! Satu wave lagi!"
Satu wave, satu wave, satu wave. Hadeh.
***
Lima belas menit kemudian, Miki tiba di rumah keluarga Utatane dengan membawa pakaian ganti, seragam untuk besok, dan sejumlah uang yang ternyata dititipkan ibu Piko pada ayahnya, Furukawa Mikio.
Dasar osana-najimi.
Saat Miki masuk, ada sesuatu yang membuatnya kesal.
Piko belum menyentuh makanan yang ia buat.
Wahai readers tercinta, ketahuilah perasaan ibu kalian kalau kalian tidak cepat-cepat makan masakan yang disiapkan /apaini/ /renunganlewat/ /jangannangiswoy/
Dengan aura galak dan membunuh, Miki membawa sepiring telur orak-arik dan segelas air ke kamar Piko.
BRAK!
"MAKAN BANG!"
Yanglek? Entahlah.
"Main game aja terus sampe lady gaga duet sama opick!"
"Belom selesai nih!" ucap Piko sewot. Masih terfokus pada game.
Miki meletakkan piring dan lain-lain di meja kecil. Memikirkan bagaimana caranya membuat si shota ubanan ini berhenti main game.
Stopkontak di belakang pintu menarik perhatiannya.
"Wooke, mantap-"
PET!
"HAH!?"
Piko menatap layar komputernya yang mendadak gelap. Lalu iris heterokrom-nya beralih pada Miki.
Si rambut cherry tersenyum penuh kemenangan dengan kabel di tangannya. Miki berjuang keras menahan tawa melihat ekspresi kaget bercampur marah Piko, apalagi melihat sedikit genangan air mata di bawah kedua iris Piko yang berbeda warna.
Imut.
/jejenosblit/
"Jahat!" Piko bersedekap. Membuang muka.
Miki ingin tertawa sampai menangis.
"Makanya makan dulu! Kamu tuh laper!"
"Huh!"
KRUYUUK~
Oke, Piko, perutmu tak bisa berbohong kalau kau memang lapar.
Miki menyodorkan sepiring nasi dan telur orak-arik. Piko mengunyahnya dengan ogah-ogahan.
Seenak apapun masakan Miki, tetap tak ada rasanya kalau yang makan lagi ngambek.
"Jelek." ejek Miki.
"Cerewet!" semprot Piko.
Miki mengedarkan pandangan dari ujung ke ujung kamar Piko. Keadaannya sungguh 'rapi'.
Seragam tergeletak di kasur, kaus kaki di lantai, wadah kartu memori PSP bertebaran, rak buku amburadul, dan jangan lupakan kancut yang nangkring di atas speaker.
"Hem... Kancut biru donker... Kayak yang bulan lalu..."
Piko yang mendengarnya langsung menarik barang yang dimaksud dan melemparnya ke keranjang cucian.
Sialnya, nggak masuk.
"Pffffffttttt--"
"JANGAN KETAWA!" jerit Piko malu.
"Seragamnya singkirin sekalian! Jorok bener!"
Piko hanya diam dan melakukan apa yang diperintah Miki. Lalu, ia melanjutkan makannya.
Selesai makan, ia kembali ke hadapan meja komputer.
"OIT! BERESIN DULU KAMARNYA!" amuk Miki.
"IYA AH! CEREWET!"
Piko mulai membenahi wadah kartu memori. Miki turun sambil membawa piring dan gelas yang sudah kosong. Sialnya ia terantuk di tangga.
PRANG!
"Aduuuh!"
Dagunya terbentur sampai memar. Piring yang dibawanya pecah. Air yang tersisa di gelas tumpah.
"Miki!?"
Piko menuruni tangga, membantu Miki berdiri. Miki mengaduh.
Si helai putih langsung membereskan kekacauan di tangga sementara Miki mengobati dirinya.
"Masih sakit?"
"Nggak tau."
"Terserah, deh." Piko naik ke kamarnya lagi. Miki mengikutinya, sebab ia tak yakin Piko akan beres-beres.
Ternyata ia salah.
Rak buku sudah rapi, selimut terlipat, bantal tertata, amunisi game-nya juga tersusun. Miki tersenyum.
"Nah, kalau gini kan cantik."
"Yes... Just like you." bisik Piko.
"Just like you? Iya Pik, lu cantik."
"WHAT!?"
Miki tertawa, berlari ke bawah.
***
Tak terasa hari sudah sore. Miki meletakkan takoyaki yang ia beli untuk Piko di meja. Ia sudah mandi, sudah menyiapkan buku, seragam juga sudah.
Waktunya santai.
Miki menghidupkan televisi, berbaring di sofa, mengatur posisi bantal.
Sepuluh menit kemudian, malah televisi yang menonton Miki.
Piko yang merasa lapar turun ke bawah. Ia bingung kenapa Miki tidak berteriak-teriak menyuruhnya makan. Miki juga tidak mengingatkannya untuk mandi.
Shota shota bau hih.
Sesampainya di meja makan, ia melihat sebungkus takoyaki yang ternyata sudah agak dingin. Lalu ia meletakkannya di rice cooker.
Sambil menunggu agak hangat, Piko memutuskan untuk mandi. Ketika melewati ruang tengah, ia melihat teman masa kecilnya yang tertidur di sofa.
Rambutnya tergerai, tetap indah walau berantakan. Ahoge berbentuk bulan sambit yang mencuat dari kepalanya kini menjadi lurus.
'Ah, dia pasti lelah mengurusku.' batin Piko.
"Hei, Miki..." Piko berusaha membangunkannya, menyuruhnya pindah ke kamar tamu. Tapi gagal, si surai jingga masih tertidur pulas.
Piko menghela napas. Sebenarnya, ia ingin mengucapkan terima kasih karena Miki sering repot mengurusnya. Matanya yang berbeda warna kembali mengamati wajah manis Miki. Kemudian ia kembali ke ruang makan.
***
Kelopak matanya terbuka, menampakkan iris merah cherry berkilau miliknya.
"Aku... ketiduran?" tanyanya pada diri sendiri. Ia berada di ruang keluarga, tidur si sofa. Seingatnya, semalam ia menonton TV, tapi sekarang sudah mati.
Untunglah. Nanti dia yang disalahkan kalau tagihan listrik keluarga Utatane mendadak mahal.
Tunggu. Darimana asal selimut ini?
Miki beranjak dari sofa, melipat selimut bermotif geometris yang tiba-tiba menutupi tubuhnya.
Lalu ia menyadari kalau ada remaja laki-laki berwajah manis yang tidur di lantai.
"Oh, ini kerjaanmu."
Miki mengembalikan selimut tadi ke kamar tamu. Ia kembali ke ruang keluarga.
Tangannya menyibak helaian rambut Piko yang menutupi mata.
Sialan, manis sekali.
"Hei..." bisik Miki. "...bangun."
Perlahan, Piko memperlihatkan iris emerald dan lazuardi miliknya.
"...pegeeel..."
"Makanya jangan tidur di lantai." ucap Miki sambil membantu Piko berdiri.
"Oh iya... Mik..."
"Apa?"
"Makasih. Maaf kalau aku dan keluargaku sering ngerepotin kamu. Aku tau kamu udah banyak kerjaan di sekolah, ditambah lagi harus ngurus aku. Makasih buat semuanya..." kata Piko sambil menundukkan kepalanya.
"Nggak apa-apa kok. Ini hal biasa buat aku." ujar Miki sambil tersenyum.
"Kamu tau nggak, kenapa Ibuku selalu nyuruh kamu jagain aku?"
"Iya ya. Kenapa sih?"
"Ibu mau... jodohin kita..." tutur Piko dengan wajah memerah.
"APA!?"
Miki melotot pada Piko yang masih tertunduk.
"Beneran... Ini semua... keinginan Ibu. Tapi... aku... mau kok. Kamu...?"
"Sebenarnya sih..." Miki menyentuh pipi Piko. "...aku setuju."
***
E.N.D
/hadoh/
Haeeeee... Jeje up lageh... Hadeeeh...
Tidak seindah ekspektasi jeje /apaan/ apalagi realita #jejejombs
Kalo gitu... udah yaaaaaaa~ jeje mau kejar rp getrich /dilempar
-Jejekeju-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top