DJ~19
Pria mana yang tak was-was dan khawatir jika kekasihnya beberapa hari tak mengirimkannya kabar? Sudah hampir satu minggu ini Lyana tak mengirimkan kabar untuk Al. Dia hanya membalas sekali pesan singkat Al yang mengatakan dirinya saat ini sedang sibuk dan aktivitasnya sedang padat. Al menghela napasnya dalam setelah Andika membantunya mengenakan dasi.
"Kenapa sih, Bos, muka lo ditekuk begitu?" tanya Andika merapikan rambut klimis Al.
"Doy, Lyana enggak balas pesan gue. Gue telepon juga enggak diangkat," ungkap Al dengan perasaan gelisah memikirkan kekasih hatinya yang entah bagaimana kini dia berada.
"Coba deh, Al, lo hubungin lagi. Siapa tahu kali ini dijawab telepon lo," usul Chelsea yang menemani Ranggaz bersiap di ruang kostum bersama Al dan tim lainnya.
Al segera menghubungi Lyana, benar saja kata Chelsea, kali ini keberuntungan berpihak kepada Al. Lyana menjawab teleponnya.
"Halo," sahut Lyana dari seberang.
Perasaan Al sedikit lega mendengar suara yang sudah sangat dia rindukan.
"Kamu ke mana aja sih? Kenapa enggak pernah dibalas chat-ku? Teleponku juga enggak pernah kamu angkat," omel Al karena merasa khawatir dengan keadaan Lyana di Belanda.
"Maafin aku, Al, kamu kan minta aku pulang segera, jadi aku harus menyelesaikan pekerjaanku secepatnya, biar bisa cepat pulang ke Indonesia," jelas Lyana membuat Al mendengus kesal.
"Apa kamu yakin enggak bisa pulang saat ini juga?" Pertanyaan bodoh Al yang mustahil untuk Lyana sanggupi.
Bagaimana bisa Lyana datang dengan sekejap, sedangkan perjalanan dari Belanda ke Jakarta saja memakan waktu lebih dari 14 jam. Itu hanyalah harapan Al yang menjadi angan dan sebatas fatamorgana.
"Al, seandainya tanganku ini bisa jadi sayap, mungkin aku bisa pulang detik ini juga buat menghadiri acara kamu di Indonesia. Tapi apa dayaku, jarak membatasiku untuk melakukannya. Aku masih punya tanggung jawab di sini, maaf," ucap Lyana menyesal dan bersedih.
Rasa kecewa Al semakin besar karena dia sangat berharap Lyana bisa datang malam ini. Namun, bagaimana lagi, itu tak akan terjadi, mendengar desahan Lyana membuat Al tak tega. Lyana juga sangat menginginkan dapat hadir di tengah kebahagiaan Al. Apalagi hari ini adalah hari spesial yang terulang satu tahun lagi.
"Ya sudah, maaf aku sudah memaksakan kehendakku," ucap Al menyesal.
"Aku yang harusnya minta maaf karena tidak bisa hadir di acara spesialmu. Selamat ulang tahun, pacar, semoga kamu selalu diberi kesehatan, dilancarkan semua urusannya, dan setiap langkahmu selalu diberkahi Tuhan. Maaf juga aku belum bisa memberikan kado untukmu," kata Lyana menyembuhkan rasa kecewa Al karena secara tak langsung, Lyana kini sudah mengakui Al sebagai kekasihnya.
"Aku enggak butuh kado dari kamu, yang aku mau, kamu cepat pulang dan makasih udah mengakuiku sebagai pacar kamu. Jujur, hatiku sekarang lega karena ungkapan kamu tadi membuatku semakin yakin untuk melanjutkan hubungan kita lebih jauh," ujar Al dengan perasaan bahagia.
"Iya, maafkan keterlambatanku mengakuimu pacar," ucap Lyana terdengar tawa kecil dari ujung telepon. "Maaf sudah membuatmu menunggu. Maaf, maaf, dan maaf." Hanya kata itu yang dapat Lyana sampaikan untuk menutupi rasa penyesalannya karena sudah mengecewakan Al.
"Kamu belum terlambat karena aku sampai detik ini masih menunggumu. Cepat pulang dan cepat kembali. Aku menunggumu," pinta Al segenap hatinya yang paling dalam.
"Iya, aku akan segera pulang setelah urusanku di sini selesai," sahut Lyana yang sebenarnya merasa tak tega mendengar suara Al parau.
"Aku sangat mencintaimu," ucap Al tulus dari lubuk hatinya.
Hati Lyana bergetar lirih mendengar ungkapan cinta Al, perasaannya menjadi tenang dan menghangat.
"Aku juga mencintaimu," balas Lyana tak kalah tulusnya dengan Al.
"Al, persiapan, ya? Acara live, jadi kamu harus standby," ujar Heldy menginterupsi.
"Okay, Om. Makasih," sahut Al mengacungkan ibu jarinya kepada Heldy. "Udah dulu, ya? Nanti setelah acara selesai aku hubungi kamu lagi. Jaga diri baik-baik."
"Iya, good luck ya acaranya. Aku tunggu cerita serunya."
Dengan perasaan tak rela Al memutuskan panggilannya. Semua teman-teman Al sudah bersiap untuk menemaninya keluar menemui para undangan. Andika mendekati Al lantas merangkul bahunya agar Al lebih bersemangat melewati acara spesialnya tanpa Lyana.
"Harusnya dia ada di sini sekarang," ucap lirih Al masih dapat terdengar oleh Andika.
"Sabar, nanti juga ada waktunya untuk kalian berdua," ujar Andika menepuk-nepuk bahu Al.
"Iya, Al, sekarang waktunya lo profesional. Pasang senyum lo untuk para undangan yang hadir memberikan doa di hari spesial lo," ujar Delta memberikan semangat untuk Al.
Al menarik napasnya dalam lalu melangkah masuk ke tengah-tengah acara yang sudah siap. Suasana ruang yang tertata elegan dengan para tamu undangan orang-orang penting membuat Al merasa nervous.
"Doy, gue gugup," ucap Al melangkah mendekati panggung tempat dia menampilkan bakatnya nanti sebagai hiburan para tamu undangan.
"Udah, tenang aja. Anggap aja mereka itu enggak ada. Lo bayangin aja ruangan ini sepi dan cuma ada lo dan Lyana," hibur Andika agar Al dapat mengusir kegugupannya.
Al menarik napasnya dalam, memasang senyum terbaiknya untuk menyapa para undangan. Di meja khusus yang sudah disedikan untuk Al dan keluarga; Maya, El, dan Dul menanti kehadiran superstar itu. Dengan langkah mantap Al menghampiri keluarganya, Maya berdiri dari duduk, menyambut kehadiran putra pertamanya.
"Selamat ulang tahun, ya, Sayang. Semoga apa yang kamu harapkan selama ini dapat terwujud. Jadilah pria yang bertanggung jawab dan kakak yang dapat menjadi contoh untuk adik-adikmu," ucap Maya memeluk Al.
"Terima kasih, Bunda," balas Al memeluk Maya.
Puas memeluk Maya pun melepas pelukannya dan mencium semua permukaan wajah Al. Dari kening turun kedua pipinya dan berakhir di ujung hidung mancung Al. Usai Maya mengucapkan selamat untuk Al, kini giliran El dan Dul.
"Selamat ya, Brother, semoga sehat selalu, karier semakin cemerlang, dan dapat selalu dibanggakan keluarga," ucap El tulus lalu memeluk Al.
"Aamiin, makasih, ya?" Al membalas pelukan El.
"Kak," panggil Dul membuat Al melepaskan pelukan El lalu beralih kepada adik bontotnya itu.
Senyum manis terlempar dari bibir Dul untuk Al. Al menarik Dul ke dalam pelukannya.
"Selamat ulang tahun, ya, Kak? Semoga semakin dewasa, sehat selalu, menjadi pria yang dapat dibanggakan keluarga dan0 pastinya lagi semoga bisa menjadi imam yang baik untuk keluarga Kakak kelak."
"Aamiin," sahut Al mengusap kepala Dul penuh kasih sayang. "Makasih, ya, Dul," ucap Al tulus.
Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday
Happy birthday
Happy birthday, DJ Al ....
Seorang wanita cantik membawa kue ulang tahun dari tempat gelap. Al melepas pelukan Dul saat mengenali suara itu. Al mencari-cari keberadaan orang yang memiliki suara merdu yang tak lain adalah milik Lyana. Dari arah kegelapan, senyum manis mengiringi jalan gadis cantik yang membawa kue ke arah Al. Namun, sangat disayangkan, gadis yang Al harapkan bukan dia.
"Selamat ulang tahun, Al," ucap Lisa, mantan kekasih Al tersenyum sangat manis, tetapi tak lagi mampu menggetarkan hati Al.
Al tersenyum kecewa dan menjawab, "Terima kasih, Lisa."
Hati Al seketika merasa galau karena dia sempat meyakini jika pemilik suara merdu itu adalah Lyana. Namun melihat Lisa membuat Al berpikir, mungkin itu hanya halusinasinya. Entah siapa pemilik suara itu, Al yakin itu suara merdu kekasihnya. Jika memang itu adalah suara Lyana, di mana dia berada? Mengapa bukan Lyana yang muncul, justru Lisa yang kini berada di hadapannya?
Tiup lilinnya
Tiup lilinnya
Tiup lilinnya sekarang juga ... sekarang juga ... sekarang juga
Semua para undangan ikut bernyanyi, menyamarkan suara utama yang tadi sempat menguasai gedung tersebut.
"Ayo, Al, tiup lilinnya," titah Lisa lembut.
Al memejamkan matanya, memanjatkan doa sebelum dia meniup lilin. Sekali embusan napas, Al mampu memadamkan lilin-lilin kecil yang berada di atas kue cokelat tersebut. Tepuk tangan meriah mengiringi padamnya lilin yang Al tiup.
Al membungkuk tanda berterima kasih kepada semua yang sudah menghadiri pesta ulang tahunnya dan mendoakan. Saat Al sibuk menerima ucapan selamat dari teman-temannya, suara musik melantun merdu dari panggung yang masih gelap.
"Tawa dan tangis datang silih berganti, menyertai setiap langkah perjalanan hidupmu, tanpa terasa sudah bertambah satu tahun usiamu, biarkan aku mengiringi kebahagdiaanmu di hari ini. Dari hati yang paling dalam, izinkan aku mengucapkan segelintir doa dan harapan untukmu. Selamat ulang tahun, Pangeran Inggris-ku, semoga Tuhan senantiasa menyertai setiap langkahmu dan menjadikan hubungan kita semakin kuat menghadapi segala ujian di kehidupan ini. I Love You."
Mata Al terbelalak saat lampu sorot memperjelas gadis yang sudah berdiri di tengah panggung memegangi mikrofon. Gadis mungil, mengenakan dress hitam lengan panjang, pas bodi, dan rambut ditata naik. Cantik dan sangat elegan.
"Aku persembahkan lagu ini untukmu, DJ Al."
Nada lagu mulai melantun indah, Al masih terpaku berdiri memandangi kekasih hatinya yang akan berlagu untuknya.
Hari ini, hari yang kau tunggu
Bertambah satu tahun, usiamu,
Bahagdialah slalu
Yang kuberi, bukan jam dan cincin
Bukan seikat bunga, atau puisi,
Juga kalung hati
Maaf, bukannya pelit,
Atau enggak mau ... bermodal dikit
Yang ingin aku ... beri padamu
Doa setulus hati ...
Smoga Tuhan, melindungi kamu
Serta tercapai semua angan dan cita-citamu
Mudah mudahan diberi umur panjang
Sehat selama lamanya.
Selamat ulang tahun .... Selamat ulang tahun ....
Tak menunggu musik hingga berakhir Al berlari ke panggung dan menyambut Lyana dengan pelukan yang sangat erat. Semua ikut berbahagia melihat hal itu. Tepuk tangan meriah pun menguasai gedung tersebut.
"Happy birthday," ucap Lyana membalas pelukan Al.
"Kenapa bohong?" tanya Al tak melepaskan pelukannya yang sangat erat, Lyana hingga tak memiliki celah sedikit pun di antara keduanya.
"Aku enggak bohong," bantah Lyana berbahagia karena kini dia dapat nyata melihat dan menyentuh Al di dekapannya.
"Kenapa tadi di telepon ngomongnya begitu?"
"Buat kejutan kamu," jawab Lyana santai lantas meregangkan pelukannya.
"Makasih," ucap Al bahagia dapat menatap wajah cantik kekasihnya yang begitu nyata di depan mata tanpa terbatas oleh layar datar lagi.
Lyana hanya mengangguk dan entah apalagi yang ingin dia katakan. Semua mata tertuju kepada mereka yang asyik sendiri di atas panggung hingga tak menyadari ratusan pasang mata sedang memerhatikan. Suara MC di acara tersebut menggelegar menyadarkan Al jika saat ini mereka menjadi pusat perhatin banyak orang, terutama netizen.
"Selamat malam, DJ Al! Wah, wah, wah, kayaknya bakalan banyak gadis yang patah hati nih, ya, dari Ghazalic bagaimana?" seru seorang MC mendekati Al yang menggenggam tangan Lyana erat di tengah panggung.
Ghazalic adalah sebutan untuk komunitas fans Al. Mereka yang mengidolakan Al, dari seluruh Indonesia maupun luar negeri, disebut Ghazalic. Al hanya tersenyum malu bercampur salah tingkah. Sedangkan Lyana menyembunyikan dirinya di belakang tubuh kekar Al.
"Kenalkan dong, Al, siapa sih gadis ini? Pacar atau ...?" MC pria itu memicingkan matanya menggoda Al sambil memberikan mikrofon kepadanya.
Al menerima mikrofon itu lalu menoleh ke belakang karena Lyana bersembunyi di balik tubuh kekarnya. Tanpa melepas genggaman tangannya, Al sudah meyakinkan dirinya jika ini adalah saatnya mengumumkan siapa Lyana sebenarnya.
"Dia adalah gadis yang membuat saya langsung jatuh cinta saat pertama kali melihatnya. Yang bisa membuat hidup saya menjadi lebih berarti. Dia juga gadis pertama yang membuat saya susah tidur karena sibuk memikirkannya, membuat saya sempat gila karena selama dua tahun lebih menunggu jawaban cinta darinya. Gadis pertama yang sempat menolak ungkapan cinta saya hingga kesekian kalinya dan pada akhirnya Tuhan mentakdirkan dia untuk kembali kepada saya." Al menarik Lyana agar keluar dari persembunyiannya.
Sambil malu-malu Lyana menampakkan dirinya di depan khalayak, netizen pun tak ingin melewatkan momen tersebut.
"Waow, jadi gadis ini yang berhasil menaklukkan hati DJ tampan pujaan para wanita masa kini? Oooh, sayang sekali bagi Ghazalic yang selama ini tergila-gila dengan Al, kalian harus menerima kenyataan jika saat ini hati idola kalian sudah tertutup rapat. Jadi, tabahkanlah hati kalian, ya?" gurau MC membuat Ghazalic yang mendapat undangan khusus ke acara tersebut berteriak histeris, justru membuat acara semakin meriah.
Pembawaan Al yang kalem dan tenang membuat para fans merasa gemas, mereka juga ikut berbahagia karena Al menemukan tambatan hatinya. Al berbisik kepada MC sesuatu.
"Oh, baiklah, kali ini Al akan membawakan lagu duet bersama kekasihnya. Ini dia Kasidah Cinta dari DJ Al dan kekasihnya, Lyana!" seru MC membuat Lyana kelimpungan karena Al tak memberikannya interupsi terlebih dulu kepadanya.
"Al ...," ucap lirih Lyana menatap tajam sang kekasih.
Al hanya mengangguk dan tersenyum sangat manis lalu memberikan mikrofon kepada Lyana.
"Kali ini aja, jangan tolak aku. Anggap saja ini kado dari kamu di hari ulang tahunku," pinta Al sungguh-sungguh.
"Okay, kalau itu yang kamu mau."
Akhirnya Lyana menyetujuinya, duet untuk pertama kalinya dengan sang kekasih di depan banyak orang membuat Lyana nervous.
Untung saja Al tak pernah melepas genggaman tangannya dari Lyana. Hingga hati Lyana dapat merasa lega dan rasa groginya sedikit melebur. Musik mulai terdengar, kini waktunya mereka untuk bernyanyi. Lyana selalu menatap wajah tampan Al, rasa rindunya yang sudah menggunung sedikit demi sedikit terkikis. Senyum tak pernah pudar dari bibir keduanya.
Kujatuh cinta kepadamu
Saat pertama bertemu
Salahkah aku terlalu mencintai
Dirimu yang tak mungkin mencintai aku
Oh, Tuhan tolong ....
Aku langsung jatuh cinta kepadamu
Cinta pada pandangan pertama
Cinta yang bisa membuat hidupku
Menjadi lebih berarti
Oh, mungkin hanya keajaiban Tuhan
Yang bisa jadikan hambaNya yang manis
Menjadi milikku
Aku langsung jatuh cinta kepadamu
Cinta pada pandangan pertama
Cinta yang bisa membuat hidupku
Menjadi lebih berarti
Aku bukanlah wanita
Yang mudah jatuh hatinya ....
Di setiap syair yang dinyanyikan oleh Al dan Lyana hingga terasa di hati pendengarnya. Mereka menangkap rasa, bahwa setiap bait yang Lyana dan Al nyanyikan adalah ungkapan hati mereka selama ini.
"Terima kasih," ucap Al lalu menggandeng Lyana untuk turun dari panggung.
Semua teman-teman mereka menyambut di bawah panggung dengan perasaan sukacita.
"Aaa, Lyanaaa, gue kangeeeen banget sama lo," pekik Delta heboh merentangkan kedua tangannya menyambut Lyana.
"Deltaaa," balas Lyana tak kalah bahagianya menyambut pelukan Delta.
Mereka berdua berpelukan erat disusul oleh Enggar dan Chelsea.
"Lyana, lo tega amat sih bohongin kami," protes Enggar mencubit pipi Lyana gemas.
"Maaf, sebenarnya aku udah siapin kejutan ini sejak dua hari yang lalu. Aku udah di Indonesia tiga hari lalu sih ... sebenarnya," ungkap Lyana melirik Al, membuat sang kekasih menatapnya tak percaya.
"Apa! Berarti kamu udah di Indonesia empat hari ini? Tapi enggak ngabari aku?" tanya Al dibalas anggukan oleh Lyana.
"Wah, lo tega banget sih, Lyana, buat Al hampir gila memikirkan lo," sahut Andika tak percaya karena Lyana melakukan hal itu sangat rapi tanpa sepengetahuan yang lainnya.
"Maaf, Kak Gibran sebenarnya juga udah tahu kok aku pulang. Tapi aku suruh dia diam dulu. Tante Maya juga tahu, aku persiapkan ini semua juga atas izin Tante Maya dan semua panitia acara kamu," jelas Lyana dengan tampang polos membuat Al kesal.
Al menatap tajam ke arah Gibran menuntut penjelasannya, Gibran mengangkat tangannya di depan dada, tanda menyerah dan tak tahu menahu alasan Lyana memintanya tutup mulut.
"Jangan Tanya gue, Al, tanyakan langsung sama cewek lo," ujar Gibran.
Bagaimana bisa Lyana melakukan itu? Jelas-jelas dia sudah sangat dekat dengan Al, dia rela menahan rindunya demi memberikan Al kejutan. Lyana juga membuat Al hampir gila karena frustrasi memikirkan keadaan dan kabar tentang dirinya selama Lyana tak membalas pesan singkat maupun mengangkat teleponnya.
"Kamuuuuuuu ini yaaaaaa." Al menarik kepala Lyana dan mengapitnya di bawah ketiak, membuat Lyana memekik dan menjadi bahan tertawa teman-temannya.
"Ampuuuuuuun, Bos Al!" pekik Lyana membuat Al semakin gemas kepadanya.
Al melepas kepala Lyana dari apitannya, lalu dia menegakkan tubuhnya. Selama break mereka mengobrol di belakang panggung.
"Lyana nanti temani Al di panggung, ya? Satu sesi khusus permintaan dadakan Al ini," ujar pengarah acara tim dari stasiun TV.
Setelah pria itu pergi Lyana menatap Al menuntut penjelasan.
"Kamu ngapain sih minta-minta begitu? Acara ini, kan, sudah diatur. Kasihan yang sudah memikirkan step by step acaranya," omel Lyana yang sebenarnya kurang PD menjadi sorotan kamera.
Ini acara langsung di stasiun televisi, tidak main-main, masyarakat Indonesia melihatnya.
"Aku cuma mau ...."
"Al, Lyana, persiapan!" pekik seseorang.
Segera Al menggandeng Lyana ke panggung. Ini adalah waktu yang tepat, pikir Al. Di tengah kursi undangan ada orang tua Al. Lalu dia berlutut di depan Lyana sembari menggenggam tangannya. Semua mata tertuju kepada Al dan Lyana.
"Al, apa yang kamu lakukan?" kata Lyana menahan malu sekaligus bingung dengan perbuatan Al itu.
Al mendongak menatap serius wajah Lyana. "Aku ingin menepati janjiku. Ini adalah waktu yang tepat, sudah lebih dari tiga tahun sejak awal kita bertemu aku selalu menanti hari ini tiba. Jarak yang sempat memisahkan kita, membuatku banyak belajar arti kesetiaan dalam penantian, kesabaran untuk melawan rindu dan keikhlasan merelakanmu pergi. Sempat aku kesulitan untuk menepati janjiku selalu menjaga hati karena hidupku selalu dikelilingi wanita-wanita cantik. Namun, Tuhan selalu menyadarkanku kembali untuk mengingat janji dan komitmen yang sudah kita sepakati."
Air mata haru menggantung di pelupuk Lyana. Dia menatap kedua mata Al yang penuh harapan, terlihat kesungguhan dan ketulusan darinya. Lyana tak pernah memiliki pikiran jika Al akan melakukan hal ini di depan ratusan orang hingga ribuan pasang mata yang menyaksikan siaran langsung di televisi itu.
"Menunggu jawaban cinta kamu itu ibarat belajar menjadi DJ profesional. Butuh kesabaran dan waktu yang lama. Enggak cuma instan dengan sekejap dapat meraihnya."
Semua orang tertawa mendengar ungkapan Al yang terdengar konyol, tetapi sebagian orang mendengar justru romantis. Lyana terkekeh, air mata bahagia menetes di pipinya.
"Pacaran jarak jauh sama DJ itu ... hatiku berasa di remix. Dicampur-campur berbagai macam rasa rindu, cemas, dan bahagia. Rindu karena jarak memisahkan, cemas karena takut kamu nakal dan bahagia karena DJ Al berbeda dengan DJ dari sudut pandanganku selama ini. Kamu berhasil mematahkan image seorang DJ yang play boy, pergaulan yang bebas, enggak memiliki komitmen serius dengan satu orang wanita dan kamu berhasil membuktikan bahwa karier menjadi disc jockey juga menjanjikan. Aku bangga sama kamu, Pacar."
Siulan dan tepuk tangan meriah mengiringi Al yang memasukkan cincin emas putih di jari manis Lyana.
"Aku sudah melamarmu dulu, sebelum kamu berangkat ke Belanda, jadi ini adalah lamaran resminya. Ribuan orang menjadi saksi bahwa kamu adalah pelabuhan terakhir untuk menyandarkan hatiku."
Lyana tertawa bahagia dan membantu Al berdiri.
"Aku mau mendampingi kamu, menjadi wanita yang beruntung telah memenangkan hati seorang superstar sepertimu. Makasih karena sudah sabar menungguku, maaf karena membuatmu menungguku lama," ucap Lyana menitikkan air mata bahagia bercampur rasa bersalah.
"Kamu enggak salah, dengan ujianmu itu yang membuatku yakin jika kamu adalah wanita yang patut untuk aku perjuangkan dan pertahankan. Makasih mau menerimaku yang tidak sempurna ini, tapi kamu harus tahu jika aku mencintaimu dengan cara yang sempurna," ungkap Al lalu menarik Lyana ke dalam pelukannya.
Virda dan Dirga yang melihat ketulusan cinta Al dan Lyana merasa beruntung bahwa putri semata wayangnya mendapatkan pria yang baik.
Wanita yang baik akan mendampingi pria yang baik pula. Sebaliknya, jika kelakuan dan perbuatan manusia itu buruk, jangan mengharap jika nanti berjodoh dengan yang baik. Tuhan itu adil dan tak pernah tertukar untuk menggariskan takdir-Nya. Tuhan sudah membagikan skenario-Nya sebelum kita terlahir di dunia ini, yang pasti sesuai dengan peran dan porsi kita masing-masing.
"May, apa kita akan segera besanan?" tanya Virda menggoda Maya saat dia dan Dirga menghampiri Maya.
Maya tertawa bahagia lalu merangkul sahabat baiknya itu. Tanpa direncanakan dan tanpa mereka pikirkan sebelumnya, ternyata takdir Tuhan mengubah persahabatan mereka menjadi keluarga besar.
"Aku akan segera meresmikan lamaran ini ke rumahmu, Virda. Aku sangat bahagia hari ini, ternyata anak-anak kita sudah dewasa, ya?" ujar Maya menatap Virda yang tersenyum lebar karena merasa sangat bahagia.
"Iya, enggak terasa waktu berjalan begitu cepat. Perasaan baru kemarin aku mengajarkan dia berjalan, sekarang putri kecilku sudah menjelma menjadi bidadari yang sangat cantik dan mampu menaklukkan hati pangeran yang sangat tampan," tukas Virda membuat Maya tertawa lepas.
Cinta tanpa menuntut kesempurnaan, karena cinta itu sendiri yang akan menyempurnakan kekurangan. Mencintai itu memang harus tulus, tetapi mencintai dan memerhatikan dari jarak jauh itu jauh lebih tulus. Jeda yang memberikan rindu pada titik yang sama, diam karena saling mendoakan, itu adalah cara pasangan berpelukan dalam ikatan jarak.
"Mencintai itu mudah, jatuh cinta mungkin tak susah. Tapi menjaga dan membangun cinta hingga akhir hayat butuh perjuangan. Aku sudah menemukanmu, wanita yang mencintaiku dengan tulus. Sulit aku mendapatkan kamu, maka dari itu, aku akan memperjuangkan dan mempertahankanmu segenap hatiku." Al mencium kening Lyana, genggaman tangan Al membuat hati Lyana berdesir merasakan aliran cinta yang Al miliki untuknya.
Falling in love is easy, but staying in love is very specdial. Mungkin jatuh cinta itu mudah, tetapi jika mampu mempertahankan itu adalah suatu hal yang sangat susah dan sangat spesial. Pertahankan hal yang sudah diperjuangkan dan jagalah itu segenap jiwa dan raga.
END
#######
Thanks, teman-teman yang sudah setia membaca cerita ini sampai ending. Semoga kamu dapat mengambil amanat dari cerita ini.
Salah hangat dariku untuk kalian semua. Makasih banyak udah support dan yang udah vote, komen. Makasih banyak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top