KURAGU PADAMU, DJ

Suara petikan gitar menguasai ruang musik siang ini. Jojo masuk dan duduk di sebelah Lyana yang sedang melamun menatap lurus ke depan. Namun, jari lentiknya memetik senar gitar sehingga menimbulkan nada yang indah.

"Kenapa lo ngelamun aja di sini? Enggak masuk kelas lo?" tegur Jojo meraih gitarnya sendiri.

Lyana tak mengacuhkan Jojo, dia justru menggenjreng gitarnya dan menghasilkan melodi sesuai dengan lirik yang dia nyanyikan.

Katamu kamu cinta
kepadaku selamanya
Katamu kamu rindu
kepadaku selalu
Tetapi mengapa aku ... masih ragu

Katamu aku ini
cinta terakhir kamu
Katamu aku ini
cinta dalam hidupmu
Tetapi mengapa aku ... masih ragu

Mungkinkah aku ini
menjadi satu-satunya
cinta yang terakhir kamu
Dan tak akan ada cinta yang kedua
dan ketiga dan cinta lainnya

Katamu kamu hilang
jika aku pun pergi
Katamu kamu musnah
jika cintaku punah
Tetapi mengapa aku ... masih ragu

Katamu kamu cinta
kepadaku selamanya
Katamu kamu rindu
kepadaku selalu
Katamu aku ini
cinta terakhir kamu
Katamu aku ini
cinta dalam hidupmu
Tetapi mengapa aku ... masih ragu

Mungkinkah aku ini
menjadi satu-satunya cinta
Yang terakhir kamu
Dan tak akan ada cinta yang kedua dan ketiga dan cinta lainnya

Mungkinkah aku ini
Menjadi satu-satunya cinta yang terakhir kamu dan tak akan ada cinta yang kedua dan ketiga dan cinta lainnya ....

Prok ... prok ... prok ....

"Wuiiiihh, kereeeeen. Makin hari permainan gitar lo makin memukau. Suara bagus, duh pokoknya kalau nyanyi di depan orang banyak pasti deh aku jamin pada bengong," puji Jojo terpukau dengan lagu yang dibawakan Lyana tadi.

"Jo, kamu pernah merasakan suka sama seseorang dan orang itu ternyata juga suka sama kamu. Tapi kamu masih meragukannya dan belum sepenuhnya percaya sama orang itu, pernah enggak kamu ngerasain begitu?" tanya Lyana menoleh kepada Jojo sambil memeluk gitarnya.

Jojo berpikir dan mulai mengingat kembali masa lalunya. "Kayaknya enggak pernah deh, Ly. Emang kenapa?" tanya Jojo ditanggapi gelengan dari Lyana.

"Enggak pa-pa." Lyana kembali memetik gitarnya asal.

"Cerita ... ada apa? Main rahasia-rahasiaan lo sama gue," bujuk Jojo mendesak agar Lyana menceritakan hal yang membuat dirinya terlihat lesu dan murung.

Semenjak ungkapan hati Al berkali-kali kepadanya, membuat Lyana merasa bingung. Hatinya mengatakan iya, dia juga mencintai Al. Namun, dunia di sekeliling Al yang membuat Lyana kembali ragu dan dia takut jika Al hanya mempermainkannya saja.

"Jo, kamu tahu Al, kan? Yang beberapa hari lalu sempat kita ketemu, pas dia sama aku," ujar Lyana mengingatkan Jojo, sosok Al yang akan dia ceritakan kali ini.

"Iya, ada apa dengannya? Apa dia menggodamu? Atau dia nyakitin hati kamu? Biar aku hadapin dia," ujar Jojo bersiap untuk menyerang Al.

"Bukan begitu, Jo, dia itu suka sama aku. Enggak bosan-bosannya selalu mengungkapkan isi hatinya, tapi ...," ucapan Lyana terpotong.

"Terus ... apa masalahnya?" sela Jojo menatap serius kepada Lyana.

"Aku masih ragu untuk menerimanya. Iya ... kalau dia serius dan tulus sama aku. Biasanya, kan, cowok macam dia play boy," ujar Lyana membuat Jojo terkekeh.

"Lo takut sakit hati, Ly?" tanya Jojo menertawakan Lyana.

"Aku cuma takut dikhianati. Apa mungkin aku satu-satunya orang yang dia dekati saat ini? Kan, aku enggak tahu bagaimana dia saat di kelab dan saat dia manggung di luar kota."

"Jangan mengadili orang seperti itu, lo belum mengenal dia lebih jauh aja kali, Ly. Kenali dulu dia dan dunia sekelilingnya. Lo kan, cuma lihat dia dari luarnya doang, enggak lihat bagaimana kehidupan pribadinya. Tak kenal maka tak sayang," kata Jojo mencoba membuka kepercayaan Lyana terhadap Al.

"Terus apa yang harus aku lakukan, Jo? Aku bingung."

"Lo suka enggak sama dia?" tanya Jojo membuat Lyana mengangguk. "Nah, apalagi lo menyukainya. Udah deh, jangan mendustai kata hati. Nyesel baru tahu rasa lo." Jojo berdiri memasukkan gitarnya ke tempat berbentuk gitar bewarna hitam.

Lyana merenungi ucapan Jojo tadi, ada benarnya kata Jojo. Tak kenal maka tak sayang. Ungkapan itu mungkin saat ini cocok untuk Lyana. Dia belum mengenal betul bagaimana Al.

"Ayo keluar!" Jojo berdiri mengajak Lyana untuk keluar dari ruang musik.

Lyana memasukkan gitar ke tempatnya, lalu mencangklong mengikuti Jojo yang berjalan mendekati pintu. Lyana menyamakan langkah Jojo, berjalan beriringan.

"Masa lalu adalah sejarah, masa kini adalah anugerah dan masa depan adalah misteri. Jalani anugerah Tuhan yang saat ini sedang Dia limpahkan kepada kita. Jalani dan syukuri aja, Ly. Nikmati yang sudah Tuhan turunkan untuk kita," ujar Jojo saat mereka berjalan di koridor kampus.

Lyana terkekeh mendengar ucapan bijak Jojo tersebut. Jojo adalah teman baik Lyana saat mereka dulu kuliah di Belanda. Saat Lyana kembali ke Indonesia tak lama Jojo menyusulnya dan masuk di kampus yang sama.

"Makasih, ya, Jo, kamu selalu bisa buat aku terhibur dan kamu teman baikku," ucap Lyana menepuk bahu Jojo.

"Iya, sama-sama. Enggak ada ruginya lo temenan sama gue. Jojo gitu looh!" ucap Jojo bangga.

"Iya deh ... iya," sahut Lyana lalu mereka tertawa bersama.

Saat Lyana dan Jojo berjalan sembari bercanda lepas, Al menghadang mereka. Lyana menghentikan langkahnya dan menatap Al yang memerhatikan Jojo dengan tatapan cemburu.

"Kenapa enggak balas chat-ku?" tanya Al menatap Lyana tajam.

"Mmm ... kamu chat aku, Al?" kata Lyana gelagapan karena merasa tak enak hati kepada Al.

"Tahu enggak, gimana perasaanku kalau kamu enggak balas chat dan enggak angkat teleponku? Aku gelisah, cuma balasan dan jawaban telepon kamu yang bikin hatiku tenang," sergah Al dengan napas memburu.

Lyana bergeming menatap Al heran, baru kali ini Lyana melihat Al semarah itu.

"Oke, gue duluan, ya, Ly. Gue enggak mau jadi santapan singa yang sedang kelaparan," ujar Jojo lalu pergi meninggalkan Lyana dan Al.

Lyana masih saja menatap Al yang bernapas memburu. "Kenapa lihatin aku begitu? Ada yang aneh?" tanya Al dengan perasaan sedikit jengkel.

"Al, kamu kenapa sampai ngos-ngosan begitu?" tanya Lyana polos.

Belum juga Al menjawab pertanyaan Lyana, Delta dan Beril keluar dari persembunyian mereka. Keduanya tertawa lepas membuat Al dan Lyana menoleh menatap heran. Delta dan Beril mendekati Al lalu menepuk bahunya seraya tertawa lepas.

"Muka lo lucu banget, Bro," ujar Beril sambil menunjuk wajah cemas Al.

"Lo tahu enggak, Ly, tadi tuh pas Al sibuk di studio, anak-anak ngerjain dia. Mereka bilang lo pingsan di kampus," jelas Delta tertawa terbahak tak henti-hentinya.

"Jadi ... kalian ...." Al menunjuk seraya menatap Delta dan Beril bergantian, menuntut penjelasan.

"Iya, Lyana sehat wal afiat tanpa kekurangan suatu apa pun. Kita cuma ngetes lo aja, Al," ujar Delta bersiap, berpegangan tangan dengan Beril untuk melarikan diri ketika Al nanti akan melakukan sesuatu kepada mereka.

"Deltaaaaaa! Beriiiiiiil! Kalian semuaaaaaa ...." Al menatap Delta dan Beril geram. Al juga merasa jengkel dengan ulah teman-temannya karena sudah mengerjainya.

Delta dan Beril melarikan diri seraya tertawa penuh kemenangan sebelum Al memukul mereka.

"Deltaaaaa! Beriiiiiil! Awas, ya, kalian! Gue enggak akan begitu saja lepasin kalian!" sergah Al menunjuk Delta dan Beril yang berlari menjauhinya dan Lyana.

Lyana mengulum senyumnya karena melihat wajah amarah bercampur sebal milik Al. Al menoleh memerhatikan Lyana yang tertawa sambil menutup mulut dengan tangannya.

"Kenapa kamu ikut ketawa? Seneng lihat aku dikerjain sama temen-temen?" tanya Al semakin berjalan mendekati Lyana.

Lyana menghentikan tawanya lalu berjalan mundur. Al terus melangkah maju. Al menatap ke dalam bola mata Lyana.

"Al apa yang mau kamu lakukan?" tanya Lyana masih saja terus berjalan mundur, hingga tubuhnya terbentur tembok.

Lyana menghentikan jalannya dan Al mengunci jalan keluar Lyana dengan kedua tangannya yang disandarkan pada tembok. Al masih saja memerhatikan wajah Lyana lekat, Lyana merasa takut dengan tatapan Al yang sayu.

"Kamu tahu, aku begitu mengkhawatirkan keadaanmu jika sampai terjadi sesuatu sama kamu. Kamu merasa sakit, aku yang lebih sakit dari apa yang kamu rasakan," ucap Al tulus membuat perasaan Lyana menghangat.

"Tapi aku baik-baik saja, Al," jawab Lyana membalas tatapan yang mampu menenangkan hatinya.

"Ly, salahkah kalau aku mencintaimu?"

"Tapi kenapa harus aku, Al?"

"Jangan tanya kenapa, karena aku sendiri juga enggak tahu. Perasaan ini muncul tiba-tiba tanpa aku memintanya. Aku juga enggak tahu kenapa pilihan itu jatuh kepadamu," jelas Al tulus menyentuh hati Lyana.

"Beri aku waktu untuk meyakinkan hatiku," pinta Lyana tulus.

"Jangan lama-lama, karena aku enggak mau jauh dan enggak mau kamu tinggalin," ucap Al membuat Lyana tersenyum seraya mengerutkan dahinya.

"Yakin? Enggak bakal nyesel milih aku? Pikir-pikir aja dulu deh," ujar Lyana menggoda Al.

"Yakin, demi langit dan bumi seisinya, aku jatuhkan pilihanku sama kamu. Hakim alam udah ketok palu, kalau kamu itu tercipta cuma buat aku," ujar Al percaya diri membuat Lyana tertawa lepas.

"Tahu dari mana kamu?"

"Tahu dari tatapan mata kamu." Al mencolek ujung hidung mancung Lyana, membuat pipi Lyana memerah bak tomat.

"Kalau begitu kamu harus sabar, jika masih mau denganku, kamu harus melakukan satu hal buat aku sebelum aku menerimamu jadi pacarku," ujar Lyana dengan senyum terbaiknya.

"Apa itu? Jangan berat-berat," tukas Al merapikan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Lyana.

"Al, aku sudah berencana setelah kita lulus akan bekerja di perusahaan ASIA. Sementara aku bekerja, kamu harus meyakinkanku dengan kesungguhanmu untuk bersamaku. Kita meyakinkan diri dan hati kita masing-masing. Enggak cuma itu, Al, ketika nanti aku pulang, aku pengin kamu membuatku bangga denganmu," ujar Lyana membuat Al lesu dan sedih.

"Jadi kita akan berpisah sebelum pacaran?" tanya Al menatap tak rela kepada Lyana.

Lyana mendorong tubuh Al pelan agar duduk di bangku, lalu Lyana duduk di sebelahnya. Lyana menggenggam tangan Al erat dan tersenyum sangat manis kepadanya.

"Kalau kamu yakin sama aku, pasti kamu enggak akan macam-macam dan berusaha buat menjaga hatimu. Zaman moderen seperti ini jarak enggak jadi masalah,  Al. Kita kan masih bisa video call dan chatting," ujar Lyana menenangkan hati Al.

"Tapi pasti kamu kembali, kan?" Al menatap Lyana memohon dan berharap.

"Aku pasti kembali kalau urusanku sudah selesai. Jadikan aku pemacu dalam berkariermu. Aku mau dengar kamu dipanggil DJ Al."

Al tersenyum dan seakan mendapat suntikan semangat baru dari Lyana.

"Aku akan berusaha," sahut Al membuat Lyana tersenyum sangat manis.

Dengan keyakinan dan komitmen yang kuat, suatu hubungan akan terjalin dengan baik. Meski jarak memisahkan, tetapi jarak bukanlah lagi menjadi penghalang, melainkan jarak akan menjadi hal yang mengajarkan kita arti kebersamaan, kesabaran, kedewasaan, dan kesetiaan.

Berbicara tentang kesetiaan, rasa itu akan hadir dengan sendirinya jika kita mencintai orang dengan tulus tanpa menuntut kesempurnaan. Karena kesempurnaan itu hanya milik Sang Maha Pencipta.

***

Hari ini begitu cerah dan membuat perasaan Al bahagia dan berbunga-bunga. Al menggandeng tangan Lyana masuk ke sebuah rumah. Dengan obrolan kecil dan bercanda, Al mengajak Lyana masuk ke ruang kerja Al sehari-hari.

"Hai, guys," sapa Al kepada orang-orang yang berada di dalam studio.

"Hai, Al, tumben baru datang," sahut Heldy memutar kursinya menoleh ke arah pintu.

Semua yang tadinya sedang sibuk berkutat dengan kegiatannya masing-masing menoleh ke arah Al dan menatapnya heran.

"Lyana?" lirih Gibran.

Lyana tersenyum menyapa semuanya lalu Al mengajaknya duduk di sofa. Semua masih diam menatap ke arah Lyana. Ini hal pertama yang dilakukan Al, mengajak seorang gadis masuk ke studio itu. Selama ini Al tak pernah mengajak teman wanita sekalipun saat dia dulu menjalin hubungan dengan Lisa, dia tak pernah mengajak Lisa ke studio.

"Kamu duduk di sini dulu, ya? Katanya mau tahu duniaku, ini awal perkenalan duniaku," ujar Al mengelus rambut Lyana.

Lyana hanya mengangguk dan tersenyum kepada Al.

"Kenalin dong, Al. Om kan, belum kenal dia," ujar Heldy yang baru pertama ini melihat Lyana. Namun, dia sudah banyak mendengar tentangnya.

"Oh, iya, ini, Ly, kenalin konsultan dan pendampingku selama ini. Om Heldy ini DJ yang jam terbangnya sudah tinggi," ujar Al mengenalkan Lyana kepada Heldy.

Heldy menjabat tangan Lyana dan menyapanya ramah.

"Ternyata orangnya cantik begini, makanya bisa mengalihkan dunia Al dan menarik perhatin Al dari wanita-wanita sexy di luar sana," tukas Heldy membuat yang lain terkekeh.

Lyana hanya tersipu malu, menunduk menyembunyikan wajah merahnya.

"Udah dong, Om, jangan digoda terus, nanti dia enggak mau lagi aku ajak ke sini," tegur Al sembari duduk di kursi depan komputer.

"Iya, iya," sahut Heldy lalu memutar kursinya menghadap kepada Al yang mulai dengan pekerjaannya.

"Lyana harus sabar, ya, kalau nemenin Al di studio. Biasanya dia sering lupa waktu kalau udah meracik lagu," tukas Gibran mendekati Lyana memberikan air mineral dingin untuknya.

Lyana menerimanya dengan senyuman manis. "Makasih, Kak. Iya enggak pa-pa kok, Kak."

Ini adalah awal yang baik untuk Al dan Lyana. Mengenal dan mendalami karakter calon tambatan hati itu penting. Sebelum semua telanjur dalam, perkenalan masing-masing dunia yang sedang digeluti adalah suatu keharusan. Karena itu akan membuat mereka saling mengerti jika suatu hari pasangan tak memiliki banyak waktu untuk bersama.

#####

Kalau kalian bagaiamana? Apa seperti Al dan Lyana?

Makasih vote dan komennya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top