Play - 2
Yuhuuu update🤗🤗❤
Dah saatnya kalian lupain versi lama😂😂👍
Btw komen yang buanyaaak dong❤ besok aku up lagi deh kalo komennya segunung❤❤
#Playlist: The Shires - Naked
•
•
•
Ataphy mengacak-acak rambutnya frustrasi. Niatnya mau mengomeli Alias sampai laki-laki itu kapok, eh, malah berakhir bercinta di tangga darurat. Mereka bercinta dengan aman menggunakan alat kontrasepsi. Tidak mau sampai nanti kebablasan.
Jika sudah berakhir tak terduga, Ataphy perlu bicara lagi dengan Alias, tentunya jangan sampai bercinta lagi. Berabe!
Ataphy kesal sendiri. Kenapa pula mudah terpancing dan tidak menolak? Seharusnya sebagai sosok yang lebih tua, dia bisa menahan diri. Sialnya, dia malah paling sering bablas dan tidak bisa menahan diri. Apalagi kalau Alias sudah menunjukkan wajah ingin disentuh-sentuh. Buyar sudah hasrat untuk menahan diri. Intinya Ataphy paling lemah kalau sudah berurusan dengan yang namanya hasrat.
"Kenapa, Mbak? Udah mirip orang frustrasi aja." Wiraz bertanya pertama kali setelah menyadari Ataphy kembali.
Ramanda melepas jaket kulit yang dia pakai dan menutupi bagian depan blouse Ataphy. Dia berbisik pelan, "Mbak, mending ke toilet sana. Kelihatan tahu merah-merah habis dicupang. Kancingnya juga nggak ditutup."
Ataphy langsung mengintip dari balik jaket kulit Ramanda. Matanya membelalak. Benar saja. Dia lupa mengancingkan satu kancingnya. Dadanya terlihat jelas terutama tanda merah keunguan dan gigitan yang ditinggalkan Alias.
"Oh, iya! Makasih, Manda." Ataphy berbalik badan dan melepas jaket Ramanda. Dia mengancingkan secepat kilat dan merapikan blouse.
"Mbak, Mbak." Ramanda geleng-geleng kepala menyaksikan kelakuan managernya yang sudah tidak perlu diherankan lagi. "Gimana, Mbak? Nggak nikah sama Alias, kan?"
"Jadi, sih, ini mah. Mukanya Alias happy banget tadi," timpal Bamantara.
"Happy habis dikasih susu gratis," gumam Ramanda pelan.
Ataphy mendengar gumaman itu. Dia spontan memukul lengan Ramanda dan memelototi laki-laki itu. Ramanda cuma nyengir dan menunjukkan tanda damai lewat dua jarinya.
Kalau ada yang tahu Ataphy sering bercinta dengan Alias, tentu Ramanda orangnya. Pasalnya beberapa bulan lalu waktu Ataphy dan Alias bercinta di toilet laki-laki, Ramanda masuk. Keduanya bercinta di dalam bilik, tapi obrolan dengan menyebutkan nama masing-masing membuat Ramanda mengetahui siapa gerangan yang tengah bercinta saat siang bolong.
"Omong-omong, tadi Pak Ares nyariin Mbak. Terus saya bilang lagi ambek-ambekan dulu sama Alias," beber Ramanda sedikit berbohong.
"Hah? Kamu bilang gitu?"
Ramanda tertawa geli. "Nggak lah, Mbak. Gila juga. Saya bilang Mbak lagi ngobrol sama Alias. Gitu."
"Duh, Gustiiii! Jangan bikin panik dadakan, dong, Man!" Ataphy bersungut kesal.
"Selow, Mbak," kekeh Ramanda.
"Tapi Pak Ares titip pesan, katanya kalau Mbak udah selesai ngobrol sama ponakannya, Mbak disuruh datang ke ruangan Pak Ares. Kalau dengar pesannya, sih, mau ada wawancara dadakan, Mbak," celetuk Hotelio memberi tahu.
"Kalau gitu saya ke sana dulu, deh. Kalian bisa sendiri, kan? Nggak perlu ditemani?" Ataphy menatap satu per satu personel Your Lover. Kalau yang lainnya, sih, tidak bikin khawatir. Namun, Ramanda ini yang suka menghilang setelah tampil. Suka berujung godain pegawai stasiun televisi. "Manda, awas kamu hilang, ya. Jangan sampai Mbak berubah jadi Hulk. Awas kamu," kecamnya tegas.
"Tenang aja, Mbak. Nanti kami rantai si Manda," celetuk Wiraz.
"Mbak urus dulu aja masalah percintaan sendiri. Nggak usah khawatir. Manda bakal nurut, kok," sambung Hotelio.
"Sialan! Kalian pikir gue anjing kali, ya, dirantai segala?" dengkus Ramanda.
"Itu persepsi lo sendiri, lho, Man," kata Bamantara.
Ataphy bernapas lega melihat yang lain mencoba untuk mengatur Ramanda. Dengan cepat dia membuka pintu. "Mbak tinggal, ya. Sampai nanti, Boys!" Lalu, dia menutup pintu dan bergegas menuju ruangan sang pemilik televisi.
🎵🎵🎵
Dalam perjalanan, orang-orang berbisik-bisik membicarakan tentangnya dan Alias. Dia tahu mereka semua membicarakan perbedaan umur mereka yang cukup jauh. Kini, semua orang menganggapnya pedofil dan melakukan grooming terhadap laki-laki muda. Padahal Alias bukan anak di bawah umur. Alias sudah legal di atas 21 tahun. Menurut berbagai ketentuan hukum di Indonesia, batas dianggap dewasa beragam, tapi umur 21 tahun bisa terbilang yang paling tinggi di antara ketentuan umur lainnya. Jadi, Ataphy tidak bisa disebut pedofil atau grooming. Toh, mereka sama-sama dewasa. Bukan ada getar-getar romantis saat mereka masih di bawah umur.
"Mbak Ataphy, Sayangku." Tiba-tiba sapaan itu mengalun di telinga Ataphy seiring tangan yang mampir merangkul pundaknya.
Kontan, Ataphy menoleh dan menemukan Alias menunjukkan senyum selebar daun kelor. Laki-laki itu kedip-kedip genit. Ataphy buru-buru melepas rangkulan Alias. Jangan sampai orang-orang semakin memelototinya perkara dirangkul terang-terangan seperti ini.
"Kenapa dilepas, Sayangku? Perasaan tadi habis bercin--"
"Berisik! Kamu tahu tempat, dong!" potong Ataphy yang segera tahu arah pembicaraan Alias.
Alias nyengir. "Kenapa? Biar mereka tahu kita saling cinta, Ataphyku."
Ataphy berdecih kasar dan berjalan cepat meninggalkan Alias. Tidak mau meladeni laki-laki itu supaya berhenti membeberkan hal yang tidak perlu. Sambil digandrungi amarah, Ataphy memikirkan segala kemungkinan dia dipanggil Ares Aditama. Ada apa, ya? Jangan bilang Ares tahu mereka sering bercinta sembarangan.
"Ataphykuuuuu! Tungguuuuu!" teriak Alias dari belakang.
Pikiran Ataphy bubar jalan. Dia menoleh sekilas memperhatikan Alias yang berlari menyusulnya. Tidak mau menanggapi, Ataphy tetap jalan sesuai ritmenya, tidak mau menunggu Alias dan malah mempercepat langkahnya.
Sialnya, Alias bisa menyamai langkahnya. Untungnya, saat Alias mencapai langkah yang sama, mereka sudah dekat dengan ruangan Ares. Sudah hampir tidak ada orang yang berlalu lalang jadi Ataphy membiarkan Alias menempel padanya.
"Ingat, ya, jangan ngomong aneh-aneh. Kamu mulutnya suka nyebelin." Ataphy memperingatkan.
"Iya, Cinta."
Ataphy geleng-geleng kepala. Tidak lama kemudian mereka tiba di depan ruangan Ares. Sekretaris Ares, Tandia, menghubungi ruangan Ares. Ketika sudah dipersilakan, Tandi membukakan pintu mempersilakan Ataphy dan Alias untuk masuk ke dalam.
Tepat setelah masuk beberapa langkah, ada dua orang yang telah menunggu. Ataphy segera menoleh ke samping untuk memastikan ekspresi Alias. Bukan karena Ares melainkan ayahnya Alias yang sudah lama tidak pernah bertemu dengan Alias.
"Giliran dipanggil om kamu langsung datang. Anak macam apa nggak pernah datang dipanggil ayahnya?" Farhes Aditama, ayahnya Alias, berucap cukup keras dengan wajah galak.
Alias berdecak kasar, lalu berbalik badan. Tanpa permisi, dia membuka daun pintu. Ataphy buru-buru menahan pergelangan tangannya hingga berhasil mencekal keinginan Alias untuk pergi.
"Kamu mau ke mana? Kok, main pergi gitu aja?" tegur Ataphy.
"Mau balik." Alias menoleh ke belakang pada omnya. "Saya pamit, Om. Kalau ada perlu telepon aja. Nggak usah jadi perantara nggak jelas begini."
"Alias! Kurang ajar kamu, ya!" bentak Farhes.
Farhes menggebrak meja dengan keras hingga membuat Ares panik dan berlari keluar dari tempat duduknya. Ataphy ikut terlonjak kaget.
"Kamu jangan kayak gitu, dong, Al! Hargai dan hormati papamu," omel Ataphy.
Alias memperhatikan Ataphy sebentar. Dia terlalu malas berada di tempat yang sama dengan ayahnya.
"Khusus yang satu itu nggak bisa dihargai atau dihormati," balas Alias dingin.
"Sana pergi! Gimana kamu mau menikahi orang lain kalau kelakuan kamu aja macam anak kecil begini? Dasar nggak tahu diri!" Suara Farhes naik beberapa oktaf.
Ares menyela, "Kak, udah, cukup. Nggak enak nanti didengar pegawai lain."
"Biar aja. Biar semua orang tahu kalau anak sialan ini kurang ajar! Heran, masih ada yang mau jadi penggemarnya. Anak nggak tahu diuntung!" Farhes terus meninggikan suaranya sampai menggema di seisi ruangan.
Alias merasa cukup dan muak. Dia melepas tangan Ataphy dan membuka pintu tanpa permisi. Dia meninggalkan ruangan secepat kilat. Tidak peduli ayahnya berteriak mengatainya dengan kasar, Alias tidak menoleh ke belakang sama sekali.
Ataphy yang melihat hal itu serba bingung. Dia menoleh ke belakang melihat Farhes marah-marah.
"Ataphy, kamu boleh pergi dulu. Nanti saya panggil lagi," ucap Ares.
"Baik, Om. Saya permisi, Om Ares dan Om Farhes." Ataphy berucap santai sambil melempar senyum tipis.
"Jangan terima anak sialan itu. Lebih baik kamu cari laki-laki lain, Ataphy," kata Farhes.
Ares berdecak kecil. "Kak, udah, cukup."
Ataphy tidak mau mendengar apa-apa lagi dan akhirnya memilih keluar sambil menutup pintu. Dia menghela napas panjang. Permasalahan satu belum selesai, sekarang muncul masalah yang belum usai dari lama.
🎵🎵🎵
Alias menghela napas tanpa henti. Bagaimana bisa dia tenang setelah Ataphy belum menjawab ajakannya? Sebenarnya apa yang kurang? Alias ingin memiliki Ataphy seutuhnya. Bagaimana caranya? Haruskah dia berbuat kotor untuk bisa mendapatkan status sah itu?
"Kira-kira kalau gue bikin Ataphy hamil, dia mau nikah sama gue nggak, ya?" Kalimat yang terucap dari mulut Alias membuat kedua sepupunya tersentak kaget.
"Jangan belajar gila lo," sahut Netral, sepupunya Alias.
"Gue memang gila, Kak," sahut Alias.
"Ya, nggak buntingin anak orang juga. Astaga banget, deh!" desah Netral.
"Kenapa nggak coba minta restu langsung dari orang tuanya aja, Al?" usul Sentosa, sepupu Alias yang lain.
"Itu mah udah pasti. Tapi Kak Ataphy, tuh, nggak mau nikah sama gue. Katanya kita cuma adik-kakak doang. Sedih banget. Masa adik-kakak zone?" ucap Alias.
"Ya berarti Ataphy maunya sama gue. Udahlah lupain aja niat lo nikahin dia. Kalau orangnya nggak mau masa lo paksa?" canda Sentosa mencoba menggoda Alias. Wajah sepupunya langsung berubah kesal. Dia pun tertawa puas. "Haha ... canda, Al. Jangan bentar-bentar ngamuk kali."
Alias berdecak. "Memang paling betul kalau gue hamilin Ataphy."
Netral hampir saja menoyor kepala Alias kalau tidak ditahan Sentosa. Berbeda dengan reaksi Netral yang cukup terang-terangan, Sentosa cuma geleng kepala.
"Al, mending cari cara lain, deh. Jangan ngadi-ngadi lo," kata Sentosa.
Alias bertopang dagu sambil menghela napas. "Apa, ya? Nggak nemu ide lain, Kak. Rasanya buntu banget. Asli, deh. Apalagi banyak banget yang pengin ngegebet Ataphy. Apa nggak tambah was-was? Mana yang naksir rata-rata seumuran atau lebih tua dari dia."
Membayangkan beberapa personel boyband dan band yang belakangan sering membicarakan Ataphy membuat Alias cukup muak dan kesal. Semua orang harus mengetahui kalau perasaannya terhadap Ataphy nyata makanya dia nekat membicarakan lamaran di depan semua orang. Alias belum siap kalau harus tidak berjodoh dengan Ataphy. Kalau bukan Ataphy, maka dia akan memaksa supaya Ataphy saja jodohnya.
"Ah, pokoknya gue cuma mau Ataphy!" Alias menginjak lantai berulang kali seperti bocah kecil yang sedang tantrum. "Tapi, ya, kalau gue nekat datang ke rumahnya bakal direstuin nggak? Kalau nggak, apa gue harus bawa pisau dan pura-pura mau bunuh diri kalau nggak dikasih restu?"
Baik Netral maupun Sentosa semakin tidak mengerti jalan pikiran ngawur sepupu mereka. Alias memang punya pemikiran seenak hati dan tidak pernah berpikir panjang setiap kali mau bertindak. Namun, semua pemikiran Alias hari ini sudah di luar bayangan mereka. Khawatirnya kalau tidak disarankan hal lain, Alias akan benar-benar melakukannya. Tentu saja, Alias tipe yang cukup gila kalau sudah jatuh cinta. Posesif dan obsesifnya kelewat batas.
"Al, saran gue mah mending lo bahas sama Ataphy. Kalau kalian nggak nemu jalan keluar, baru lo boleh tanya kakak lo. Jangan asal ngomong aja mau pura-pura bunuh diri atau hamilin Ataphy. Dua cara itu nggak banget, deh. Jangan lo praktekin," saran Sentosa.
Kesabaran Netral sudah habis sehingga dia memukul punggung Alias dengan keras sampai laki-laki itu meringis kesakitan. "Inget, jangan coba-coba lakuin dua hal itu. Jangan bikin malu keluarga Aditama!"
Sambil mengerucutkan bibir, Alias menanggapi Netral dengan tangan yang sibuk mengusap punggungnya. "Iya, iya."
Alias akan mencari cara untuk menjadikan Ataphy miliknya. Apa pun caranya meskipun itu dengan cara kotor sekalipun.
🎵🎵🎵
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗❤️
Follow IG: anothermissjo
Salam dari Alias dan Ataphy❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top