~5~ ♥※TEKAD※♥

%%%______DaT_____%%%

Izaa Allah ta'ala ai-yaquula kun fa-yakuun. Maka terjadilah apa yang di kehendakinya, atau jadilah engkau kepada suatu benda dan kehidupan.

***♡💞♡***

"Mana Zena?" tanya Aryan melihat ke samping dan sekitar mencari gadis yang dari tadi pagi sudah tak sabar ingin ditemuinya.

Zahra malah nyengir terpaksa, "dia sudah pulang ke kampung bang."

Mika membulatkan matanya menahan tawa, atau malah kasihan melihat Aryan tampak putus asa.

Begitu sulit bagi Aryan menerima kalau gadis yang di impikan telah pulang ke kampungnya. Ia menghela napas panjang, melangkah gontai kembali ke dalam mobil. Tanpa banyak kata atau mengajak Zahra dan Mika, ia menghidupkan mobil melajukan ke arah pantai.

Setelah mobil Aryan menghilang dari pandangan. Mika menghampiri Zahra yang masih bengong menatap kepergian Aryan yang menunjukkan ekspresi wajah kecewanya itu.

"Beneran kalau Zena sudah pulang?" tanya Mika menduga kalau Zahra hanya bercanda.

"Suerr, bahkan tadi aku, bunda dan ayah yang mengantarkan mereka ke terminal bus. Tadinya mereka rencana akan pulang besok tapi Allah menghendaki lain, jadi mereka pulang ke kampung hari ini." Zahra menjelaskan panjang lebar pada Mika.

***♡💞♡***

Aryan parkir di pantai waktu pertama kali bisa menatap langsung manik mata Zena. Kenapa hatinya tiba-tiba saja menjadi kosong. Baru pertama kali rasa kekecewaan yang besar hinggap di hati, menusuk bagai sebuah pedang membelah jantung. Kalau saja kedua orang tuanya masih punya anak yang lain, mungkin dia akan bunuh diri saat itu juga. (Thornya lagi lebay dikit).

Embusan angin seolah membisikkan sesuatu padanya, membuat hatinya terasa rapuh tidak ada artinya lagi.

Tapi bukan Aryan namanya kalau menyerah begitu saja. Dengan tatapan tajam seperti elang yang siap menerkam mangsanya, tersungging senyuman dibibir serta dada yang di busungkan, dengan terlihat perut yang kempang kempis di antara beberapa pilihan. Akhirnya dia membulatkan tekadnya dengan mantap.

Mika dan Zahra menyusulnya ke pantai itu karena ditelepon dan disuruh datang ke sana olehnya. Sesampainya di sana, dari kejauhan mereka melihat Aryan sudah tergeletak di atas pasir pantai. Mereka berlari berburu ke arah Aryan yang terpejam kedua matanya.

Mereka tahu kalau Aryan hanya tiduran di atas pasir pantai. Sebuah ide gila muncul di benak keduanya. Setelah dekat dengan Aryan, Zahra pura-pura menangis.

"Oh tidak! Bang Yan kenapa kau bunuh diri hiks!" Zahra pura-pura terisak.

"Aligator, lo tega ninggalin gue. Kenapa lo sampai nekad bunuh diri!" teriak Mika histeris langsung berlutut memeluk erat bagian kepala Aryan.

"Sialan. Woyy kalian apa-apaan sih. Gue kaga bisa napas." Ucap Aryan sambil berontak mencoba melepaskan kepalanya yang di dekap erat oleh Mika. Diremasnya keras pinggir perut Mika sampai dia tertawa kegelian.

"Hahaaha!"

Zahra dan Mika tertawa terbahak-bahak melihat Ekspresi wajah Aryan. Dia bangkit dari baringannya sambil kedua tangannya sibuk mengusap-usap wajahnya yang terkena pasir karena ulah Mika.

"Gue kira lo nekad bunuh diri karena ditinggal pulang oleh si Zena," ucap Mika duduk di dekatnya.

"Akh lo becandanya nggak lucu, masa gue lagi enak-enakan berjemur lo bilang bunuh diri, gue tabok angus lo." Ujar Aryan masih membersihkan wajahnya dari pasir.

"Sorry.. Sorry tor. Kami tadinya mau menghibur lo, taunya lo malah marah." Mika duduk bergeser lebih mendekat pada Aryan dari sebelah kirinya dengan masih cekikikan.

Zahra ikut duduk juga di samping kanannya, "tenang bang, aku akan menyuruh Zena datang lagi ke kota ini dan tinggal dengan jangka waktu yang lama, supaya abang bisa lama-lama dan mulai memupuk Cinta kalian dari pertemanan. Gimana?" tanyanya menoleh menatap Aryan mencoba sedikit memberinya semangat.

Dia tahu sebenarnya meski bumi hancur dan langit pecah pun keluarga Wawa-nya tidak akan menerima Aryan, apalagi Zena mustahil menentang kedua orang tuanya hanya untuk lelaki yang berbeda agama.

"Gue sudah putuskan-"

"Kapan jadiannya?! Tau-tau udah putus aja lo," gurau Mika memotong pembicaraan Aryan. Sebenarnya dia sudah tahu apa yang akan Aryan katakan. Dia takut dan belum siap mendengar sebuah ide gila yang kini bersarang di otak temannya itu.

"Putuskan apa bang?" tanya Zahra menatapnya penuh penasaran, dia juga sudah mengenal sifat Aryan dari zaman SD dulu ketika dia masuk ke TK yang bersebelahan dengan sekolah SD Aryan dan Mika.

Aryan menatap Mika bergantian dengan Zahra. "Gue putuskan akan menyusulnya ke kampung. Jadi Ra abang minta alamatnya yang di kampung,"

Mika dan Zahra tidak menjawab malah saling tatap. Kembali pandangan mereka menatap wajah Aryan.

"Lo serius?" tanya Mika masih tak percaya.

"Abang jangan main-main deh, nggak lucu tau," tambah Zahra memutar matanya malas.

"Gue serius. Coba kalian lihat mata gue, apa sekarang gue terlihat sedang bercanda?"

Mika langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Aryan. Kedua tangannya memegang kedua pipi Aryan, ditatapnya tajam ke dalam manik matanya dengan ekspresi wajah serius dia berujar, "benar Ra, abang Mika bisa melihat kalau kedua matanya kini merah, pasti karena terkena pasir tadi,"

"Berengsek lo!" Aryan mendorong tubuh Mika sampai terjengkang ke pasir. Mika dan Zahra masih saja senang meledeknya.

"Bang Yan serius mau menyusul Zena ke kampungnya?" tanya Zahra meragukan niat Aryan.

Aryan hanya mengangguk pelan tetapi terlihat mantap.

"Lo serius tor mau nyusul dia?" Mika duduk kembali, ia masih tidak percaya dengan ide gila sahabatnya itu.

"Kali ini gue serius. Kalian niat dukung nggak sih, dari tadi muter-muter nanya itu-itu mulu," ucapan Aryan mulai terlihat jengkel.

"Ok.. Ok sorry. Dari zaman kakek lo orok juga gue selalu bilang, kalau gue pasti akan selalu mendukungmu," ujar Mika sambil melingkarkan sebelah tangannya ke pundak Aryan.

"Dan kamu Ra?" tanya Aryan menatap Zahra yang mulai terlihat kebingungan.

"Sebenarnya, aku seneng banget kalau abang jadian sama Zena, bahkan sangat didukung banget. Tapi, aku udah tau ujung dari perjuangan abang," ia menghela napasnya berat, "abang pasti ditolak oleh keluarganya terutama Wawa ayahnya,"

"Bagaimana kamu tau Ra kalau orang tua Zena bakal menolaknya, apa alasannya coba? Pertama Aryan tampan banyak yang ngejar-ngejar yang nagih utang ehh," candanya, "kedua dia pintar ngibul dan lulusan sarjana di Harvard. Yang paling penting dia tajir dan kaya Raya, kok bisa kamu berpikir kalau dia yakin akan ditolak?"

Aryan mengernyitkan keningnya mendengar ada perkataan Mika tentang nagih utang sama ngibul.

Mika nyengir kuda. "Canda tor,"

"Agama. Mereka berbeda agama bang Mik," jawab Zahra jujur.

"Dari kemarin aku bosan dengan kata-kata itu. Aku pasti akan meyakinkan kedua orang tuanya bahwa aku berjanji akan membahagiakan dan tidak akan pernah menyia-nyiakannya, bahkan aku akan langsung melamarnya." Aryan masih tidak terima alasan yang sama seperti alasan pertama Zena menolaknya.

"Tapi bang-"

"Pokoknya, kalau kamu sayang sama abang, sudah menganggap abang kakakmu sendiri, kasih tau alamat detail Zena," ucap Aryan dengan tatapan mengerikan pada Zahra. Tak lama tatapannya berubah sayu dan memelas. "Pleaseee ya Ra, kalau semuanya lancar sesuai rencana, abang kasih 3 permintaan apa pun itu akan abang kabulkan," lanjut Aryan tampak benar-benar memohon.

"Kaya jin tomang aja mengabulkan 3 permintaan," tempas Mika, membuat keduanya tersenyum.

Hening....

Setelah Zahra berpikir panjang. "Baiklah, aku nggak tega melihat abang kalah sebelum berperang, kalau belum mencoba kita nggak akan tau apa yang Wawa katakan jika pemuda berbeda agama seperti abang sungguh-sungguh tulus mencintai Zena. Jadi aku akan memberikan alamatnya," akhirnya dia setuju untuk memberikan alamat lengkap Zena di Bandung.

"Oh thanks god. Makasih Ra, kamu memang adik abang yang paling pengertian," kata Aryan memeluk erat Zahra dari samping.

"Woyy, gue yang paling berpengaruh di sini, masa gue kaga dipeluk," ucap Mika mengerucutkan bibirnya.

"Sini.. Sini bang," kata Zahra mengibaskan tangannya memanggil Mika agar mendekat dan ikut berpelukan dengan mereka.

Mika ikut memeluk Aryan dan Zahra. "Kaya teletubbies aja kita sekarang," Mika melingkarkan lengannya ke punggung Zahra dan Aryan, tak sengaja ia menyentuh bagian pinggir buah dada Zahra.

"Kyaaa!! Bang Mika mesum.. Bukkkk!!" Zahra memukul dengan keras punggung Mika.

"Waduuh, sorry.. Sorry Ra abang nggak sengaja," ujar Mika langsung melepaskan pelukannya. Kini ia merintih mencoba mengusap-usap punggungnya yang sakit terkena pukulan keras dari Zahra.

"Rasain lo, jadi orang usil banget," cibir Aryan sambil cengengesan.

"Ra sakit," kata-kata Mika terlihat manja.

"Maaf, abisnya abang ngagetin aku, jadi tanganku refleks memukul abang," jawab Zahra nyengir kuda.

"Woyy, malah bertengkar. Urusan gue gimana?" tanya Aryan memutar matanya bosan.

Zahra bangkit berpindah duduknya menjadi di tengah antara Aryan dan Mika. Dia mulai menjelaskan keadaan kampung Zena supaya Aryan tidak kaget mendatanginya. Sebab Bandung letak kampung Zena masih berada di kaki gunung berapi jauh dari angkutan umum dan juga jalan besar. Mereka harus berjalan masuk ke tanah kosong yang minim penerangan, kebun-kebun, sawah dan juga lihat saja nanti.

"Lo kaga berubah pikiran kan tor?" tanya Mika setelah mendengar penjelasan tentang keadaan kampung itu.

Aryan malah menggelengkan kepalanya. "Justru itu yang menarik buatku, untuk menggapai setangkai beautiful Rose yang tercantik di dunia, harus rela berkorban mendaki gunung lewati lembah, tidak takut akan tusukan duri-duri dari tangkai Rose tersebut. Baru aku akan bisa mencium harum dari aromanya," jawabnya masih dengan penuh keyakinan.

"Kaya lagu ninja hattori aja lo tor," jawab Mika mendesis. Bukan semangat melihat tekad yang menggebu-gebu dari Aryan. Kenapa begitu? Dia sudah bisa menebak kalau Aryan tidak akan sanggup dengan ujian itu, apalagi harus berjalan kaki jauh dari kendaraan. Bisa-bisa dia memutar balik untuk kembali lagi pulang ke rumah dan melupakan Zena.

"Baguslah kalau begitu, Ra salut dah ama abang," kata Zahra menepuk-nepuk pelan bahu Aryan penuh rasa bangga.

"Jadi kapan lo mau menyusul ke sana?" tanya Mika tidak bisa menentang atau melarang atas keputusan Aryan. Dia juga salut dan bangga melihat sahabat yang terkenal Playboy cap ketiak patung liberty itu mau berusaha dan berjuang demi gadis yang dia cintai, meski belum tentu bakal diterima sama gadis itu apalagi keluarganya.

"Besok," jawab Aryan terlihat santai.

"APA?! BESOK!!" Mika dan Zahra berkata hampir bersamaan, merasa shock mendengar jawaban Aryan.

"Secepat itu?" ucap Zahra terkejut dengan mulut yang menganga.

"Benar-benar sudah gila kau tor. Aligator from the hell kini sudah menjadi aligator crazy," kata Mika sambil menggelengkan kepalanya, sulit bagi mereka percaya pada Aryan dan ide gilanya itu.

"Sialan bilang gue udah gila," ujar Aryan mendorong tubuh Mika hingga tersered sedikit ke samping, "liat aja nanti." Dengusnya.

Zahra dan Mika sudah tak bisa mencegah atau bahkan menasehatinya. Aryan! Apa pun yang dia inginkan harus dia dapatkan sampai perjuangan akhir. Sampai nanti ide dan semua cara di otaknya habis dan mentok jika terus ditolak oleh keluarga Zena. Selama belum mencoba, selama itu harapan masih ada.

---♣♡💞♡♣---

°°°°________TBC_________°°°°









Revisi ulang* 15~03~2018. (15~06~2019).

By*Rhanesya_grapes 🍇




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top