Happy Beach [Fukase x V Flower]
A/N :
SIAPA YANG KANGEN JEJEH? /ditabok
Ehem, pairing ini muncul karena diskusi (sarap) tingkat tinggi dengan meja bundar /plak!/ maksud saya dengan istrinya Mafumafu /kurasa kalian bisa tebak itu siapa :v/
Dimulai dengan pertanyaan simpel : SHIP SI HODE SAMA SIAPA YA? (hmm) (har har)
Dan setelah dipikir cetek-cetek(?), Jeje kepikiran pairing ini XDD
Nyari fan art nya susah /nangis/ tapi, coveran yang ada mereka berdua udah lumayan banyak, lhoo~ cek saja di channel youtube ~Anii Angepal~ XDD
Yang di mulmed itu hanya salah satunya >w<
***
"FU-KA-SEEEEEH!" teriak Flower di depan rumah minimalis bercat merah. Tak sampai lima menit, seorang remaja bersurai merah keluar.
"Ape?" tanya Fukase yang sedang menyesap es teh. Jam 6 pagi minum es teh? Namanya juga orang haus, kalo orang laper kan makan /ekh
"Katanya ngajak ke pantai? Jangan bilang kaga jadi!" seru Flower.
"Oliver kaga jadi ikut. Males katanya." ucap Fukase. "Berdua aja gimana?"
"Berdua? Yo wes rapopo, daripada beres-beres rumah." jawab Flower. Menghabiskan hari yang indah di pantai bersama sahabat? Pasti menyenangkan.
Ternyata takdir tidak mengijinkan mereka hanya menjadi sahabat.
~Happy Beach~
By Jejekeju
~Happy Reading Coeg~
"Cepetan, keluarin sepeda lu!" seru Flower yang sudah siap cabut dengan sepeda merek United.
"Otewe!" respon Fukase yang sudah memakai topi, kemeja motif kembang-kembang (jangan bayangkan motif feminin, bayangkanlah motif kamboja, oke?) dan menenteng ransel merah.
Setelah menaikkan pintu garasi, nampaklah mobil sport milik kakaknya, Mew, vespa dengan kunci yang nyangkut di lubangnya, dan skateboard. Nggak ada sepeda.
"Oh iya. Tadi sepedanya dipake si kakak jelek. Kayaknya sepedaan bareng komunitas." Fukase menghela nafas. Begitu juga Flower.
"Gini aja. Lu naik vespa, ntar gue pegangan di jok belakang. Gimana?" saran Flower.
"Jangan, ntar lu pegel. Mending sekalian gue boncengin. Sepeda lu masukin aja kesini." balas Fukase.
"Masukin kemana hayo~"
"Ke garasi lah, bego."
Flower menuntun sepedanya, memarkirkannya di garasi Fukase. Fukase naik ke vespa.
Tangan putihnya memegang stang, kakinya menginjak gas.
DRRRR! OTOKOTOKOTOK--OTOK OTOK OTOK--BROOOOOT!
Asap hitam keluar dari knalpot. Memang tidak begitu banyak, tapi sudah cukup untuk menandakan kalau vespa itu tidak layak pakai.
"Vangke..." gerutu Fukase.
"Kita jalan kaki aja gimana?" usul Flower lagi.
Cewek yang mau jalan kaki 10 km ternyata masih ada bruuh!
"Ntar pulangnya tepar dijalan." Fukase melirik mobil Mew. "Coba kita naik ini."
"Emang lu... bisa bawa mobil?" Flower jadi ragu. Yah, soalnya Fukase itu kalau naik sepeda suka jumping-jumping di trotoar. Kalo dia bawa mobil jumping-jumping kek kuda lumping kan bisa berabe.
"Heh. Jangan remehin gue. Gini-gini gue bisa bawa mobil." ujar Fukase sok cool sambil naik ke mobil. "OH IYA. Kuncinya belom gue pasang."
Flower sweatdrop. Fukase ngambil kunci yang dicantolin di gantungan deket rak sepatu.
Kuncinya dimasukin terus diputer. Oke, masih normal. Karena dia masukinnya ke lubang kunci, bukan lubang knalpot.
Mobil udah dihidupin. Setelah dipanasin bentar, akhirnya Fukase keluar dari garasi sambil bawa mobil sport hitam. Lalu, dia keluar dari pintu pagar.
Keliatannya sih normal-normal aja. Soalnya Flower belom naik.
Setelah mengunci garasi dan menutup pintu pagar, Flower duduk di sebelah Fukase.
"Berangkat bruh!"
"Yoi!"
Fukase menginjak gas, dan--
"Oke, pelan-pelan aja--XIANYING! JANGAN LANGSUNG NGEBUT GINI OI!"
Topi Flower (sebenarnya orangnya juga, sih, saking entengnya) hampir terbang karena Fukase yang bawa mobil kayak orang dikejar setan. Ngebutnya minta ampun. Udah gitu, dia nyetir kayak pegulat. Banting setir kiri, banting setir kanan.
Bagi Flower, ini lebih ngeri dari roller coaster yang dia naikin minggu kemarin.
"WEEEEH! AWAS TONG! ADA AYAM! KIRI KIRI--HEEEH KUCING KUCING! KANAN KANAN! AWAS ADA BOCAH WOY! JANGAN KEMEPETAN! EH ADA ANJING! MONYEEET! BABII!" Flower mendadak berubah menjadi Yanglek kw 2.
"MANA? Kaga ada monyet sama babi tuh!"
"HAYA ELU ITU MONYETNYA! LAGIAN LU JUGA LUMAYAN MIRIP BABI!"
"Udah disupirin, banyak bacot, teriak-teriak, ngejek lagi! Gak tau terima kasih banget dah!" seru Fukase sambil ngerem dadakan.
Dia udah ngegas dengan penuh napsu tapi traffic light-nya malah ganti warna merah sebelum dia lewatin.
Kan kampret.
"Kalo gue dipanggil Tuhan gimana coeg?" ujar Flower yang udah agak lega gara-gara Fukase mandeg.
"AMIN YAALAH, AMIN!" ucapan Fukase barusan sukses membuat dahinya benjut dijitak Flower.
"AMIN ENTHASMU!"
Tak sampai setengah jam setelah kejadian jitakan maut, mereka berdua sampai di pantai Uvuvwevwevwe (pantai apa itu --") yang biasa mereka kunjungi.
"Cepet juga yak, kalo pake mobil." ujar Fukase sambil mencabut kunci.
"Emang. Walaupun lu kagak ngebut juga nyampenya tetep cepet, gemblung!" ujar Flower dengan kaki gemetaran akibat kengawuran Fukase dalam menyetir.
"Ebuset, baru setengah 7. Makan yok!" ajak Fukase.
"Ayok! Lu kayaknya butuh makan deh!" ujar Flower. "Biar jadi kayak orang!"
"Yanglek kw..." geram Fukase.
Mereka menghampiri warung kecil langganan mereka yang terletak tidak begitu jauh dari tempat parkir. Suasana masih sepi, padahal biasanya warung ini paling ramai kalau dibanding tempat lain. Murah sih.
"Bang Akai! Pesen kayak biasanya ya!" seru Fukase.
"Weh, si Kase. Kok tumben cepet datengnya?" ujar Akaito sambil meracik bakso ikan langganan mereka berdua.
"Naik mobil, Bang! Lagian Fukase nyetirnya kayak Valentino Rossi kebelet boker!" jawab Flower yang masih deg-deg serrr.
"Fukase bawa mobil? Emang udah punya SIM?" tanya Akaito sambil meletakkan dua mangkok bakso ikan di meja.
"Belom dong." Fukase nyengir.
"Gak boleh gitu, Se. Nanti kalo kena tilang, urusannya ribet. Apalagi kalo sampe kecelakaan. Tapi yang paling ngeri..."
"Apa, bang?" tanya Fukase dengan nada takut tapi bercanda.
"Itu mobil siapa?"
"Mobil kakak gue..." Fukase pasang tampang horror.
"Tuuuuuuh..." ucap Akaito.
"Jangan ngawur lagi lu..." ujar Flower sambil ngaduk bakso.
Beberapa menit selanjutnya hening, karena mereka sudah mulai makan. Tak sampai sepuluh menit, mangkok Fukase sudah bersih, bahkan kuahnya juga. Hampir nggak ada bedanya sama mangkok yang baru dicuci.
"He, Flo."
"Paan?" Flower masih sibuk dengan bakso jumbonya yang sengaja dimakan terakhir.
"Hari ini, gue bakal..." Fukase menarik napas dalam, "...ngilangin status jomblo gue!"
"OHOK! OHOK!" Flower keselek. Setelah minum jeruk hangat yang tadi dipesan, ia melotot ke arah Fukase. "YAKIN LO!?"
"Beneran. Sumpah."
"Kalo lu gagal, gocap!" ujar Flower.
"Hehe, boleh. Tapi kalo gue berhasil, lu yang ngasih gue gocap. Oke?" Fukase nyengir.
"Oke. Gue tunggu kegagalan lu." Flower menyeringai.
Fukase menemui Akaito dan membayar yang sudah ia pesan sebelumnya. Flower masih diam di tempat.
Ia merasa... aneh.
Kenapa ia... tidak rela? Tidak rela Fukase bersama perempuan lain selain dia?
Padahal, Fukase hanya teman biasa. Oke, sahabat. Oke, kadang-kadang nyebelin. Oke, kadang-kadang suka ngutang.
Flower emang pernah denger benci jadi cinta. Tapi kalo sebel jadi cinta, kayaknya belom. Bukannya beda tipis ya? Au ah.
"Oy, ngelamun mulu lo!"
Flower tersentak. Fukase geleng-geleng.
"Dah, sini! Dah gue bayarin!"
"Tumben baik." ucap Flower santai. Walaupun di dalam hati udah deg deg ser.
***
Ternyata Fukase beneran niat cari pacar.
Entah berapa kali Flower liat Fukase ngajak kenalan, mulai dari cara yang biasa sampe yang nggak biasa. Karena ini Fukase, cara biasa pun kelihatan nggak biasa di mata orang.
Sableng.
"Heyya ladies! I'm Fukase, who will take you to a better future. Let's go to the first step. Be my girlfriend. Will you?"
Cewek-cewek yang digodain ngakak. Kenapa? Tolong baca kalimat diatas dengan ejaan Indonesia, ya. Jangan lupa tambahkan bumbu terbata-bata.
Oke, baru satu.
"Mas, mas!"
"Kenapa, dek?"
"Pinjem ukulelenya, dong!"
"Oh, boleh! Nih!"
Kalo menurut Jeje sih, mas-mas yang tadi mau minjemin Fukase ukulele karena Fukase dikira anak kecil yang kepo sama alat musik.
Yawah, Fukase dah gede mas! Cuma kurang tinggi aja /plak!
Singkat cerita, dengan ukulele ditangan, Fukase mulai ngedeketin sekelompok cewek lain.
Hajime to owari, no iranai imi
Kono kokoro no jou, hatsu eto
Dareka jinsei, mou oboteru ka
Kyouki no mado kara, sayounara
Wuih, kece. Itu yang pertama dipikir oleh cewek-cewek, termasuk Flower.
Ko-o-o-nichiwa-a-a watashi, a-a-awanakatta-a-a darou?
JRENG! JRENG GENJRENG GENJRENG!
"HIH MUSIKNYA FALES!"
"PERGI YOK PERGI!"
"SEPET DENGERNYA AH!"
"Noh!" salah satu dari mereka memberikan sesuatu pada Fukase. Ternyata dia dapet gocengan.
Flower nahan ketawa di bawah pohon kelapa.
"Mbak! Mbak! Awas, mbak!"
KREK! KREK! KREK!
"Wah!" Flower terkejut. Untung ia sempat bergeser dari tempat duduknya sebelum sebuah kelapa menimpa kepalanya.
Readers bingung bacanya.
Flower mendongak. Kelapa tadi jatuh dari pohon yang cukup tinggi. Sekitar 5 meter. Kalau percepatan gravitasi 10 m/s dan massa kelapa 2 kg hitunglah energi potensial kelapa sebelum jatoh /GAUSAHDIKERJAIN
Fukase yang sedang menggoda cewek loli dengan kepiting langsung lari mendekati Flower.
"Lo gapapa, kan? Gak makin sengklek, kan?"
"Yang lebih sengklek diam saja, oke?"
"Iye, iye!" jawab Fukase bete. Jelas bete lah, dia ngedeketin orang nggak ada yang mau.
Padahal suaranya bagus. Wajahnya juga lumayan, ganteng-ganteng shota gitu. Eh shota gak sih? /hayoh
"Dah ilang belom jomblonya?" tanya Flower sambil nyengir. Fukase geleng-geleng makin bete. Mungkin dia meratapi nasib selembar gocap yang akan segera meninggalkan kantongnya.
"Flower..."
"Hoh?"
DEBRUS! (?)
"OMBAKNYA GEDE VROH! KESANA YOK!" Flower langsung menyeret Fukase ke tepian.
BRUS!
"Uyeeeeeeeee!" Flower berteriak kegirangan ketika ombak menghantam kakinya dengan keras. Fukase tersenyum kecil.
BRUS!
"Flo! Sini duduk!" Fukase menepuk pasir. "No water, no party!"
"Woke!" Flower mengambil posisi duduk. Ombak bergulung di kejauhan. Kalau dilihat, lumayan tinggi untuk membasahi wajah mereka.
"Siap-siap!" ujar Fukase.
BRUS!
"Kyaaaaaaaaa!"
Dan benar saja. Tidak hanya membasahi wajah, ombak itu bahkan cukup kuat untuk menyeret mereka beberapa meter. Untung tidak ada yang tenggelam.
Kalau salah satu dari mereka sampe kelelep, fanfic ini bakal makin panjang /plak!
"A... haha... ahaahaa..." Flower berusaha kembali ke tepian sambil tertawa.
Fukase masih asyik bersalfok ria pada kaus putih garis-garis Flower yang basah.
Mungkin dia baru menyadari kalau Flower juga punya... itu.
"Fukase! Ombak lagi nih!"
"Siap! Heeeee~ yaaaaaa!"
BRUS!
Hah, kelakuan. Readers juga kalo ke pantai suka gitu, kan? :v
Mereka melakukannya sampai sore.
Begitu asyiknya, sampai Fukase lupa kalau dia ada taruhan gocap dengan Flower.
--tidak, dia tidak lupa.
***
Matahari mulai bergeser ke arah barat. Flower yang sudah berganti pakaian kembali ke tepi pantai. Membiarkan angin laut mengeringkan rambut pendeknya.
Kiri, kanan.
Kulihat saja.
Banyak orang pacaran.
Sial.
Mau juga, sih...
Sementara itu, Fukase masih membilas badannya di kamar mandi.
Authornya ngintip /NGGAK KOK, SUMVAH/
Fukase masih berpikir tentang cinta di bawah guyuran air keran.
Sebenarnya, hari ini dia memang ingin menyatakan perasaan kepada Flower. Sepeda yang tidak ada, taruhan, bahkan makan pagi Flower yang ia bayar, semua akal-akalannya.
Kalau soal Oliver yang tidak ingin ikut ke pantai, itu hanya kebetulan belaka.
Kapan lagi kau bisa melakukan ini, Fukase? Ayolah!
Fukase bertekad, setelah selesai mandi, ia akan mengatakannya langsung kepada Flower.
***
Sepuluh menit setelah Fukase keluar dari kamar mandi,
"EMAK! AIRNYA MATI!"
***
"Flower?"
Yang dipanggil menoleh. Iris violetnya mendapati Fukase yang melangkah ke arahnya. Duduk di sebelahnya, di batang kelapa yang minggu lalu ditebang.
"Apa? Nyerah sama taruhan lu?"
Fukase menarik napas. Menatap langsung ke mata Flower.
"Dengerin."
Angin berhembus pelan. Mereka terdiam. Tatapan Fukase begitu tajam, sampai-sampai Flower tidak mampu membuat lawakan, bahkan mengucapkan satu kata pun seolah tidak bisa.
Ini tidak biasa.
"Sebenernya..." Fukase mulai menyuarakan isi hatinya. Flower masih diam, menyimak dengan hati terdalam.
"Gue... mau minta maaf. Untuk semua tingkah aneh gue, tindakan nyebelin gue, pokoknya apapun yang bikin lu kesel."
"Eh? Kenapa sih lu?"
"Lu tau gak kenapa gue sering bertingkah aneh?"
Flower menggeleng.
"Gue suka sama lo."
Kedua mata Flower membulat seketika.
"Serius. Gak masalah kalo lu gak mau nerima gue. Kalo lu cuma pengen kita sahabatan... nggak papa. Beneran.
Flower tersenyum. Memainkan topi yang dipegangnya. Fukase masih menunggu jawabannya.
"Lo tau gak?"
"Apa?" ucap Fukase pelan.
"Semua tingkah nyebelin dan ngeselin lo, pokoknya semua, itu yang gue suka dari lo."
"Bener?" Fukase merasakan wajahnya memerah.
"Yes, I can't lie. And..." Flower mengulurkan tangan, merapikan rambut Fukase yang jatuh di wajahnya, "...you get my heart."
Wajah Fukase lebih merah dari rambutnya sekarang. Walau speaking-nya kacau balau, Fukase ngerti apa yang Flower bilang.
"Berarti, gue yang ngasih lu gocap dong kalo gini." ujar Flower.
"Gocapnya simpen aja..." ucap Fukase. "...kalo dimintain PJ."
~CHAP 5 : END!~
Ne, ne~ adakah yang berubah dari gaya penulisan Jejeh? Ga ada? Ada? Ga ada? Ga peduli sih /plak!
Chap selanjutnya... hmmm...
[Readers bawa spanduk dengan tulisan BUTUH BUKTI BUKAN JANJI]
Ah, sudahlah~ lupakan /dicangkul/
Nikmati omake ini, yaa~
[OMAKE]
Fukase sudah memantapkan niatnya untuk mengatakan yang sebenarnya.
Kata-kata confession sudah nyangkut di leher minta dikeluarin secepatnya.
Eit, dia belom pake baju.
Fukase meraih handuk di gantungan belakang pintu.
Badan sudah kering, waktunya ambil sempak.
---wait. Kok nggak ada?
Fukase memasang tampang horror. Lalu ia menundukkan kepalanya, dan---
---taraa, sempak di lantai bilik seolah mengatakan "Hai~" padanya.
Kesel deh.
[omake end]
Readers : OMAKE MACAM APA ITU!?
Jeje : entahlah~ /dicangkul/
Yap! Stay tuned for the next chap >w<
~Jejekeju~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top