07. Dari Sudut Pandang Rahardian Kenan

Senin pagi, sekolah tengah disibukkan dengan persiapan upacara bendera. Siswa kelas sebelas IPA 1 yang hari ini sedang kedapatan menjadi petugas upacara. Jadwal itu memang digilir untuk perkelas setiap minggunya. Alea tidak peduli asalkan bukan kelasnya yang ditugaskan.

Ia berjalan malas menuju lapangan utama sambil menenteng topi serta dasi. Bersama Aira yang terus mengoceh di sampingnya. "Le, buruan pakai dasinya!" Ia mengangguk menanggapi, tetapi hanya sampai menyampirkan dasi pada kerah bajunya. Hingga membuat Aira berhenti dan membenarkan letak dasi itu untuk Alea.

Senyum manis ia berikan untuk sahabatanya. "Thank you, My Love!" dan Aira yang membalasnya dengan usapan lembut di kepala Alea sebagai tanda sayang. Mereka tak menyadari jika Kenan memperhatikan dari jauh. Melihatnya membuat pemuda itu merinding sendiri.

"Udah, Bro! Ini mah, lo enggak ada harapan. Udah ada pawangnya tuh, doi." Kenan menoleh dan mendapati Jimmy sudah di sampingnya sambil tertawa meledek.

"Diem, lo! Enggak mungkin Alea begitu," sanggahnya tidak terima.

Jimmy terbahak mendengarnya. "Duh, mana udah bela-belain dihukum di hari terakhir MOS lagi biar bisa kenalan sama doi."

Kenan memutar bola mata jengah dan berlalu meninggalkan teman sebangkunya itu. Ia tidak dapat mengelak ketika Jimmy mengoloknya perihal perjuangannya mendapatkan hati Alea. Pemuda itu memang sudah mengincar sepupu Juna sejak hari pertama pendaftaran sekolah. Ia melihat Alea bersama dua orang teman—yang kini ia ketahui bernama Arjuna dan Aira—tengah mengisi formulir pendaftaran sekolah.

Ia yang tadinya kesal karena harus mendaftar di sekolah swasta mendadak bersemangat setelah bertemu dengan gadis itu. Berusaha menguping pembicaraan ketiganya dan berhasil mengetahui jika gadis yang ia taksir bernama Aluna Azalea. Kenan sangat percaya bahwa takdirnya akan baik bersama Alea, sebab tanpa ia duga banyak kesempatan untuknya mendekati gadis itu. Seperti satu kelompok ketika masa orientasi, dihukum bersama—meski ia dengan sengaja melepaskan atribut saat MOS, hingga berakhir menjadi teman satu kelas. Bukannya itu udah jelas banget jodoh, ya?

Pemuda itu merasa yakin akan perasaannya pada Alea. Hingga ia diperkenalkan pada Aira. Terlihat jelas jika gadis yang ia ketahui sahabat Alea itu tidak menyukai keberadaannya di dekat Alea. Sempat berpikir postiif, tetapi semakin hari, Aira semakin menjadi untuk melarang Alea dekat dengan siapapun selain Juna. Apa bener yang dibilang Jimmy? Masa sih, Alea lesbian? Atau jangan-jangan Aira aja kali yang lesbi? Aleanya enggak sadar? Kalau gitu sih, gue harus selametin Alea dari Aira. Kesayangan gue enggak boleh kena pengaruh buruk Aira!

Tekadnya sudah bulat. Ia akan mendekati Alea bagaimanapun caranya. Tidak peduli dengan persahabatannya, Kenan akan berusaha menjauhkan Aira dari gadis pujaan hatinya itu jika memang Aira membawa pengaruh buruk untuk Alea. Sebab menurutnya, Aira tidak memandang Alea sebagai teman, melainkan lebih. Meski Kenan juga tidak yakin apa orientasi seksual Alea yang sesungguhnya, bisa aja Alea juga menyukai Aira, kan?

Ia menggelengkan kepalanya kuat. Menolak apa yang baru saja terlintas di kepalanya. Ia tidak mau memikirkan hal buruk tentang gadis yang ia sukai, sebab ia percaya dengan kalimat "Apa yang kamu pikirkan akan menjadi kenyataan". Maka ia terus mengulang-ulang kalimat, "Pokoknya Alea normal. Alea akan segera suka sama gue."

Hingga pukulan cukup kencang mendarat pada lengannya. "Udah mikirin Aleanya. Buruan baris, upacara udah mau mulai, nih." Jimmy menariknya untuk memasuki barisan dan ia kembali fokus pada dunia nyata. Melirik sekilas Alea yang berada dua baris di depannya. "Cakep banget, Ya Allah!" gumamnya seorang diri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top