Chapter 8

Chapter 8

Revkis akhirnya menelepon Yelos. Ia meminta bantuan Yelos agar menjaga rumahnya. Ia lalu menelepon sahabatnya itu.

"Yelos, gue mau bicara ke lo. Pokoknya lo harus ke rumah gue sekarang. Gue harus ke rumah si Buni."

"Buni..... dukun dangdut?"

"Iya, gue harus ke rumah dia sekarang. Gue mau nanya soal pasiennya."

"Oke. Gue harus jaga rumah lo gitu?"

"Iya. Gue harus pergi sekarang."

Revkis segera pergi dari rumahnya, setelah ia pamitan dengan Erva, ia lalu ke rumah Ki Buni. Ia tersenyum sambal menggeleng-geleng kepala.

Semuanya bego! Gampang dibodohin!

Revkis turun dari mobilnya ketika sudah sampai di rumah Ki Buni. Ia mengetuk pintu. Ki Buni di dalam bersama salah seorang pasien cantik, penyanyi dangdut yang sangat bahenol.

"Ki Buni, apa kabar? Lagi ngapain lo?"

"Gue lagi sama pasien, dia penyanyi dangdut. Kenalin namanya Eola

"Gue Revkis. Gue fotografer dan paranormal juga."

"Eola." Eola berjabat dengan Revkis.

"Gue mau ngomong sama lo Bun."

"Ada apa?"

"Benar nggak, pasien lo yang nyantet istri gue?"

"Apa?! Pasien gue semuanya baik! Nggak ada yang tukang santet! Lo jangan kurang ajar!"

"Kok lo emosi sih?!"

"Wajar gue emosi! Pasien gue semuanya baik. Emang lo bisa buktiin kalau pasien gue yang nyantet istri lo?"

"Bisa aja!"

"Lo kenapa sekarang suka main fitnah?"

"Gue ini fotografer dan juga paranormal. Jadi gue tahu siapa yang suka main-main di belakang sama pasiennya.

"Main di belakang?"

"Main di belakang sama pasien, contohnya si bahenol itu."

"Gue nggak pernah main dibelakang sama dia."

"Tapi gimana kalau sama yang lain. Eola itu bahenol. Pasien-pasien lo yang lain juga bahenol."

"Terus?"

"Mereka pasti menggairahkan lo." Eola mendengar pertengkaran itu, ia sangat kaget. Air matanya keluar.

"Cukup ya!"

"Gue males ngomong sama lo! Dasar dukun baper!"

Revkis meninggalkan Ki Buni dengan perasaan yang sangat kesal. Ia kesal karena Ki Buni selalu mendapatkan pasien yang sangat cantik.

Revkis masuk ke dalam mobilnya dan pergi. Sementara itu Ki Buni kembali ke ruang praktek disusul Eola.

"Ini bunga buat kamu Eola. Nggak usah kamu pikirin dia."

"Kenapa dia nuduh kamu?

"Dia lagi stress kali. Istrinya baru disantet."

"Disantet siapa?"

"Nggak tahu La. Aku sayang kamu La. Nggak usah kamu pikirin fotografer sombong itu ya."

"Iya."


***

Nela meminum segelas wine miliknya di sebuah restoran. Ia menunggu Revkis yang katanya hendak menemuinya. Revkis berencana meniduri Nela di hotel setelah mereka bertemu di kafe.

Nela tidak merasa bersalah karena telah merebut suami sahabatnya. Ia merasa tergila-gila dengan Revkis. Ia harus menikah dengan Revkis. Ia merasa Revkis sepenuhnya miliknya sekarang.

Beberapa menit kemudian, Revkis datang menghampiri kekasih gelapnya itu. Ia memeluk wanita itu. Wanita itu memakai pakaian berwarna biru dengan kedua lengannya yang terlihat. Dadanya sangat montok. Nela lebih bahenol daripada Eola.

"Hotelnya udah siap, Sayang." Ucap Nela.

"Kita ada di lantai atas kan?" Tanya Revkis dengan tatapan mesra.

"Ya. Kenapa kamu suka di lantai atas?" Nela penasaran.

"Biar Erva nggak gampang melacak keberadaan kita."

"Oh gitu ya."

"Iya, memang aku begitu orangnya."

 "Iya, aku paham sayang. Aku baru beli bikini yang kualitasnya bagus untuk malam ini."

"Ya, untuk pesta kita nanti di hotel."

"Iya, kamu mau pesan apa pangeran fotograferku?"

"Aku mau pesan apapun, kalau perlu bir yang paling memabukkan malam ini. biar kita bisa mabuk cinta. Yang penting aku tidak seperti lelaki yang menginginkan wanita cantik untuk menjadi kakaknya. Aku akan memintamu menjadi istriku, model yang menjadi seorang putri."

Kemudian Nela segera memesan sebotol bir untuk mereka berdua. Malam itu, mereka mabuk cinta bersama. Cinta yang penuh alkohol.


***

Keesokan harinya, digelar dangdutan di sebuah taman, Eola adalah  salah satu penyanyi dangdut yang mengisi acara tersebut. Para penonton pria merasa senang ketika Eola menari-nari. Tubuhnya sangat bahenol dan membuat para pria berteriak-teriak sambal bergoyang.

Eola bernyanyi lagu berjudul "Bete" dengang goyangan seksinya, ia mengajak beberapa pria bergoyang bersamanya. Para pria bergoyang sambil memegang uang saweran.

Eola juga menyanyikan dua lagu dangdut sambil bergoyang juga. Salah satu penonton pria adalah Ki Buni, kekasihnya. Kekasihnya itu juga bergoyang di antara beberapa pria.

Untuk sementara waktu, Eola istirahat. Ia turun ke panggung dan mendekati Ki Buni. Ki Buni memberikan beberapa susuk agar goyangan kekasihnya itu memikat para penonton.

"Ini susuk baru. Pokoknya, kamu harus goyang lagi. Yang paling seksi." Ucap Ki Buni.

Eola mengangguk. Ia mencium pipi Ki Buni. Eola membuka tasnya dan meminum bir miliknya. Setelah itu, ia berganti baju. Kali ini ia memakai baju yang seksi. Sebelumnya ia memakai baju yang lengannya tertutup. Kali ini ia memakai baju terbuka dengan celana Hot Pants.

Baju You Can See yang ia pakai menarik para penonton pria. Ia mulai menyanyikan lagu berirama pop dicampur dengan dangdut. Ia menyanyikan lagu Ed Sheeran berjudul "Thinking of Loud" dengan suara yang sangat merdu.

Acara selesai pada siang hari. Eola pulang bersama Ki Buni. Mereka memutuskan untuk makan siang bersama di sebuah restoran.

Ketika mereka sedang asyik makan, Jelkor yang duduknya tidak jauh dari meja mereka, langsung menghampiri mereka.

"Ki Buni, saya mau tanya. Kenapa Revkis menuduh saya?" Jelkor yang bertanya seperti itu, membuat Ki Buni menghentikan kegiatan makannya.

"Kamu Jelkor?" Ki Buni kebingungan.

"Iya. Kenapa dia menuduh saya?"

"Saya juga tidak tahu. Yang ada dia yang menuduh saya."

"Kenapa Anda tidak tidak tahu? Siapa wanita ini Ki Buni?"

"Dia Eola, dia kekasih saya."

"Cantik sekali. Tapi saya lebih tertarik dengan Rika."

"Oh, gitu."

"Kenalkan, aku Eola." Eola mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Saya Jelkor. Saya adalah fotografer sekaligus paranormal juga."

"Pasiennya banyak?" Eola penasaran.

"Pasien sayang lumayan banyak. Tapi tidak sebanyak dukun dangdut."

"Iya, sepertinya kamu iri dengan saya."

"Yang iri itu Revkis sepertinya."

"Tidak usah berburuk sangka. Saya juga tidak tahu." Ki Buni tersenyum mendengart perkataan Jelkor.

"Ya sudah ya, saya mau makan." Ucap Jelkor kembali ke tempat duduknya. Ia menelepon Rika, tapi tidak diangkat. Ia kesal karena tidak bisa mendapatkan hati Rika.

Kapan saya bisa mengambil hati kamu. Ucap Jelkor di dalam hatinya.


***

Egli sedang tertidur di sofa rumahnya. Tiba-tiba terbangun karena mendengar handphonenya yang berdering. Lagu yang berjudul "I'm Yours" yang membuat ia terbangun. Ia lalu mengangkat teleponnya.

"Halo ini siapa?"

"Gue Yelos. Gue disuruh jaga rumahnya Revkis. Lo mau bantuin gue. Gue dapar nomor telepon lo dari Rika."

"Oke. Memangnya ada apa?"

"Erva kesurupan. Dia kesurupan karena disantet orang."

"Ya udah, gue ke sana. Tunggu ya."

"Iya."

Egli menutup teleponnya. Ia segera menaiki mobilnya dan tancap gas ke rumah Revkis. Sesampainya di rumah Revkis, Egli melihat Erva berteriak-teriak karena kesurupan.

"Kenapa dia bisa kesurupan, Yelos?" Tanya Egli dalam keadaan panic.

"Tiba-tiba dia jatuh lalu berteriak-teriak nggak jelas. Gue sama Rika bantuin dia." Jawab Yelos.

"Gue nggak tahu Eg. Kayaknya rumah ini banyak ilmu hitamnya." Rika menjawab.

"Gue cek dulu." Egli mencoba berkonsentrasi. Ia kaget karena banyaknya ilmu hitam di rumah Revkis.

Siapa yang mengirimkan ini semua? sepertinya mereka betah sekali tinggal di sini. Egli bertanya-tanya dalam hatinya.


BERSAMBUNG

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top