~4~ ♥※Pernyataan※♥

%%%______DaT______%%%

"I love you." Entah apa yang membuat Aryan tidak bisa memendam lagi kata-kata itu untuk segera diungkapkan pada pertemuan pertamanya dengan Zena.

Dengan tatapan kebingungan Zena tak mampu menjawabnya.

"Kenapa? Apa aku terlalu mendadak menyatakan perasaanku?" tanya Aryan menatap heran ketika Zena tidak menjawabnya dari tadi.

"M.. Maaf mas, aku tidak berniat pacaran." Jawab Zena gugup.

"Aku tak mengajakmu pacaran, aku akan melamarmu langsung kepada kedua orang tuamu." Ujar Aryan terdengar lantang tanpa ragu sedikitpun.

"Tapi, aku yakin ayahku tidak akan dapat menerimamu." Jawab Zena, membuat Aryan semakin tak mengerti.

"Kenapa?"

"Karena kita berbeda agama." Jawab Zena jujur.

"Agama?" Aryan terkekeh geli, "banyak yang menikah dengan yang berbeda agama, tapi mereka Fine-fine aja dan bahagia." Ujarnya tak menerima alasan Zena, kenapa dia tidak bisa menerimanya karena hal yang dianggapnya sepele itu.

"Maaf mas, alasan kedua. Saya tidak bisa menerima lelaki yang baru saja dikenal." Ucap Zena tidak bisa menjelaskan panjang lebar, dan dia tahu kalau tipe pria yang bagaimana Aryan itu. Cepat bertindak namun akan cepat menyesal nantinya. Dia juga berpikir kalau perasaan Aryan hanya sementara, hanya melihat wajahnya yang sedikit rupawan menurutnya.

"Jadi kamu nggak mau menerimaku sekarang? Nggak apa-apa. Aku bukan lelaki pemaksa. Kita bisa berteman baik untuk saling mengenal dahulu, dan jika kamu sudah yakin tentang perasaanmu padaku, aku akan tunggu jawaban yang pasti darimu." Ucapan Aryan terlihat getir menahan kekecewaannya itu. Ia menelan berat salivanya.

Baru pertama kalinya dia ditolak wanita yang dia sukai. Dari dulu siapa pun dan wanita mana pun yang dia incar, dalam satu jam bahkan menit dia bisa mendapatkannya. Namun kali ini berbeda, sepertinya dia memang harus mengeluarkan perjuangan dan pengorbanan dulu untuk mendapatkan hati seorang gadis di hadapannya itu.

"Sebagai tanda pertemanan kita, kau mau kan menerima bungaku ini, pleasee." Kata Aryan memohon sembari mencoba tersenyum tulus menyodorkan terus bunga-nya pada Zena.

Sakit. Kata itu lah yang kini terasa di dalam hati Aryan, bagai ribuan jarum menusuk-nusuk di dalam hatinya. Kalau dia benar-benar tidak menahan dirinya, bisa-bisa Zena sudah dia culik dan dibawa nikah paksa olehnya di Gereja. Jika Zena menerima bunga itu, maka masih ada harapan dia akan menerima cintanya juga.

Zena mengangguk pelan sembari menerima bunga itu.

"Oh thanks god." Kata Aryan tanpa sadar memegang tangan Zena dengan kedua tangannya. "Oh sorry, aku saking senangnya." Ia menarik kembali tangannya, baru tersadar kalau dia sudah menyentuh Zena. Dia tersenyum malu menggaruk-garuk tengkuk lehernya tidak gatal.

Zena juga hanya tersenyum tipis melihat tingkah yang aneh dari pemuda di hadapannya itu.

Mika dan Zahra datang membawa makanan dan minuman, mereka terlihat senang melihat Zena memegang sekuntum bunga. Mereka berpikir kalau Aryan dan Zena sudah jadian.

"Hay semua. Sorry lama, di warungnya macet." Ucap Mika membuat Semuanya tertawa.

Aryan bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju mobil diikuti oleh Mika.

"Apa kalian udah jadian?" tanya Zahra duduk di samping Zena, merapatkan tubuhnya dengan pinggir tangan Zena.

"Kami hanya temenan Ra." Jawab Zena terlihat menghela napasnya berat.

"TEMENAN?! Why?" tanya Zahra kaget meleset dari perkiraannya. Apa Aryan kurang mengeluarkan jurus rayuan mautnya sampai Zena tidak menerimanya.

"Karena dia berbeda agama Ra."

Degg! Benar juga, Zahra baru sadar dan ingat kalau Aryan agamanya Kristen (kristian).

"Iya juga sih, bisa-bisa Wawa menggantungnya di pohon mangga sebelum diterima jadi menantu." Kata Zahra khawatir juga.

"Bro, apa kalian udah jadian, selamat ya." Kata Mika menyalami tangan Aryan yang duduk di pasir bersender di pelek mobil.

"Diterima pala lo, gue baru pertama kali ini ditolak cewek Mik." Jawab Aryan terlihat murung.

Mika malah tertawa, "serius lo ditolak sama Zena, sekarang gugurlah sang King Aligator di tangan wanita berdarah dingin." Dalam keadaan begitu Mika masih bisa meledek temannya itu.

"Sialan lo, seneng banget liat temen menderita." Kata Aryan menyenggol tubuh Mika yang duduk di sebelahnya sampai terseret ke samping.

"Tenang bro, perjuangan baru dimulai, jadi jangan menyerah di awal peperangan." Ucap Mika memberi semangat pada sahabat best-nya itu.

"Kali ini gue serius Mik, gue nggak bakal melepaskannya semudah itu, entah kenapa di dalam mimpi pun dia selalu hadir seolah menyejukkan hati dan jiwa. Apa dia gadis yang selama ini gue cari." Aryan menatap jauh ke arah ombak laut di malam hari itu.

"Baru pertama kali gue melihat keadaan loe yang seperti ini, selama ini loe nggak pernah semurung ini jika ditolak wanita (mungkin saking belum pernah ditolak wanita), Semangat, gue selalu menyokong loe dari belakang, apa pun keputusan loe, gue bantu dan gue dukung sampai apa yang loe tuju berhasil." Kata Mika sembari menepuk-nepuk pundak Aryan yang benar-benar murung.

"Gue hanya ingin menikahinya, Mik."

"MENIKAH! Maksud lo? Lo udah mulai seserius itu? Lo udah pikir matang-matang?" tanya Mika terkejut mendengarnya.

Aryan mengangguk. "Entah kenapa kali ini gue nggak bisa melepaskannya begitu aja, gue bisa gila kalau gue sampai kehilangannya." Kata-kata Aryan kali ini benar-benar terlihat serius.

"Y-ya, yang pasti apa pun kesulitan lo, gue pasti selalu bantu lo." Mika terus menyemangati sahabatnya itu.

Setelah mengobrol bersama sebentar, mereka akhirnya pulang karena hari sudah malam dan angin malam semakin dingin.

***♡💞♡***

Pagi hari yang begitu berat bagi Aryan. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya berat. Semalaman tidak bisa memejamkan kedua matanya, dirasanya sangat berat hari kemarin. Setiap dia memejamkan matanya, terbayang terus wajah Zena yang begitu jelas di pelupuk matanya.

"Aku kira akan semudah itu melupakan wajahnya. Dari ratusan cewek yang pernah aku pacari, ternyata hanya dia yang bisa masuk ke dalam hati dan memenuhi otakku ini, dia sudah berhasil membuatku bertekuk lutut di hadapannya,"

"Beri petunjukmu ya tuhan yesus kristus." Doa Aryan menatap ke patung kecil yesus yang tergantung di dinding kamarnya.

Dia turun dari atas ranjang, beranjak ke kamar mandi. Hatinya sudah tidak sabar ingin bertemu lagi dengan Zena, niatnya akan mengajak Zena makan malam bersama di sebuah restoran mewah dan besar hanya mereka berdua. Dengan membawa cincin berlian mewah dan mahal juga pastinya setiap wanita akan langsung menerima lamaran jika nuansanya seperti di drama-drama dan sinetron di TV, romantis, strategis dan juga jurus maut rayuannya kali ini akan dikeluarkannya semua.

Sementara Keluarga Zahra tengah mengantar keluarga Pak Zainal ke terminal.

"Kalau besok pulangnya, Insya Allah diantarkan ke Bandung kang." Ucap Satrio memeluk kakaknya itu.

"Di pesantren lagi ada masalah Yo, lagian sebentar lagi muludan, jadi kami harus segera pulang hari ini." Jawab Pak Zainal terlihat khawatir tentang keadaan di kampung.

"Ya sudah hati-hati kang." Ucap Satrio lagi pada semuanya.

Mereka berpelukan saling bergantian.

"Na, kalau kamu ada waktu, kamu ke sini aja sendiri temenin aku di sini, aku masih kangen." Kata Zahra memeluk erat Zena.

"Aku juga masih kangen, kali-kali kalau liburan kuliah kamu yang main ke kampung atuh." Jawab Zena menepuk-nepuk tangan Zahra yang masih memegang erat tangannya itu.

"Pasti, ya kan bun, yah." Tatap Zahra kepada ayah dan ibunya itu.

"Insya Allah." Jawab bunda Ava dan Pak Satrio hampir bersamaan.

"Iya Insya Allah." Lanjut Zahra selalu lupa untuk mengucapkannya.

Semuanya mulai menaiki bus tujuan Bandung. Zahra melambaikan tangannya ke bus.

Tak berapa lama bus mulai melaju. Setelah Zahra, Ava dan Pak Satrio naik ke mobil. Pak Satrio melajukan mobilnya perlahan meninggalkan terminal.

***♡💞♡***

Setelah mandi Aryan memakai kemeja barunya berwarna biru muda. Dilipat lengan bajunya sampai sikut. Disisir rambutnya diberi cream rambut agar terlihat mengkilat dan juga Wangi. Disemprotkan parfum mahal favoritnya kanan dan kiri serta seluruh tubuhnya. Dia nyengir di depan kaca memperlihatkan barisan giginya yang putih layaknya iklan pasta gigi. Setelah dirasanya semua sudah keren dia menghadap ke patung yesus.

"Oh my god. Bless me for love, because I love her." Doanya sembari melakukan gerakan seorang kristian untuk memulai berdoa. Dipejamkan kedua matanya kemudian dirapatkan dan dikepalkan jari-jarinya memohon agar hari ini cintanya akan diterima oleh Zena dan akan langsung mendatangi orang tuanya.

Selesai berdoa dia langsung keluar dari kamarnya.

"Pagi Mom, Dad." Sapa Aryan pada kedua orang tuanya yang tengah sarapan.

"Wiihh, sudah tampan dan benar-benar menawan Putra kesayangan Daddy." Goda Tuan Nayef Firouz Rakhshan, (persia) melihat anak laki-lakinya sudah Rapi dan Wangi.

"Pasti dong Dad, masa sudah besar penampilannya harus seperti anak masih SD." Goda ibunya Nyonya Lynnel Kapoor (India).

"Hari ini aku ada urusan penting yang menyangkut masa depanku Mom, Dad." Ucap Aryan tampak tak sabar dan terlihat bersemangat sekali.

"Pasti masalah perempuan." Kata Tuan Nayef sudah menduga, karena kalau masa depan masalah pekerjaan sepertinya mustahil baginya.

"Daddy memang yang paling super, bisa menebak apa yang ada di hatiku." Kata Aryan nyengir lebar. Dia hanya meneguk kopi Nescafe-nya.

"Sarapan dulu sayang!" seru nyonya Lynnel ketika melihat Aryan sudah bergegas pergi tanpa sarapan dahulu.

"Nanti saja Mom, aku masih ada urusan." Jawab Aryan berlalu menuju ke arah pintu. Dia menaiki mobil yang sudah disiapkan sopir di depan mansions-nya.

Di dalam mobil dia berkaca pada kaca spion tengah, ditiup-tiup hawa dari mulutnya untuk mengecek bau mulutnya. "Hah, sudah segar." Ucapnya. Senyum tak lekang dari bibirnya. Dipakai kacamata hitam merk Ray Ban sambil menghadap kanan kiri melihat penampilannya.

Dia merogoh saku celana mengeluarkan ponsel dan tampak sibuk mengirim pesan pada seseorang. Dia mulai menghidupkan mobil melaju ke arah kota. Tak lama kemudian berhenti di depan sebuah toko emas milik ibunya yang belum dibuka.

Aryan turun dari mobil. Di sana sudah ada yang berdiri menyambutnya sambil senyum-senyum. "Pagi Tuan Muda, apa yang Anda butuhkan pagi-pagi begini?" tanya Pak Anton mandor toko itu merasa heran, tidak biasanya dia mau mampir ke toko emas milik ibunya itu.

Aryan berjalan layaknya seorang selebriti. "Aku ada barang yang dicari, bisa kita bicara di dalam?" tanya Aryan so cool.

Pak Anton hanya nyengir kuda melihat anak boss-nya berubah jadi begitu. "Iya.. Iya masuklah Tuan Muda." ucapnya mempersilahkan Aryan masuk duluan.

Aryan masuk ke dalam kemudian duduk di kursi mandor. "Aku cari cincin tunangan yang limited edition. Yang paling mewah, paling mahal dan modelnya hanya satu di Negara ini." Ujar Aryan membuat lelaki itu mengernyitkan keningnya.

"Memangnya Tuan Muda mau bertunangan? Sama siapa den?" tanya Pak Anton merasa bahagia mendengarnya.

"Ceweknya belum ada, cuma aku pengin cincin itu sekarang juga." Jawab Aryan tampak tidak sabaran.

"Baik den baik." Jawab Pak Anton langsung ke Brangkas emas untuk mengambil beberapa cincin yang tak dipajang di toko. Tuh anak boss, mau tunangan tapi wanitanya belum ada, gimana tuh bocah. Gumam Pak Anton dalam hati terkekeh geli.

Tak lama kemudian Pak Anton membawa beberapa model cincin berlian puluhan karat mewah dan mahal serta belum ada model yang seperti itu. "Ini den, yang dikatakan anak zaman sekarang limited edition tak ada duanya." Ujar Pak Anton menjejerkan beberapa kotak yang berisi cincin di atas meja di depannya.

Aryan melihat serta membolak-balik cincin-cincin itu. Terus ukuran tangannya berapa ya? Dia jadi bingung sendiri.

"Pak,"

"Iya den,"

"Bapak punya anak gadis berumur 22 tahun kan?" tanya Aryan menatap Pak Anton.

"Iya den memangnya kenapa?" tanyanya aneh. Jangan-jangan dia mau melamar anak gadisku, haduuh kalau benar kejatuhan durian runtuh keluargaku. Batin Pak Anton sudah senang duluan.

"Ukuran cincin-nya berapa?"

"Size-nya 8 den." Jawab Pak Anton sudah dag dig dug tak keruan.

Aryan fokus lagi memilih cincin size 8. Sepertinya ini cocok buatnya, karena tangannya yang lentik, halus dan lembut. ujarnya dalam hati tak bisa membayangkan kalau dia memasangkan cincin itu di jari manis Zena.

"Kalau boleh tahu, gadis mana yang beruntung itu den?" tanya Pak Anton penasaran.

"Bandung." Jawab Aryan singkat.

Ctarrr!! Bagaikan petir di pagi hari, ternyata bukan anak gadisnya yang beruntung.

"Pak, saya ambil yang ini, bilangin sama Mommy, cincin ini saya ambil, Ok." Kata Aryan memasukannya ke dalam kotak kecil berwarna merah beludru.

Setelah itu dia buru-buru melangkah keluar menuju mobil, dilajukan kembali ke arah lain.

Pagi-pagi seperti biasa Mika tengah asyik menyiram tanaman dan rumput di depan rumahnya yang tidak di pagar.

Tiiddd!! Mobil Aryan berhenti tepat di dekatnya sambil membunyikan klaksonnya.

"E buseet, ini anak pagi-pagi udah ngagetin orang," gerutu Mika benar-benar kaget. Dia mengacungkan selang yang masih mengalir air agar menyemprot Aryan. Di dalam mobil, Aryan tampak memohon untuk tidak melakukannya. Setelah Mika mematikan selang airnya. Aryan turun.

"Cee ileeh. Rapi amat lo tor, mau kemana? Kaya mau jadi foto model di majalah flora dan fauna aja lo." Goda Mika sembari memainkan kedua alisnya.

"Gue mau nemuin Zena hari ini, makanya lo temenin gue. Kan gue akan nyuruh Zahra ke sana juga, tapi kalian di tempat agak jauh duduknya."

"Kenapa kaga lo taruh aja kita berdua di dapur sekalian masakin buat lo berdua." Canda Mika heran, diajak tapi harus berjauhan.

"Sudah cepetan ganti baju lo, gue udah nggak punya waktu buat bercanda," ucap Aryan lagi sembari mendorong tubuh Mika.

"Mik, lo ganti baju. Gue mau beli sesuatu dulu!" dia kelupaan membeli bunga.

"Iye, sono. Tapi hati-hati entar kalo lo tabrakan, Zena jadi janda sebelum lo nikahin." Sahut Mika lagi, dia paling senang menggoda teman yang satunya itu.

"Y-iya buruan sono, entar kalau gue balik lagi lo harus udah ada di depan sini, kalau lama gue geret sekalian." Kata Aryan jadi kesal namun sambil tersenyum.

Dia masuk ke mobil melaju kembali ke arah toko bunga yang tak seberapa jauh di ujung komplek itu.

"Bu. Bunga dari semua jenis Rose satuin dicampur ya bu." Kata Aryan meminta pada pedagang bunga itu untuk menyatukan warna warni jenis bunga Rose. Seikat bunga Mawar warna warni kini ada di tangannya. Setelah membayar dia melaju kembali ke arah rumah Mika.

Dia menghubungi Zahra agar datang ke restoran yang sudah ditentukan pagi menjelang siang itu. Mika masuk ke dalam mobil. Dia menengok ke kursi belakang melihat seikat bunga dan juga sekotak cokelat.

"Emang hari ini hari valentine ya?" tanya Mika sembari dahinya mengkerut, perasaan itu bukan tanggal 14 februari.

"Gue mau melamar Zena Mik."

"APA LOE KATE, MELAMAR?!" Mika benar-benar terkejut mendengarnya. "Baru aja kemaren lo ditolak, sekarang lo mau melamar dia! Wahh sudah konslet ni anak," ujar Mika geleng-geleng kepalanya.

"Lagian kaga romantis amat sih lo, masa lamaran di siang bolong begini." Tambah Mika malah semakin tak mengerti dengan pemikiran Aryan.

"Kan semua restoran ditutup gorden, jadi akan serasa malam. Sebelum terlambat mending gue lamar hari ini juga." Jawab Aryan yakin kalau hari ini cintanya pasti akan diterima.

Mika tak bisa berkata apa-apa lagi, mengetahui sifat teman yang satunya itu, apa yang dia mau harus dia dapatkan bagaimana pun caranya.

Sesampainya di restoran, ternyata Zahra sudah sampai di sana duluan. Aryan Buru-buru turun, melihat kanan kiri sekitar mencari-cari gadis yang diharapkan akan datang hari itu.

"Bang ada apa sih menyuruhku cepat-cepat ke sini? Mana restoran-nya tutup lagi." Kata Zahra tampak kesal menunggu mereka dari tadi.

"Mana Zena?" bukannya menjawab Aryan malah menanyakan Zena.

"Oh, jadi nyuruh aku ke sini karena Zena toh." Ucap Zahra mengerti sekarang. Mika hanya bersiul kecil menatap ke arah lain tak bisa menjawab.

Aryan nyengir lebar. "Ya, mana dia sekarang?"

"Sudah pulang ke kampung." Jawab Zahra tersenyum terpaksa, ia tahu bahwa jawaban itu akan membuat Aryan kecewa berat.

Mika membulatkan kedua matanya menahan tawanya.

"Nggak mungkin." Kata Aryan serasa lemas kedua lututnya. Dia tak menyangka bahwa pagi itu semua yang dia lakukan akan sia-sia belaka.

                                          ---♣♡💞♡♣---

°°°°______TBC______°°°°








Bagaimana kisah Aryan selanjutnya, apa dia akan menyusul Zena ke kampung yang jauh di kaki gunung daerah Bandung. Atau dia akan menyerah dan akan melupakan Zena?

Nantikan di chap selanjutnya.

Maaf ya kalau candaannya kurang lucu..

Revisi ulang.. (14~06~2019)

By*Rhanesya_grapes 🍇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top