~3~ ♥※Pertemuan※♥
Hadis.
"Aku berdiri di pintu surga, kebanyakan yang memasukinya orang-orang miskin, dan yang kaya/berkedudukan tetap bertahan di luar." Bukhari dan Muslim.
%%%______DaT______%%%
Percayalah. Bahwa apa yang meleset tidak akan pernah menimpamu.
Dan apa yang menimpamu tidak akan pernah meleset, Itulah TAKDIR.
***♡💞♡***
*LANJUTAN DARI PROLOG*
Aryan dan Zahra akhirnya sampai di komplek perumahan. Dia menghentikan mobilnya di depan sebuah Villa yang sangat besar.
"Bang Yan woyy." Kata Zahra mengagetkan Aryan yang tampak melamun.
"Eh, ada apa Ra?" tanya Aryan benar-benar kaget.
Zahra tidak menjawab, ia memberi isyarat pada Aryan agar melihat ke luar.
Aryan menatap sekeliling, ternyata mereka salah berhenti di depan villa-nya orang. Dia hanya nyengir kuda sambil garuk-garuk tekuknya yang tak gatal.
"Rumahku di sono nohh," telunjuk Zahra menunjuk ke depan. "Abang ngelamunin apa sih? Jangan.. Jangan..?" Zahra sudah bisa menebaknya.
"Iya Ra. Jujur waktu bertemu Zena di Mall kemarin, aku kira hanya pertemuan biasa, namun Yesus (Aryan agamanya Kristian) menghendaki lain, tadi di kantor Daddy aku bertemu lagi, tapi untuk kali ini perasaanku berbeda. Sampai sekarang aku selalu membayangkannya," ia menghela napasnya. "Apa aku benar-benar sudah jatuh Cinta padanya Ra?"
"Hmm, no coment deh. Paling juga Cinta abang tuh Cinta sesaat," ledek Zahra tahu sifatnya Aryan.
"Lihat aja nanti Ra, apa rasa ini akan hilang seiring dengan terbitnya matahari," jawab Aryan menatap nanar ke depan.
"Ciyee. Sejak kapan abang jadi puitis begitu," Zahra tak henti-henti meledeknya.
"Udah deh, seneng banget meledek abang." Ucap Aryan tersenyum menghidupkan mobil lalu melaju kembali melewati beberapa Villa.
Aryan menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah. Kedua matanya menyapu sekeliling rumah, Zahra turun dari mobil. Dia melipat tangannya di pintu mobil yang kaca jendelanya terbuka.
"Bang, masuk yuk," ajak Zahra, "aku bilangin kalau abang Cinta sama Zena gimana? Mumpung ada orang tuanya juga, kalau mau sekalian lamaran deh." Zahra tak henti-hentinya menggoda Aryan.
"Jangan.. Jangan, aku belum siap," tolak Aryan membuat Zahra tertawa pecah.
"Ya udah, masuk sana. Abang pamit dulu." Tambah Aryan pamitan. "Salam sama om dan tante,"
"Sipp, sekalian sama Zena ya." Canda Zahra lagi membuat kedua pipi Aryan merona.
"Udah sono masuk, bye." Ucap Aryan mengakhiri percakapan itu, ia langsung melajukan kembali mobilnya.
Zahra terkekeh geli, ia menatap mobil Aryan sampai hilang dari pandangan.
"Ra," tiba-tiba Zena muncul dari belakangnya, ia yang akan membuang sampah terheran-heran melihat Zahra cekikikan di pinggir jalan sendirian, "kamu nggak apa-apa kan?" ia jadi khawatir melihatnya.
"Haha, aku nggak gila Na, cuman barusan ada cerita lucu aja," jawab Zahra mengetahui apa yang Zena pikirkan.
Zena mengernyitkan keningnya tak mengerti.
Zahra berjalan ke belakang punggung Zena. Memegang kedua pundak Zena lalu mendorongnya pelan. "Udah sana buang sampah dulu, aku punya berita besar untukmu." Ucapnya tampak tak sabar untuk memberitahukannya pada Zena.
Zena malah semakin tak mengerti dengan sikap aneh Zahra. Dia mulai melangkah menyeberang jalan untuk membuang sampah ke tong besar.
"Assalamualaikum.Wr.Wb." Zahra mengucapkan salam ketika masuk ke ruang keluarga.
"Wa'alaikumsalam.Wr.Wb." Jawab semua serentak menoleh ke arah Zahra.
"Sini Ra, kita sedang melihat-lihat album masa kecilmu yang imut ini." Kata Pak Zainal membuka tiap lembar demi lembar album foto masa-masa kecil Zahra, "waktu kecil kamu imut sekali-"
"Sekarang juga masih imut kan Wawa." Potong Zahra membuat semuanya terkekeh geli.
Ziyad menurunkan sebelah alisnya. "Kak Zahra mah bukan imut tapi amit-amit."
"Diihh, awas ya Ziyad!"
Ziyad tertawa sambil berlari menghindar ketika melihat Zahra hendak mencubitnya.
Semuanya tertawa melihat kelakuan mereka. Berkumpul, mengobrolkan nostalgia masa muda Pak Zainal juga Pak Satrio memang sebuah suasana yang selalu dirindukan oleh Pak Satrio. Suasana hangat yang jarang sekali mereka rasakan karena kesibukan masing-masing.
***♡💞♡***
Setelah makan malam, Zahra menghempaskan tubuhnya ke atas kasur di samping Zena yang tengah asyik membaca novel miliknya.
"Kamu jarang baca novel ya?" tanya Zahra pada Zena yang dari tadi fokus membaca.
"Ya. Aku punya beberapa novel namun aku sibuk menghafal ayat-ayat dan kitab-kitab yang Abi perintahkan, kalau membaca novel sekali-kali jika aku sedang jenuh aja," jawab Zena tersenyum.
"Ya udah, mumpung di sini puaskan bacanya," kata Zahra sambil guling-guling tak keruan di atas kasur.
"Kamu kenapa Ra, gelisah sekali kelihatannya?" tanya Zena aneh melihat tingkah lakunya.
"Kamu memang hebat banget kalau masalah membaca pikiran dari gerak-geriknya Na." Ucap Zahra tahu kalau dia tak bisa menyembunyikan sesuatu dari Zena, apalagi kalau dia gugup dan ada sesuatu yang dipendam pasti bawaannya gelisah.
"Memangnya ada masalah apa?" tanya Zena menjadi khawatir kalau-kalau Zahra mempunyai masalah yang tidak mau diketahui oleh orang lain. "Oh ya, bukannya tadi kamu bilang kalau kamu punya berita besar untukku. Apa itu?"
Lidah Zahra tampak kelu untuk menjawabnya. "Ngomong nggak ya?" dia melirik Zena yang terlihat penasaran, "ngomong aja deh, dari pada jadi jerawat Batu," lanjutnya tidak bisa dipendam lagi.
"Gini ya ...," Zahra mulai menceritakan tentang Aryan dan pertemuannya dengan Zena dari ketika di mall sampai di kantor Pak Nayef.
"APA!! Mmmpppp," mulut Zena keburu dibekap tangan Zahra.
"Sssttt, jangan keras-keras nanti Wawa mendengarnya," ucap Zahra melepaskan pelan tangannya.
Benar saja, tak lama Ava membuka pintu dan menengok mereka di dalam.
"Kalian belum tidur?" tanya bunda Ava.
"Belum bun, masih curhat. Sebentar lagi kami tidur," jawab Zahra nyengir lebar.
"Ya sudah, tapi bicaranya jangan keras-keras, ayah sama Wawa mu sudah pada tidur." Ujar bunda Ava tersenyum.
"Ok madam." Canda Zahra sembari mengangkat tangannya memberi hormat.
Bunda Ava menutup kembali pintu.
"Bagaimana?" tanya Zahra menatap Zena.
"Bagaimana apanya?" Zena malah balik bertanya.
"Ya ilehh, kan aku bilang kalau bang Aryan suka sama kamu, ganteng kan orangnya. Apalagi dia calon pewaris tunggal Rakhshan.Company yang ada di seluruh penjuru Negara kita ini, nggak bakalan nyesel deh kamu jika nerima dia," ujar Zahra. Entah kenapa dia sangat mendukung dan bersemangat menjodohkan Zena dengan Aryan.
Zena tampak berpikir. "Aku tak berniat pacaran Ra."
"Aku tau Na, tapi siapa tau dia bakalan langsung melamar," kata Zahra terlihat ngotot memuji Aryan terus dari tadi.
"Sudahlah, lagian dia hanya sekilas melihatku Ra. Besok juga dia akan lupa sama aku." Ucap Zena tak terlalu memikirkannya.
"Ya udah kalau begitu. Hoaammss, aku ngantuk ni. Besok kita sambung lagi ya." Jawab Zahra, kedua matanya benar-benar tidak kuat langsung masuk ke dalam selimut.
Zena hanya tersenyum melihat Zahra yang langsung tertidur dengan lelapnya karena lelahnya.
***♡💞♡***
Pagi-pagi.
"Kamu nggak ke kampus Ra?" tanya Zena melihat Zahra duduk sarapan dengan Zaib dan Ziyad.
"Nggak. Soalnya kemarin pas libur disuruh pergi ke kampus, dan juga semua tugas sudah selesai, jadi hari ini aku mau jalan-jalan saja," jawabnya sembari menyantap makanannya dengan santai.
"Oh iya, besok kalian pulang ya. Kenapa nggak minggu depan aja pulangnya?" tanya Zahra masih ingin berkumpul dengan mereka, ia menatap satu per satu secara bergantian.
Umi Fatma datang dari dapur, "Zaib dan Ziyad sekolah Ra, terus nggak ada yang mengurus pesantren kalau Wawa mu di sini terus." Jawabnya sembari tersenyum.
"Iya juga ya," ucap Zahra baru sadar. "Kalau begitu hari ini aku akan mengajak Zena jalan-jalan, boleh ya Umi. Kapan lagi coba Zahra bisa jalan-jalan berdua bersama Zena." Bujuknya pada Umi Fatma.
"Boleh kalau sekedar jalan-jalan, tapi pulangnya jangan malam-malam ya." Jawab Umi Fatma mengizinkannya, karena kapan lagi Zena mau keluar sekedar jalan-jalan. Selama di kampung dia hanya diam saja di rumah. Meski kadang-kadang disuruh jalan-jalan bersama teman-temannya yang lain, ia selalu menolaknya dengan halus.
"Aku juga mau ikut sama Kakak Zena!" seru Zaib ingin ikut dengan mereka.
"Iya aku juga mau ikut!" sahut Ziyad juga.
"Anak kecil jangan ikut-ikut sama orang dewasa, pamali," ujar Zahra mencibir mereka.
"Memangnya kalian mau ke mana kak Zahra?" tanya Ziyad penasaran.
"Rahasia dong. Kepo banget jadi anak cowok," canda Zahra membuat Ziyad mendelik kesal padanya.
Zahra berdiri, lalu mengacak-acak rambut Zaib dan Ziyad, "kalian pergi sama Umi dan bunda ke baby land gimana, banyak badut sama permainannya di sana." Ucapnya sambil menengok pada ibunya sembari menyatukan telapak tangannya tampak memohon di belakang mereka.
"Benar gitu Umi?" tanya Ziyad menatap pada Umi Fatma, memastikan kalau Zahra tidak berbohong pada mereka. Begitupun Zaib menatap pada ibunya itu.
"Benar," jawab bunda Ava cepat. "Bunda sama Umi kalian akan membawa kalian hari ini jalan-jalan sepuasnya ke tempat permainan baby land." Jawabnya mengerti. Kalau tidak begitu Zaib dan Ziyad akan merengek terus minta ikut dengan Zena.
"Horee!!" teriak keduanya kegirangan.
Zahra berbicara pelan pada Zena. "Na cepetan kita siap-siap, nanti keburu siang bakalan macet dan panas," ajaknya terburu-buru, takut semuanya berubah pikiran.
"Kamu pakai aja duluan kamar mandinya, nanti aku nyusul ke kamar." Jawab Zena masih membantu ibunya beres-beres di dapur.
"Cepetan ya." Kata Zahra tampak bersemangat sekali.
***♡💞♡***
Mereka berdua jalan-jalan ke mall, membeli Es cream Dll. Setelah hari hampir sore, Zahra mengajak Zena ke pantai, ternyata di sana sudah ada Mika dan Aryan yang sengaja menunggu mereka.
Zahra turun dari mobil diikuti Zena. Awalnya Zena tak curiga malah terpesona pada keindahan laut dan pantai. Namun, ketika melihat Zahra melambaikan tangannya kepada dua orang pemuda yang duduk di atas atap mobil mereka, dia mengernyitkan keningnya aneh.
"Ayo ikut Na." Kata Zahra melangkah duluan. Langkahnya sontak terhenti tak mendengar jawaban dari Zena. Dia menoleh lagi ke belakang melihat Zena masih berdiri mematung.
Zahra balik lagi menghampiri Zena. Ia menarik tangan Zena, mengandengnya ke arah dua pemuda itu.
"Tunggu dulu Ra, siapa mereka?" tanya Zena sedikit takut.
"Jangan khawatir, mereka temanku. Anak teman ayah juga, jadi mereka pemuda baik-baik." Jawab Zahra mengerti kekhawatiran Zena.
Zena sedikit gugup, melihat lelaki itu adalah pemuda yang kemarin mengadangnya di kantor serta bertatapan di Mall. Pemuda bernama Aryan yang diceritakan Zahra semalam.
Aryan langsung turun dari atap mobilnya dibarengi Mika.
"Itu gadis yang lo sukai tor, itu yang namanya Zena kan, kalau gadis itu sih gue udah tau," kata Mika memegang sebelah pundak Aryan, ucapannya itu seolah mengenal Zena sudah lama.
"Memangnya lo pernah bertemu dengannya?" tanya Aryan menatap tajam sahabatnya itu penuh keheranan.
"Lah kan gue ama lo di Amerika. Gimana gue mau ketemu sama dia, dan kapan ketemuannya," jawab Mika terlihat songong mencandai Aryan.
"Lah terus, justru itu gue nanya ama lo, apa lo pernah bertemu sama dia. Kho lo menyebut namanya seolah udah mengenalnya." Ucapan Aryan sedikit terlihat jengkel pada Mika.
"Haha. Bercanda bro, sewot amat sih lo," jawab Mika tertawa terbahak, "gue pernah dikirim e-mail sama Zahra waktu tahun kemaren fotonya sekeluarga. Terus gue nanya itu yang memakai hijab siapa, dijawab Zena sepupunya dari Bandung. Cuman segitu yang gue tau, makanya gue kaget waktu lo bilang lo suka sama cewek berhijab, kan dulu lo anti cewek hijab." Cerocos Mika menjelaskan.
Memang sifat Mika sama dengan Zahra. Sama-sama cerewet, sekali bicara tak pernah ada rem-nya.
"Ya. Gue juga ingat dan pernah dikirim Zahra juga, akan tetapi gue nggak memperhatikan semua wajah-wajah di foto itu-"
"Apalagi karena dia berhijab." Potong Mika mengerti, membuat Aryan nyengir kuda.
Aryan tampak menghela napas ketika melihat Zahra dan Zena sudah semakin mendekat. Tatapannya kini ke tangan mereka yang bertautan, sepertinya gadis yang bernama Zena itu ditarik paksa oleh Zahra untuk menemuinya. Namun dia kesampingkan hal itu selagi sekarang mereka sudah berada di sana.
Aryan menatap wajah Zena yang tertunduk terus ke bawah.
"Hy semua," sapa Zahra tersenyum sambil mengangkat tangannya.
"Hy Ra." Jawab Aryan dan Mika hampir bersamaan.
"Coba liat aku bawa siapa?" ucap Zahra menarik Zena agar lebih ke depan supaya sejajar berdirinya dengannya.
Aryan malah semakin terpaku menatap Zena, gadis yang terbayang-bayang sedari dia membuka kedua matanya tadi pagi sampai saat itu, kini ia berada di hadapannya.
"Hy." Sapa Aryan mencoba tersenyum semanis mungkin, berharap Zena langsung tertarik padanya.
Zena mengangkat wajahnya menatap Aryan. "H.. Hay." jawabnya gemetar, dia hanya tersenyum kecil lalu menunduk kembali.
Astagaa. Senyuman Zena bagaikan sebuah busur panah menusuk langsung ke dalam jantung Aryan yang membuatnya tak mau mengedipkan kedua matanya itu.
"Kenapa jadi horror begini sih," ucap Zahra melihat keduanya tampak kaku dan juga terlihat pada gugup.
"Iya ni, keburu malam tiba dan para siluman gentayangan," canda Mika.
"Uppss hampir lupa, gimana mereka mau mengobrol, kenalan juga belum," kata Zahra menepuk jidatnya. "Ya udah kenalin, ini sepupuku namanya Zena Azkia Rizhan." Lanjutnya membawa nama panjang Zena.
"Hay, namaku tingky wingky," jawab Mika memegang dan melambaikan tangan Aryan membuat semuanya tertawa. Termasuk Zena yang tertawa kecil.
"Apaan sih lo ah." Kata Aryan menyikut pelan perut Mika merasa malu sendiri.
"Aww," rintih Mika, "abisnya serius amat ni suasana kaya di panti jompo."
"Ayo kenalan dong." Kata Zahra merasa jengkel sendiri.
Aryan menyodorkan tangannya ke arah Zena.
"Kenalkan, namaku Aryan Mirza, panggil aja Aryan atau terserah kamu mau manggil aku apa." Ucap Aryan dengan tangan masih mengambang.
"Namaku Zena, senang bisa berkenalan dengan mas." Jawab Zena tidak menyalami tangan Aryan, hanya menggerakan kepalanya dan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.
Aryan menarik tangannya kemudian menggosok-gosokkan tangannya itu, mencoba mengelap dengan celananya. "Bersih kho, serius." Ucapnya lalu menyodorkannya kembali pada Zena. Ia menyangka kalau Zena tidak mau menyalaminya karena dia di laut dan mungkin tangannya kotor terkena pasir pantai.
Mika dan Zahra tidak tahan menahan tawa mereka yang pecah begitu saja.
"Hahahaha!"
Aryan mengernyitkan kedua alisnya yang hampir menyatu.
"Sorry bro, gue kaga nahan, baru kali ini gue ngeliat tingkah lucu loe itu." Ujar Mika memegang perutnya yang sakit karena tertawa.
Sementara Aryan tidak mengerti apa yang mereka tertawakan.
Zahra menarik Aryan agak menjauh dari mereka. Sebelah tangannya melingkar di pinggul Aryan Dan berkata pelan nyaris berbisik, "Bang Yan, aku kasih tau ya, kalau sepupuku itu jarang bersentuhan dengan laki-laki lain, jadi jangan coba-coba untuk menyentuhnya sembarangan ya,"
"Masa?" tanya Aryan hampir tak bisa mempercayainya, "Are you kidding me?"
Zahra hanya mengangguk untuk menyakinkan Aryan.
"Lalu, apa dia pernah punya pacar?"
Zahra tampak berpikir sejenak. "Setahuku dia pernah mempunyai pacar, tapi ya caranya pacaran ta'aruf gitu, cuman sebentar karena Wawa melarang Zena untuk pacaran."
"Ta'aruf itu apa?" tanya Aryan tidak mengerti.
Zahra hendak menjelaskannya sedikit, keburu belakang lehernya didekap oleh Mika dan ditariknya agak menjauh dari Aryan.
"Ra, kita kencan di sana yuk. Tinggalin mereka berdua," ajak Mika.
"Tapi mereka-"
Mika membisikkan sesuatu, "kalau kita di sini terus kapan mereka PDKT-nya."
"Oh iya, sorry." Jawab Zahra cengengesan.
"Kalian sedang apa di sana?!" tanya Aryan dengan nada sedikit keras.
"Kita mau beli minuman dulu, kalian ngobrollah dengan tenang." Jawab Mika.
"Zena, aku ke warung dulu beli makanan dan minuman, kamu tunggu di situ ya sebentar!" teriak Zahra pada Zena karena jarak mereka yang berjauhan.
"Tapi Ra …?" Zena tampak gelisah ditinggalkan berdua dengan Aryan.
Zahra dan Mika malah melenggang pergi dengan santai meninggalkan mereka.
"Kita kencan kan sekarang." Canda Mika.
Zahra tidak menjawab malah mencubit perut Mika.
"Amit-amit kencan ama abang, Bisa alergi aku." Jawab Zahra bercanda juga sembari melepaskan tangan Mika di tengkuknya terus melangkah.
Dengan nada seorang Waria. "Bang, tega dikau ninggalin ekeu. Ayo kita kencan." Ucap Mika sembari mengikuti Zahra dari belakang.
"Amit-amit Ya Tuhan." Kata Zahra menggelengkan kepalanya membuat Mika tertawa.
Aryan mengembuskan napasnya pelan. Baru pertama kali ini dia mendengar dan bertemu dengan wanita yang jarang bahkan tidak bersentuhan dengan lelaki lain. Sungguh Unik pikirnya. Meski dia terkenal dengan perayu ulung yang handal. Entah kenapa kini dia tak tahu harus berbuat apa, pikirannya benar-benar buntu menghadapi wanita seperti Zena.
Dibusungkan sedikit dadanya. Berlagak lelaki gagah dan macho di depan Zena. Dia berjalan mendekatinya.
"Sorry, mereka memang jahil, eh Zahra kan sepupumu jadi kamu udah tau kan sifatnya yang konyol itu, udah tak aneh kan." Ucap Aryan mencoba mencairkan suasana.
"Iya." Sebuah jawaban yang singkat dari Zena, bagaikan sebuah pagar besi menutup semua kata-kata Aryan. Ia di buat mati kutu kali ini oleh seorang wanita.
Dia menjadi bingung harus berkata apa lagi, Aryan merasa seolah ada tembok dinding menjulang tinggi diantara mereka berdua. Aura kecanggungan membuatnya jadi salah tingkah di depan Zena yang tak berani menatapnya dari tadi.
Aryan melangkah masuk ke dalam mobilnya. Zena melangkah beberapa langkah dari mobil Aryan, lalu duduk dengan tenang di atas pasir pantai menatap suasana Indah senja di laut. Matahari yang tinggal sepenggalah seakan masuk dan perlahan tenggelam ke dasar samudra, (sunset) meninggalkan warna kuning bercampur kemerahan. Lukisan alam yang begitu Indah yang menakjubkan di kedua mata Zena petang itu.
Tiba-tiba dari belakangnya muncul sekuntum bunga Mawar merah yang terbungkus plastik. Tak lama Aryan yang muncul di hadapannya. Ia mencondongkan sedikit tubuhnya menyodorkan sekuntum bunga itu.
Karena Zena tak menerimanya. Ia berjongkok tersenyum menatapnya. Kalung yang tadinya tersembunyi di balik baju bagian dadanya. Kini muncul keluar karena membungkuk barusan.
"I love you."
Zena membulatkan kedua matanya mendengar kata-kata itu. Dia tak tahu harus menjawab atau berkata apa? Apalagi pandangannya kini tertuju pada sebuah kalung yang tergantung dengan jelas di lehernya, sebuah kalung salib.
---♣♡💞♡♣---
°°°°______TBC______°°°°
Ma'assalamah.. Y(^_^)Y
Revisi ulang.. 11~03~2018 (14~06~2019)
By*Rhanesya_grapes 🍇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top