NIGHT CLUB
Kota metropolitan di malam hari makin semarak ketika night club mendongkrak semangat para pecinta pesta untuk tetap melek sampai pagi. Namun, tak dipungkiri gemerlap dunia malam kota metropolitan adalah milik mereka yang mencintai kebebasan, semangat, dan gairah hidup. Tak hanya pria, perempuan juga berada di sana.
"Wooooow, ini kereeeeen! Musik DJ-nya bikin gue enggak bisa berhenti bergoyang. Let's dance ladies, it is time for the party. Having fun," pekik seorang pemuda yang asyik berjingkrak di kerumunan banyak wanita bertubuh molek.
Tak hanya menari dengan para dancer sexy, mereka juga menikmati sajian di tempat itu. Seperti minuman alkohol atau etanol yang biasa juga disebut dengan nama lain etil alkohol, jika dicampur dengan alkohol zat kimia cair ke dalam minuman dapat memabukkan.
Masih ada juga minuman dengan kadar alkohol sekitar 40% per botol, yaitu Jack Daniel's. Minuman ini termasuk deretan alkohol yang sudah terkenal di dunia clubbing. Masih bayak lagi deretan minuman beralkohol yang sering ditemui oleh penikmat diskotek.
"Bro, tequilla sunrise satu," pinta penikmat night club pada bartender.
Tequilla sunrise adalah minuman sejenis cocktail dengan campuran blanco tequilla, jus jeruk dan grenadine.
"Okay, tequilla sunrise!" Seorang bartender memberikannya kepada pemesan tadi.
Sambil menikmati minuman itu, musik yang mengentak keras di ruangan membuat badannya tak dapat berhenti mengikuti setiap nada yang ditimbulkan dari CDJ player.
DJ menjadi bintangnya, disc jockey bukanlah suatu pekerjaan formal karena memang tidak mengenal jenjang karier dan usia. Dulu kita hanya tahu turntable--alat pemutar electro music--dimainkan pria, tetapi kini banyak juga wanita yang memainkannya.
"I love you, DJ Al!" pekik para wanita seksi yang mengidolakan DJ tampan, tinggi, dan berkulit putih itu.
Dia sedang berada di belakang turntable menghibur para pengunjung di kelab itu.
Disc jockey atau orang sering menyebutnya dengan DJ. Jika kita mendengar sebutan itu, yang jelas mereka selalu bergulat di kelab malam atau tempat yang membutuhkan hiburan musik dan berjingkrak di belakang turntabel atau CDJ player.
Tangannya selalu nakal menyentuh mixer yang berguna untuk memberikan efek-efek suara dan headphone setia menemani telinganya, berfungsi untuk me-monitoring lagu yang akan dikeluarkan atapun pada saat kedua lagu itu running.
Namun, bagaimana sebenarnya pekerjaan mereka? Dia harus terampil dalam memilih dan memutar rekaman musik untuk para pendengar yang menginginkan. DJ adalah seseorang yang hidup dengan memainkan, meracik, memodifikasi, dan menghibur audiens-nya dengan memutar lagu-lagu yang diatur sedemikian rupa tanpa putus atau continue, sehingga orang yang mendengarkannya pun akan senantiasa terhibur.
"Kalau Al begini terus, gue yakin kariernya bakal makin cemerlang, Om," kata Beril kepada seorang pria dewasa yang kini berdiri di sebelahnya.
Dia bersedekap memerhatikan cara bermain DJ asuhannya itu.
"Al memiliki bakat ini, cara dia mendengarkan dan memadukan setiap musik itu keren dan dia kreatif mencampurkan setiap lagu yang sudah disiapkan," papar pria berjenggot tebal itu.
Seorang DJ adalah individu yang mengerti dan memiliki kreatifitas dalam musik. Bukan hanya itu, mereka sangatlah terampil dalam menyeleksi lagu-lagu yang disusun secara teratur dalam rangka menciptakan sebuah musical journey di mana DJ mencoba untuk membawa para pendengarnya masuk ke sebuah perjalanan musik.
Sungguh pekerjaan yang terlihat mudah, tetapi itu membutuhkan talenta dan keahlian khusus. Peranan seorang disc jockey sangat penting di kelab. Tanpa DJ, suasana akan mati dan tak ada kehidupan di dalam night club.
***
"Al!" panggil seorang pria berjenggot tebal menghampiri pemuda yang sedang asyik duduk di kursi depan komputer.
"Ya, Om." Al membenarkan posisi duduknya menjadi tegak.
"Besok malam kita akan perform di night club Nusa dua, Bali. Malam ini kita harus kerja keras mencari musik yang cocok yang
mampu membangkitkan semangat audiens kamu di sana," ujar Heldy, seorang sound consultan Al.
Heldy adalah disc jockey senior yang selama ini setia mendampingi Al dalam membantu meracik musik sebelum Al membawanya ke panggung.
"Oke, Om. Kita mulai mix musiknya." Al bersiap akan memulai pekerjaannya.
Namun, belum juga mereka mulai mencari musik di komputer, dua pria muda masuk ke studio.
"Baru datang kalian?" sapa Heldy seraya menyalami mereka.
"Iya, Om," jawab Andika, pria tampan asli Betawi yang sering disapa Andoy.
"Eh, gila kemarin gue enggak nyangka penonton di Medan sampai full dan antusias banget. Walaupun gerimis, tapi mereka tetap menikmati musik lo, Al," kata Ranggaz antusias, patner Al sebagai backsong.
Peran DJ mungkin bervariasi, tergantung pada pengaturan atau tujuan musik yang disuguhkannya. Ada beberapa tipe DJ yang berkembang saat ini. Namun, tipe DJ yang dilakoni Al saat ini termasuk pada live personal appearance atau live performance artist. Sering orang menyebutnya live PA.
Heldy yang mendengar cerita Ranggaz tersenyum puas. Itu berarti kerja keras mereka selama ini dapat diterima oleh pendengar remix yang sudah Al mainkan.
"Seorang DJ bisa diibaratkan seperti operator, di mana DJ bertindak sebagai pengendali dan menyeleksi lagu-lagu yang pas buat diputar sesuai dengan suasana maupun aliran musik yang dia mainkan. Dalam hal menyeleksi lagu, seorang DJ akan menggabungkan teknik-teknik skil khusus dengan pengetahuannya di bidang musik untuk membangun sebuah DJ set atau live show yang spektakuler dan disukai para pendengarnya," papar Heldy memberi pengertian kepada Al maupun Ranggaz dan Andika.
"Setuju!" sahut Andika mengacungkan kedua ibu jarinya.
Semua tertawa terbahak mendengar sahutan mantap Andika. Musik yang dipilihnya, media yang digunakan, dan tingkatan kesempurnaan dari memanipulasi suara adalah faktor-faktor yang membuat tipe atau jenis DJ berbeda-beda.
***
Dunia gemerlap, musik DJ yang keras mendongkrak semangat para penikmat malam ini. Racikan musik DJ yang menggairahkan semangat, membuat para pengunjung kelab berjingkrak melepas semua beban.
Al menyelaraskan setiap nada yang sesuai dengan keinginannya. Musik house, trance, hiphop atau urban music pun teracik indah dari jari-jemari Al yang selalu nakal tak mau berdiam menyentuh mixer. Musik DJ itupun disempurnakan dengan suara Ranggaz yang khas. Melihat para audiens sangat menikmati musik, membuat rasa kepuasan tersendiri untuk Al dan timnya. Sepanjang malam Al selalu menyajikan racikan musik hingga menjelang dini hari. Keringat bercucuran dari pelipisnya.
"Wouw, sukses, Bos. Nih minum dulu." Beril, pria ganteng yang hobi memfoto dan selalu mengambil jepretan setiap momen Al dan timnya.
"Thanks." Al menerima botol air mineral yang Beril berikan.
Sekali tenggakan, air mineral itu tinggal setengah botol. Tenggorokan yang tadinya kering kini terasa sejuk.
"Darling." Wanita seksi menghampiri Al berjalan anggun seraya menebar senyum menawan.
Al tersenyum sangat tipis menyambut kehadirannya. Dia memberikan botol air mineralnya kepada Andika lalu menghampiri wanita yang tadi memanggilnya mesra.
"Hai, sorry. Kamu lama menunggu, ya?" Al mencium pipinya mesra.
"Enggak masalah, sudah risiko jadi pacar DJ. Aku suka dengan remix yang kamu mainkan tadi," puji sang kekasih membuat hati Al menghangat.
"Lisa, mari. Kita nikmati coktail dulu," ajak Ranggaz mengangkat gelas berisi california kiss.
California kiss adalah minuman sejenis cocktail dari brandy dengan campuran brandy california dan galian liqueur.
"Makasih, gue langsung mau pulang aja. Sudah larut malam nih," tolak Lisa bergelayut manja di bahu kanan Al.
"Bro, gue antar dia pulang dulu, ya? Thanks untuk malam ini, kerja kalian memuaskan," ujar Al melambaikan tangan, berpamitan kepada timnya.
"Sip, Bos. Hati-hati," sahut mereka serentak seraya melambaikan tangan.
Al kemudian merengkuh pinggang Lisa mengajaknya keluar dari kelab. Jam sudah menunjukan pukul 02.00 WIB. Al segera mengantar Lisa pulang ke rumahnya.
"Besok aku jemput kamu, kita berangkat ke kampus bareng. Okay?" kata Al setelah mobilnya terparkir di depan rumah Lisa.
"Okay, kamu hati-hati, ya? Aku masuk dulu." Lisa mencium pipi Al lalu keluar dari mobil.
Al melambaikan tangannya dari dalam dan dibalas Lisa yang berdiri di depan teras rumahnya. Al segera melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Selama ini Al tinggal bersama bunda dan kedua adiknya.
Setelah memasukkan mobilnya ke garasi, Al mengendap-endap masuk ke rumah. Dia takut menimbulkan berisik yang akan mengganggu tidur ibunda dan adik-adiknya. Suasana rumah yang sudah gelap dan sepi menandakan jika penghuninya sudah terlelap semua.
"Huuhf, akhirnya." Al membuang napasnya lega seraya menghempaskan tubuh di ranjang.
Al menatap langit-langit kamarnya, memikirkan sesuatu yang mengganjal di perasaannya selama ini.
"Lisa, kalau gue kenalin sama Bunda, apa Bunda bisa menerimanya? Secara, kehidupan mereka berbeda. Bunda wanita karier dan selalu mengutamakan tata krama, sedangkan Lisa wanita bebas dan modis. Aarrrgghhhh! Tahu ah! Pusing!" Al mengacak rambutnya frustrasi lalu dia memejamkan mata.
***
Kicauan burung pipit yang bertengger di dahan pohon menandakan sang mentari telah mengintip dunia. Al masih saja setia memejamkan mata. Adik-adik dan ibundanya sudah siap mengawali aktivitas mereka.
"El, bangunkan Kak Al. Kita tunggu Kak Al turun dulu, baru sarapan," titah Maya saat El ingin duduk di meja makan.
El segera naik ke lantai dua lalu membuka kamar Al. El menggeleng saat melihat kakaknya masih terlelap di jam yang seharusnya sudah mulai sibuk.
"Kak, bangun. Udah pagi nih. Kak, ditunggu Bunda di meja makan." El mengguncangkan tubuh Al. Namun, Al malah membelakangi El.
El menghela napas dalam, sudah menjadi makanan sehari-hari, setiap pagi rutinitasnya membangunkan Al seperti itu.
"Kak, ayo dong bangun. Enggak kasihan Bunda udah nunggu di bawah? Hargai Bunda yang sudah masakin kita," bujuk El yakin jika sebenarnya Al sudah bisa mendengarnya.
Dengan berat hati Al membuka matanya lalu membalikkan bada menatap El yang sudah rapi dengan seragam putih abu-abu.
"Jam berapa?" tanya Al dengan mata merah terlihat bahwa dia kurang tidur.
"Jam enam. Enggak ngampus lo?" tanya El membantu Al merapikan tempat tidurnya.
Tanpa menjawab pertanyaan El, Al segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. El lalu keluar kamar itu, kembali ke ruang makan. Di sana sudah ada Dul yang setia menunggu kakak-kakaknya datang.
"Sudah bangun Kak Al, El?" tanya Maya membawakan dua piring nasi goreng untuk El dan Dul.
"Sudah, Bun. Baru mandi Kak Al," jawab El mengambil sendok dan garpu.
Maya kembali ke dapur untuk mengambil dua piring nasi goreng lagi untuknya dan Al. Lalu dia meletakkan satu piring nasi goreng di depan tempat duduk yang biasa Al tempati, Maya duduk di kursi sebelah Dul.
"Bagaimana tes semester kamu, Dul?" tanya Maya di sela sarapan mereka.
"Ada yang sulit dan ada yang mudah, Bun. Seimbanglah, Bun," jawab Dul sambil mengunyah nasi gorengnya.
"Kamu kesulitan dalam belajar? Apa perlu Bunda masukan les private?" tawar Maya menatap Dul lembut.
"Sejauh ini sepertinya belum begitu perlu, Bun. Di sekolahan juga masih padat kegiatan ekstrakurikuler. Jadi nanti malah waktunya terbagi-bagi, Dul enggak bisa ngatur waktu," tolak Dul yang menyadari padatnya aktivitas di sekolahannya.
"Ya udah deh, tapi kalau kamu butuh les atau bantuan dalam belajar bilang sama Bunda, ya?" kata Maya mengelus kepala Dul penuh kasih sayang. Si bontot masih duduk di sekolah menengah pertama, kelas IX.
Al datang ke ruang makan, lalu duduk di kursi yang biasa dia tempati. Maya melihat wajah lelah anak sulungnya itu.
"Al, pulang jam berapa semalam?" tanya Maya yang sudah menebak jika Al pasti pulang larut malam.
"Mmmm ... jam tiga baru sampai rumah, Bun," jawab Al was-was jika Maya akan memarahinya.
Maya hanya menghela napas dalam lalu menyendokan nasi gorengnya ke dalam mulut. Suasana sarapan pagi ini hening, tak ada pembicaraan serius. Hanya sedikit candaan kecil dari El yang usil menjaili Dul, hingga akhirnya sarapan mereka selesai.
"Bun, aku sama Dul berangkat sekolah dulu, ya," pamit El sudah siap mencangklong tas ranselnya. El menyalami Maya dan mencium tangannya, diikuti Dul.
"Diantar Mang Ujang kan, kalian berangkatnya, El, Dul?" tanya Maya saat El dan Dul hampir melangkah keluar dari ruang makan.
"Iya, Bun. Mang Ujang sudah nunggu di depan," sahut El merangkul Dul.
"Ya sudah, kalian hati-hati, ya?" pesan Maya melambaikan tangannya mengiringi El dan Dul yang keluar dari ruang makan.
"Oke, Bun. Kak Al berangkat dulu, ya?" pekik El dan Dul berpamitan dengan Al yang masih setia duduk berhadapan dengan Maya.
"Iya, hati-hati kalian," sahut Al melambaikan tangannya.
El dan Dul pun keluar dari rumah dengan perasaan lega dan bahagia.
Mengawali aktivitas di pagi hari dengan pikiran yang positif akan membuat hari kita selalu diselimuti rasa bahagia. Suasana di ruang makan menjadi sepi, Al dan Maya masih sama-sama diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Al," panggil Maya lembut mengawali pembicaraan.
"Iya, Bun," jawab Al mendongak, menatap wajah ayu wanita yang sudah melahirkannya dua puluh tahun yang lalu.
"Bunda enggak pernah melarangmu untuk melakukan sesuatu sesuka hatimu. Bunda juga enggak pernah menghalangi kamu untuk bergaul dengan siapa pun di luar sana. Apa yang kamu lakukan di luar sana, Bunda tidak pernah tahu. Bunda memberikan kepercayaan penuh kepadamu. Jangan sia-siakan kepercayaan Bunda."
Kata-kata ampuh yang selalu Maya lontarkan kala dia menasihati Al. Maya tak banyak meminta dan berkomentar. Dia memberikan kepercayaan penuh kepada anak-anaknya. Agar mereka berpikir dan merasa memiliki tanggung jawab sendiri. Sebagai anak tertua, Al adalah contoh untuk kedua adiknya.
Maya tak pernah menghalangi Al untuk berkarya, hanya Maya meminta agar anak-anaknya selalu menjaga nama baik keluarga. Al terdiam dan mulai merenungkan setiap kata yang Maya lontarkan untuknya. Dia berpikir apakah selama ini pergaulannya positif?
"Selama kamu tidak melanggar norma agama dan hukum yang berlaku di negara ini, silakan lanjutkan kehidupanmu itu. Tapi jika kamu merasa merugikan orang lain terlebih itu merugikanmu sendiri, mundurlah dan ubah jalan hidupmu," ujar Maya melihat Al yang tak menyahut, justru dia menunduk dan berpikir. "Bunda mau ke kantor, kamu mau berangkat ke kampus jam berapa?" tanya Maya mencairkan suasana yang mulai menegang.
Maya tak ingin menekan putranya, hanya ini cara dia menasihati putra-putranya. Tak banyak bicara, tetapi kata-katanya mampu membuat mereka berpikir keras.
"Nanti jam delapan, Bun," jawab Al menatap Maya yang sudah bersiap memakai blazer-nya.
"Oke, Bunda ke kantor dulu. Oh, iya, kapan tes semester di kampus kamu?" tanya Maya juga ingin tahu perkembangan kuliah Al.
"Minggu depan sudah mulai tes, Bun," jawab Al melihat Maya mengambil tas jinjingnya lalu menggapai kunci mobil yang dia letakkan di meja makan.
"Jangan lupa belajar. Bagi waktumu dengan baik. Meski kamu hobi me-DJ, tetapi pendidikan itu juga penting untuk masa depanmu nanti. Tidak selamanya kamu akan menghidupi keluargamu dengan hasil menjadi DJ. Bukankah begitu, Al? Bunda tidak melarangmu untuk melanjutkan keahlianmu menjadi DJ, hanya Bunda ingin kamu memiliki keterampilan lain yang dapat menjadi sumber nafkahmu kelak, " ujar Maya lagi-lagi membuat Al harus berpikir.
Al hanya melempar senyuman untuk menjawab ibundanya itu. Dia bingung harus menjawab apa karena menjadi DJ adalah hal yang menyenangkan baginya saat ini.
"Bunda, berangkat dulu, ya." Maya segera keluar dari rumah.
Kini tinggal Al sendiri yang masih tersisa di rumah itu. Menjadi DJ sambil mengejar pendidikan? Apa Al mampu membagi waktunya? Al menutup mata, mencari kekuatan dan jawaban atas pertanyaan yang menari-nari di otaknya saat ini.
"Gue harus bisa menjalankan keduanya. DJ adalah nyawa buat gue dan pendidikan adalah tubuh untuk bersemayamnya nyawa gue. Keduanya sama-sama penting dalam hidup, gue pasti bisa!"
Semangat yang Al kobarkan dalam dirinya sendiri membangkitkan kepercayaannya jika dia akan mampu menjalankan kedua hal yang sangat penting dalam hidupnya itu.
########
Cerita ini aku buat pas ultah Al ke-19. Kami bertemu di Surabaya dan buku DJ ini juga sempat ditandatangani Al secara langsung.
Ini persembahan yang tak terlupakan, Al.
Makasih buat teman-teman yang selama ini mendukung karya-karyaku. Makasih vote dan komennya juga. Semoga kalian suka sama cerita ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top