Famous Stalker [Gumiya x Rin]
Gumiya Hiyama.
Anak pertama Kiyoteru Hiyama dan Gumi Hiyama, suami-istri yang keduanya mengajar sebagai guru di SMA Loid.
Pemasukan kantongnya lumayan. Wajahnya rupawan. Otak cerdasnya cepat menyelesaikan persoalan. Jangan tanya soal ketenaran, hampir setiap weekend dia jalan-jalan. Dan jangan lupakan kamera SLR yang jadi pegangan.
Tapi ada sesuatu yang kurang.
Dia masih jomblo.
--CHAP 4 : FAMOUS STALKER--
--HAPPY READING COEG--
Gumiya membaca majalah di kelasnya pagi itu. Dia tidak mempedulikan smartphone-nya yang bergetar-getar dan berbunyi klentang klentung dari tadi.
Karena dia tahu kalau isi notifikasinya hanyalah bom like dari para pengguna Instagram. Karena wajah tampan dan kebiasaannya berpergian, setiap foto yang ia bagikan selalu mendapat banyak like. Bahkan ada beberapa akun berisi foto anak-anak hits (terkenal) yang me-repost fotonya.
Gumiya punya banyak nilai plus. Tapi masih jomblo.
"Eh, hapemu matiin dong, suaranya." Keluh Lui yang merasa terganggu.
"Matiin aja sendiri." Jawab Gumiya.
Lui berdecak dan meraih smartphone Gumiya. Lalu terkejut ketika melihat notif yang jebol.
"Anjay, kok yang ngelike banyak amat sih? Ada yang repost juga, lho!" Ucap Lui kagum.
"Akun mana yang repost?" Tanya Gumiya, masih sibuk dengan majalahnya.
"Ngg... _vocastreet sama ig sekolah kita, loidfamous." Jawab Lui.
"Hoh." ucap Gumiya datar.
"LAH KOK RESPON LU CUMA HOH DOANG? KAGA SENENG?" Teriak Lui nggak woles gara-gara liat reaksi Gumiya.
"Direpost doang mah. Kagak dapet uang juga. Mending kalo dapet devisa, kalo perlu tawarin kerja jadi model kek." Gumiya beralasan sambil menutup buku komiknya.
"Lah waktu itu kan lu pernah dapet tawaran. Kenapa lu tolak?"
"Heh? Yang mana?"
"Itu lho, yang waktu kita lagi ngerjain IPA bareng Kaito." Lui menahan tawa.
"YAKALI GUE TERIMA! ORANG GUE DITAWARIN JADI MODEL SEMPAK! MANA GUE MAU!" Teriak Gumiya sebel karena aibnya disebar.
Kejadian satu bulan yang lalu masih terbayang di kepalanya. Mereka bertiga tengah berkutat dengan lembar soal IPA.
Tepat saat Lui menanyakan nomer yang berhubungan dengan reproduksi, di notifikasi Gumiya terdapat suatu pesan yang aneh.
Orang itu menawarinya pekerjaan sebagai model. Untung Gumiya tidak langsung mengiyakannya, tapi melihat postingan orang itu dulu. Kalau langsung dia iyakan, maka Gumiya akan menjadi model pakaian dalam untuk suatu majalah hingga detik ini.
TIDAK SUDI!
"Hohoho~ Betewe jangan lupa ya, besok bawa memori lu. Foto kunjung museum kemaren kan mau dicetak." Lui mengalihkan topik sambil nyengir.
"Beres deh." Jawab Gumiya.
***
Gumiya mengalungkan kameranya. Berlagak seperti fotografer handal. Tapi, dia memang berbakat dalam urusan ini.
Ia melangkah santai menuju kantin. Setelah memesan makanan, ia memilih untuk duduk di bagian pojok yang tidak begitu ramai.
Dari sanalah semua pemandangan terlihat. Gumiya menemukan seseorang yang dicarinya.
Kagamine Rin.
Saudara kembar Kagamine Len. Adik kelasnya yang manis. Gumiya jatuh cinta padanya sejak masa ospek.
Tapi entah mengapa, Gumiya tak mau (atau mungkin tak berani) mengatakannya.
Jemarinya mengatur perbesaran lensa, tangan kirinya menopang kamera, lalu menekan tombol dan memotret sosok Rin yang tengah tertawa bersama kawannya.
Hasilnya? Wah, sempurna. Bukan hanya dalam pemikiran Gumiya, orang lain pun akan mengatakannya sempurna.
"Ehem."
Gumiya menoleh. Lui memandangnya sambil tersenyum.
"Motret siapa, hayo?"
Gumiya mati kutu. Ketahuan.
"Nggak kok. Cuma ngetes fokusnya aja." Gumiya ngeles.
"Kan nggak harus ke orang." Jawab Lui iseng. "Nggak harus ke Rin juga~"
"Suka-suka gue dong." Gumiya berusaha tidak peduli dan mulai menyantap mie goreng yang dipesannya.
Ia membuat kesalahan fatal.
Kameranya ia letakkan di meja. Lui langsung menyambarnya.
"WOOOOOH! Dasar stalker!" Teriak Lui. Gumiya langsung tersedak. Iris hijau daunnya melirik Lui yang sedang melihat-lihat penyimpanan kameranya.
Dan wajah Gumiya langsung memerah.
Dari 5000 foto yang telah diambil, 600 dari antaranya adalah foto candid Rin.
Candid, karena Gumiya memotretnya diam-diam.
Entah Rin yang sedang tertawa, mengobrol, berjalan, makan, olahraga, bersandar di tembok, atau sedang duduk termenung di kelas, semua ada di galeri kamera Gumiya.
"Yang lagi mandi nggak ada, ya? Stalking jangan setengah-setengah, dong!"
Bogem mentah langsung menghantam kepala Lui saat si surai jingga selesai bicara.
"YAKALI GUE MOTO ORANG MANDI! Lagian ini kamera mak gue!" Tukas Gumiya.
"Kan memorinya bisa lu ganti. Gampang." Jawab Lui santai.
"Wah, bener juga lu." ujar Gumiya sambil tersenyum tak jelas.
***
"Dudududu~"
Gumiya bersenandung sambil mengupil. Ia menghidupkan laptop hijaunya. Setelah selesai menunggu, ia mencopot kartu memori kamera dan memasukannya ke dalam tempat yang sudah tersedia.
Seelah tampilan folder muncul, ia mengklik folder yang penuh dengan foto Rin.
Menunggu loading.
Foto-foto mulai bermunculan.
Gumiya mengklik satu.
Lalu menghidupkan mode slide show.
Foto Rin satu demi satu terpampang di layar laptopnya.
Gumiya ngeliatin sambil senyam-senyum.
WAH GENDENG NIH ANAK.
(Tapi Gumiya cuma ngeliatin, nggak f4p f4p kok /authordilempar)
Setelah puas melihat pemandangan indah, Gumiya mencabut kartu memorinya.
Gumiya menyesal salah membeli laptop yang kapasitas memorinya kurang besar, jadi ia tak bisa menyimpan foto Rin-nya tercinta karena laptopnya sudah penuh dengan tugas, game, dan ya-itulah-kau-tau-apa.
"Kan memorinya bisa lu ganti. Gampang."
Gumiya menjentikkan jari ketika teringat kata-kata Lui. Ia bergegas mencari dompetnya dan mengambil sejumlah uang.
Lalu Gumiya lari dengan anggun laksana balerina mau dikebiri dan dikejar pasukan zombie. Dan dia ngerem mendadak pas di depan counter hape. Hampir nginjek tai ayam.
"Mbak, jual memori yang buat kamera?"
"Iya, mas. Dipilih sendiri, nih." Jawab mbak-mbak unyu rambut pink yang jagain counter. "Lho? Kak Gumiya kelas 11-2, ya?"
"Kok tau?" Respon Gumiya.
"Kenalin. Aku Momone Momo, adek sepupunya Megurine Luka." Ucap Momo sambil tersenyum.
"Oh, iya. Sekelas sama Kagamine Rin, ya?" Gumiya tak sadar kalau ia mengucapkan itu.
"Iya, kak."
"WAH ASEK! TITIP SALAM YA! Betewe, kartu memorinya yang 16 giga aja. Nih! Kembaliannya buat kamu aja!" Gumiya langsung ngacir dengan muka memerah dan senyum-senyum gajelas.
"Iya, ntar aku sampein..." Momo sweatdrop.
***
Pagi berganti siang. Matahari terik-terang. Gumiya mesam-mesem seharian. Lui jadi heran.
"Woy, lu kesambet setan?" Tanya Lui. Tangannya terulur, meraba kening Gumiya. "Ngga panas. Tapi gue gak yakin lu sehat."
"Yeee, gue gapapa kok! Cuma seneng aja~" Gumiya memainkan kameranya. Kali ini ia mengalungkannya di leher, mungkin jaga-jaga biar nggak direbut Lui.
"Hm, sera lu aja."
"Nih, liat." Gumiya senyam-senyum najong sambil melirik galeri kameranya. Lui sudah menduga apa yang ada disana.
Rin, Rin, dan Rin.
Beberapa foto baru diambil hari ini, ada yang diambil kemarin, dua hari lalu, bahkan tahun lalu. Dasar kolektor.
"Jiah, bisanya liat gambar doang. Kayak wibu jones aja." Sindir Lui.
"Jones menghina jones?" Ucap Gumiya santai. Lui pun tertusuk.
"Anjrit..." Lui headbang di meja. Gumiya nahan ketawa.
"Woy! Gumiya!" Seru Miki dari depan kelas.
"Masuk aja!" Jawab Lui.
"Pinjem kartu memorinya, tong! Gue mau nyetak foto kunjung museum. Besok udah harus dipajang." Ujar Miki.
"Noh. Jangan lupa balikin!" Ucap Gumiya sambil menyodorkan kartu memori kamera yang sudah ia copot.
"Sip. Makasih!" Ujar Miki. Lalu ia berjalan keluar kelas.
Miki menuju ke ruang OSIS. Sesampainya di sana, ia melihat Rin yang sedang sibuk dengan laptopnya.
"Rin? Bikin tugas, ya?" tanya Miki.
Rin menoleh. "Iya. Bentar lagi selesai, kok!"
"Abis ini pinjem laptopnya, ya. Nanti, sekalian bantuin gue sortir foto, ya. Yang mau dicetak kan 40 foto." jelas Miki.
"Siap!" Ujar Rin.
Setelah Rin menyelesaikan ketikannya, Miki menempatkam kartu memori Gumiya di suatu celah kecil. Lalu mengklik dua kali pada folder sdcard.
Iris cherry Miki melotot.
"RIN! Coba lu liat!"
***
Gumiya masih nampak sumringah hari itu. Sepulang sekolah, ia melepas sepatunya mengganti seragam, mencomot kartu memori di meja belajar, dan menghempaskan badan di kasur.
Lalu memasang memori dan melihat foto waifu. Eh, gebetan. Kalau waifu, itu kerjaan Lui.
Gumiya menunggu loading dengan sabar. Tak sampai lima menit, loading selesai.
Terpampang beberapa foto kawan-kawannya di museum.
Gumiya mengangkat alis, lalu menekan tombol tamda panah ke bawah. Mungkin foto Rin tenggelam di antara foto lain karena kemarin ia baru saja menyortir foldernya.
Supaya ayah dan ibunya tidak bertanya macam-macam, Gumiya memindahkan semua foto Rin ke kartu memori baru yang dibelinya kemarin. Lalu, ia menghapus kumpulan foto Rin di memori yang lama.
LHO! TUNGGU DULU!
TADI IA MEMINJAMKAN KARTU MEMORINYA KE MIKI, KAN?
PADAHAL, KARTU MEMORI YANG BERISI FOTO KUNJUNG MUSEUM ADA DISINI.
Jangan-jangan-
"ALAMAAAAAAAAK! KOLEKSI GUEEEEEEEEE!" jerit Gumiya.
-tuh kan, benar. Kesalahanmu fatal sekali, Gumiya.
***
Gumiya langsung berlari ke rumah Miki yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Masih dengan nafas yang terengah-engah, ia mengetuk pintu rumah Miki.
"Hah... Hah... Permisi!"
CKLEK!
Miki membuka pintu. Dilihatnya Gumiya yang berkeringat dan ngos-ngosan.
"Lu abis dikejar apaan? Buru-buru amat, Gum." ujar Miki heran.
"Ngg, kartu memori gue mana?" tanya Gumiya.
"Tadi abis gue minta, langsung gue kasih Rin. Gak gue buka dari tadi." jawab Miki santai (dan ia tertawa dalam hati, karena ia bohong).
"UAPAAAAAAA!?" Gumiya langsung shock. Lemes. "Hadeeeh... Rin kemana sekarang?" tanya Gumiya lagi sambil mengusap keringat di dahinya.
"Oh, Rin otewe kesini, mau ngasih hasil fotonya." kata Miki.
"Ya-ya udah deh... gue pulang du--"
"Mikii!"
Kalimat Gumiya terputus ketika mendengar suara Rin. Kakinya makin lemas ketika ia menyadari Rin mendekat.
Ya Tuhan, jangan sampai Rin menyinggung soal--
"Eh, Miki. Aku udah jelasin ke Pak Kiyo tentang masalah foto kunjung museum. Aku tunjukin juga buktinya, dan mereka percaya. Jadi, kita boleh masang fotonya hari Senin. Gimana?"
--masalah foto kunjung museum. Dan Rin bilang Pak Kiyo? Guru kesiswaan merangkap ayahnya sendiri? Bukti?
Wah, ini pasti sangat memalukan bagi Gumiya.
"Emang ada masalah apa, sih?" Miki masih berlagak polos.
"Alaah, itu lho! Kartu memorinya Gumiya yang isinya fotoku semua!" ucap Rin dengan suara nyaring.
"Kira-kira kenapa ya, isinya gitu? Oh, iya!Tanya ke orangnya langsung aja!" Seru Miki sambil menunjuk Gumiya.
Gumiya ingin mati. Ingin mati ingin mati ingin mati.
"Iya, ya." Rin berpaling menghadap Gumiya. "Gum. Kenapa banyak fotoku di memorimu? Kamu yang foto itu semua? Kenapa?"
Mau tak mau, Gumiya harus mengakuinya.
"Sebenernya, aku emang nyimpen semua foto itu, dan aku yang moto. Aku emang sering moto kamu diam-diam, Rin. Kamu tau nggak, kenapa?"
"Kenapa?" tanya Rin lagi.
"Sebenarnya... aku suka sama kamu..." ucap Gumiya pada akhirnya.
"Heh, sudah kuduga." Rin terkekeh. Gumiya mengangkat alis. "Ternyata kabar itu benar. Kabar kalau Gumiya Hiyama suka memotretku diam-diam. Cih."
Aduh. Gumiya jadi hopeless. Nggak mungkin Rin suka sama dia, si cowok famous yang cuma berani ngambil gambar doang, nggak berani ngambil keputusan.
"Dan kamu mau tau nggak, jawabanku apa?" tanya Rin. "Aku juga suka kamu."
Gumiya langsung senyum bercahaya, sebersinar wajah Rin yang sedang tertawa.
*Chap 4 : End~*
Yo! Jeje balik lagi dengan chapter yang semakin ngelantur dari tema aslinya~
Pengennya sih, bikin temanya full makanan. Tapi mumpung ada ide ini, ketik aja deh~ wwww
Betewe adek Jeje lagi ngambek minta pinjem hape, nih. Sampe nangis. -_-
Udah dulu yaa author notenya~ sampai jumpa di chap selanjutnya~
Pairingnya? U'll see it.
***OMAKE***
"Ngg... Rin?" ujar Gumiya.
"Apa?" tukas Rin.
"Kamu beneran bilang masalah ini ke ayahku?" tanya Gumiya was-was bin cemas.
"Sebenernya, aku bohong, sih~" Rin nyengir. Gumiya langsung pasang ekspresi kesal.
"Tapi, kalau yang suka kamu itu, aku nggak bohong, kok."
***Omake End***
Stay tuned for the next chap~
Jejekeju
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top