~18~ ♥※Berusaha※♥

%%%______DaT_____%%%

Jika dia selalu ada di setiap kau berada di meja makan, namun menghilang di saat kau terjatuh, maka dia bukanlah teman sejatimu.

Namun, jika dia selalu ada disetiap suka dukamu, maka jangan pernah kau lepaskan karena sahabat seperti itu satu di antara seribu.

           ---♥☆💞☆♥---

Siang hari Aryan duduk di Taman pesantren dengan Mika, ia seperti biasa menghafal doa-doa serta sunah dan hadits-hadits.

"Gimana keadaan luka lo tor?" tanya Mika.

"Alhamdulillah udah sembuh." Jawab Aryan mengucap syukur pada sang khalik.

Hening..

"..??"

Mendengar tidak ada lagi suara dari Mika, Aryan melirik ke samping. Dilihatnya Mika sedang tiduran di rumput sembari membaca komik, ia juga melihat Mika cekikikan sendiri di sebelahnya.

Aryan memukul pelan buku komiknya hingga jatuh di atas dada Mika. "Woyy, lo ke sini mau ikut belajar jadi santri atau cuma numpang makan tidur doang." Ucapnya nyaris tanpa emosi.

Mika bangkit dari tidurannya sembari menatap tajam ke dalam kedua manik mata biru Aryan. "LO," dengan nada sadis. Namun, berubah menjadi normal lagi ia pun berujar, "gue kan ke sini nemenin lo sampai sembuh dulu Tor, kan urusan lo juga belum kelar masalah tanah kubura- eh tanah sawah lo yang mau digarap itu. Lagian gue kan besok lusa mau balik ke kota nanyain masalah pengusulan pembuatan jalan itu pada bokap gue."

"Sorry gue lupa, ya udah baca lagi ayo baca." Suruh Aryan nyengir kuda sembari menyodor-nyodorkan buku komik Mika yang tadi terjatuh ke atas dadanya. Ketika Mika bangkit buku itu jatuh ke atas rumput.

"Makanya jangan ganggu napa." Ucap Mika nyegir juga menerima komik itu, ia tiduran lagi melanjutkan membaca komik shinchan-nya itu. (Mika suka komik yang lucu-lucu bahkan favoritnya adalah buku komik naruto dan spongebob).

Kini pandangan Aryan ke arah seorang gadis, siapa lagi kalau bukan Zena yang berjalan membawa nampan berisi kopi dan kue serta goreng singkong untuk Pak Zainal di kantornya.

Zena seperti biasa berjalan dengan menundukkan kepalanya, ia mengangkat wajahnya menatap Aryan yang dari tadi terus menatapnya tanpa berkedip sedikitpun.

"Astaga, eh Subhanallah," ulang Aryan,"kenapa calon istri gue semakin hari semakin cantik ya." Batinnya.

Zena berjalan sembari tersenyum padanya, ia menggerakan dagunya isyarat bertanya pada Aryan apa ada yang aneh di dirinya hingga Aryan terus menatapnya seperti itu. Aryan mengerti lalu mengangguk membuat Zena menurunkan kedua alisnya.

Aryan mengusap kedua pipinya dengan tangan kanannya berakhir di ujung dagu, kemudian telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran menandakan begitu cantiknya Zena hari itu membuat Zena tersipu malu.

Zena berjalan lagi menyembunyikan kedua pipinya yang memerah. Aryan terkekeh geli sendiri membuat Mika kini berbalik menatapnya aneh. Mika bangkit dari tidurannya kemudian menempelkan telapak tangannya ke kening Aryan.

"Lo sakit tor? Apa lo udah saraf?" pertanyaan bodoh Mika membuat Aryan malah tertawa terbahak.

Ia menyingkirkan tangan Mika di keningnya sembari berucap, "sialan lo, gue masih sehat bahkan gue barusan melihat bidadari turun dari langit." Jawab Aryan membayangkan wajah Zena dan senyumnya itu yang menawan.

"Tor, jangan-jangan yang lo liat bukan bidadari tapi malaikat pencabut nyawa." Duga Mika asal ceplak saja seperti biasa. Dia tidak tahu kalau yang dimaksud Aryan adalah Zena.

"Iya malaikat-nya mau jemput lo." Ujar Aryan asal ceplak juga. Ia bangkit dari duduknya.

"Mau ke mana tor?" tanya Mika ikut bangkit juga.

"Mau ambil wudhu sebentar lagi salat Ashar." Jawab Aryan.

***♡💞♡***

Senja harinya Aryan dan Pak Zainal tampak serius membicarakan sesuatu. Ia kemudian kembali lagi ke kamarnya.

"Ada apa tor? Kho lo jadi kurang semangat begitu?" tanya Mika heran.

"Ntar malam antar gue ya Mik, pleasee." Aryan memohon pada Mika.

"Emangnya mau ke mana?" tanya Mika menurunkan sebelah alisnya curiga.

"Pokoknya lo antar gue deh, ntar gue kabulkan 1 permintaan lo." Bujuk Aryan lagi.

"Ya emangnya mau ke mana sih? Lagian lo mau ngabulin gimana permintaan gue, lo aja kini semua dikabulin ama gue." Dengus Mika malah meledek.

"Mau antar nggak?" desak Aryan.

"Iya.. Iya gue antar dah, apa sih yang nggak buat lo."

"Sipp itu baru Mika Narain Badra keturunan betawi yang nggak punya rasa takut." Puji Aryan tiba-tiba.

Mika semakin curiga dan jadi nggak enak hati, nggak biasanya Aryan memujinya sampai membawa nama kepanjangannya itu, pasti ada sesuatu yang tak disukainya. Namun, kali ini dia males menanyakannya. Jika Aryan tak memberitahukannya padanya pasti sesuatu yang sangat penting.

***♡💞♡***

Malam harinya, mereka ke rumah Fajar, namun kebetulan Fajar sedang mengantar tetangganya ke rumah sakit.

Aryan mengajak Mika berdua berjalan melewati rumah-rumah penduduk yang tidak seberapa banyak itu kemudian melewati jalan sempit sepi yang minim penerangan dan kini menapaki pematang sawah yang gelap. Masing-masing membawa lampu senter untuk penerangan.

"Lo mau ngapain sih tor jalan lewat sini? Apa lo mau ketemu siluman buat pemujaan biar berhasil tani lo nanti." Cerocos Mika sembari menyorotkan lampu senternya ke arah lain menembus kegelapan.

"Sstt.. jangan berisik napah." Jawab Aryan masih melangkah dengan hati-hati takut terpleset atau menginjak hewan berbahaya.

"Ya makanya jawab dulu, dari zaman Pir'aun lacur lo kaga jawab-jawab pertanyaan gue. Mana lo sekarang bakal bawa gue ke mana nih? Mana jalannya serem banget. Jangan-jangan lo mau merkosa gue ya atau numbalin gue." Gerutu Mika malah semakin ngelantur, sebenarnya obrolannya itu untuk mengusir rasa takutnya.

"Iya.. Iya gue jawab ni. Kita akan pergi ke bendungan sungai untuk membuka bendungannya agar mengairi sawah nanti, kata Abi- eh Wawa haji (panggilan kalau ngobrol sama Mika) sungai akan meluap jika malam hari, makanya inilah saatnya untuk ke sana biar besok sawah sudah bisa dibajak."

"Memangnya kaga bisa siang hari ya tor?" tanya Mika heran sambil masih menyorotkan senternya ke arah yang lebih gelap.

"Kaga bisa. Kan barusan gue bilang kalau airnya akan meluap kalau malam hari, jadi kalau siang hari karena banyak yang makai air itu maka bakalan surut dan lama mengairi sawahnya." Aryan mencoba menjelaskan lebih detail lagi.

"Oh gitu ya." Jawab Mika semakin datar karena menahan rasa takutnya dan masih celingak-celinguk.

"Iya lah Mik, besok kalau sawah sudah digenangi air yang banyak kan kita sudah bisa mulai kerja." Ujar Aryan tampak sudah tak sabar.

Namun...

Semakin jauh mereka berjalan melewati pematang sawah.

Aryan semakin tak enak hati. "Mik lo jalan duluan gue jadi takut ni."

"Ogah ah, lo aja duluan. Lagian siapa yang ngajak, terus ngapain pergi malem-malem begini." Tolak Mika masih berjalan di belakang Aryan.

Greebb!! Tiba-tiba Mika memegang sebelah pundak Aryan.

"Apa'an sih lo ah, lepasin Mik, kalau begini kita nggak akan cepat sampai, mana sakit lagi lo kenapa erat banget megangnya?" tanya Aryan mencoba menyingkirkan tangan Mika dari pundaknya.

"Torr?"

"Hmm,"

"Ada yang megang pundak gue dari belakang." Ucap Mika terlihat gemetaran.

"Ah cuman perasaan lo aja." Jawab Aryan masih berjalan dengan pundaknya yang dipegang Mika.

"Gue serius tor, alamak busett dah pegangannya semakin kenceng tor." Ucap Mika tak berani menengok ke belakang.

Aryan memberanikan diri menengok melihat ke belakang Mika.

Tiba-tiba Aryan berteriak karena kaget membuat Mika juga ikut berteriak.

"HUAAAAA!!" teriak keduanya ketakutan.

"Woyy.. Woyy kalian kenapa sih kaya melihat hantu aja." Ternyata itu Fajar yang sengaja menyusul mereka. Ketika dia sampai di rumah, nenek imah mengatakan kalau mereka berdua datang, jadi dia sudah tahu mereka akan ke mana malam-malam begitu, maka disusullah Aryan dan Mika ke sana.

"Akh sialan kamu kirain siapa." Ucap Aryan dengan napas tersengal-sengal seperti habis lari maraton sembari mengatur detak jantungnya yang tak beraturan.

"Iya ngangetin aja kau akh." Tambah Mika. Ia juga memegang jantungnya.

"Maaf.. Maaf. Habisnya kalian jalan tidak pernah melihat ke belakang, kenapa?" tanya Fajar memperhatikan jalan mereka dari tadi.

Aryan tertawa. "Hahaha. Sebenarnya kita berdua takut kalau melihat ke belakang." Jawabnya jujur.

"Iya takut ada tangan selain tanganmu Faj." Tambah Mika nyengir kuda.

"Ya udah ayo jalan lagi, nanti keburu tengah malam." Ajak Fajar.

Aryan masih berjalan di depan, Mika dengan perasaan tenang berjalan di tengah, sementara Fajar berada di belakang.

"Seharusnya kalian selalu mengucapkan kalimah untuk perlindungan dimanapun kalian berada atau lewat kemanapun." Ucap Fajar.

"Kalimah? Apa SubhanAllah atau InsyaAllah atau MasyaAllah?" tanya Aryan belum mengetahui kalimah apa yang Fajar maksud.

"Bacalah, A'UDZU BI KALIMATTILLAHITAMMATI MIN SYARRI MA KHALAQ,"

"Artinya. Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk ciptaannya."

Imam muslim meriwayatkan sebuah hadist bahwa Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam bersabda.

"Barang siapa masuk ke dalam rumah atau suatu tempat dengan membaca kalimah tersebut, maka tidak akan ada yang membahayakannya hingga ia keluar dari rumah atau tempat tersebut." Jelas Fajar.

"Serius?" tanya Mika baru tahu.

"Insya Allah." Jawab Fajar.

"Nanti ajarin ya Faj," kata Aryan.

"Ya seperti biasa. Bukannya hari ini kau akan mulai belajar mengaji Yan." Ujar Fajar.

"Insya Allah." Jawab Aryan.

Akhirnya mereka sampai di bendungan sungai. Aryan dan Fajar mulai membuka sedikit demi sedikit bendungan itu hingga mengalir dengan deras melewati anak sungai menuju ke sawah-sawah.

Mereka kembali menuju ke sawah dengan mengikuti aliran air itu takut tersumbat di tengah jalan. Namun, air begitu lancar mengairi tanah tandus yang akan dibajak Aryan.

***♡💞♡***

Pagi-pagi Aryan sudah berdiri di pematang sawah menatap tanah semuanya yang sudah tergenang air, ia tersenyum puas sekali.

Mika datang menyusul ke sana.

"Tor."

"Hmm."

"Sepertinya semua tidak sesuai rencana." Ucap Mika tampak lesu.

"Memangnya kenapa Mik?" tanya Aryan dengan mimik muka seriusnya itu.

"Traktornya rusak, yang ada hanya tinggal garapan sapi untuk membajak nanti."

"APA! Yang benar lo?" tanya Aryan kaget.

Mika hanya mengangguk.

"Kita harus segera ke sana untuk memastikannya." Ajak Aryan buru-buru melangkah pergi menuju ke tempat penyewaan traktor.

Benar saja kini di hadapan Aryan hanya dua ekor sapi untuk membajak sawahnya.

"Bagaimana ini?" tanya Mika jadi ikutan bingung.

"Nggak apa-apa Mik, Allah sedang mengujiku dan aku memang harus bersyukur tanpa daya dan kekuataanku mana mungkin semua akan terwujud seperti ini." Aryan tidak patah semangat malah sebaliknya dia senang akan mulai bekerja dan kini dengan cara kuno seperti itu.

Setelah sarapan. Aryan dan Mika membawa kedua sapi itu menuju ke sawah.

Dari kejauhan tampak seorang gadis menatap mereka sembari menyeringai.

"Boleh juga dia." Batinnya.

Aryan awalnya takut. Namun, Fajar memberinya semangat dan menunjukan cara-cara membajak yang baik tanpa harus menyakiti sapi-sapi itu.

Aryan perlahan mulai terbiasa membajak sawah-sawah itu. Mereka dengan canda tawa dan saling bergantian membajak sawah.

Siangnya Zena mengantarkan makanan untuk mereka.

"Tor! Berhenti dulu ayo makan!" teriak Mika sudah lapar dari tadi.

Aryan menghentikan pekerjaannya kemudian melangkah ke sebuah air pancuran dari bambu yang mengalir langsung dari mata airnya. Ia membasuh wajah kedua tangan dan kakinya yang kotor.

Zena menghampirinya sembari memberikan sebuah handuk kecil.

"Makasih." Ucap Aryan.

"Sama-sama. Mas jangan terlalu memaksakan jikalau cape, semuanya takan selesai dengan jangka waktu dua hari, kalian bisa melanjutkannya besok-"

"Tidak!" kalimat Zena terpotong olehnya, "kamu tau kenapa aku sangat berkerja keras untuk hal ini. Karena aku sudah berjanji akan membuatmu bahagia tanpa kekurangan apa pun, dan ini adalah bukti bahwa aku pantas menjadi imammu yang pekerja keras Na."

"Aku tahu, tapi bukan dengan cara memaksakan seperti ini, yakinlah bagaimanapun berhasil atau tidak berhasilnya nanti. Abi pasti akan tetap menikahkan kita mas," Ujar Zena mulai merasa khawatir dengan kesehatan Aryan.

"Tenangkah, aku malah senang karena mas adalah calon imamku." Ucap Zena tersenyum.

Entah lebay atau saking sayang pada Zena, dengan hanya melihat senyumnya saja, rasa cape Aryan hilang seketika.

"Tor, woyy makan dulu!" teriak Mika dari dalam saung.

"Iya Yan makan dulu sini." Panggil Fajar.

"Iya.. Iya!" jawab Aryan melangkah menuju saung diikuti Zena dari belakang.

Aryan melihat makanan ala kadarnya, seperti goreng ikan, tempe, tahu, sambal dan lalapan. Ia duduk di sebelah Mika yang sudah lahap memakan makanannya.

Zena melayani Aryan dengan menaruh nasi serta lauk pauknya, kemudian memberikan piringnya pada Aryan yang diterima dengan senang olehnya.

Aryan mulai melahap makanannya. Terasa nikmat apa yang dimakannya itu. Entah karena sudah cape bekerja atau memang di sampingnya ada Sahabat-sahabat serta wanita yang dia cintai.

Setelah selesai makan.

"Saya-" Aryan belum berani mengucapkan kata sayang pada Zena maka diulangi lagi perkataannya, "saya akan bekerja lagi, kamu pulanglah. Sebentar lagi hari akan sore."

"Kalau begitu kalian hati-hati ya kerjanya. Jangan lupa salat ashar dulu nanti keburu magrib," jawab Zena lalu pamit, "Assalamualaikum wr. wb."

"Wa'alaikumsalam wr. wb." Jawab ketiganya.

Aryan menatap punggung Zena sembari berkata dalam hati. "Jika kamu memang mencintaiku. Tidak! Jika sangat mencintaiku maka berbaliklah Na sekali aja," baru selesai batin Aryan berkata. Benar saja kali ini Zena menengok ke belakang, ia bahkan tersenyum manis padanya.

"Dia memang mencintaiku Mik, Faj." Ucapan Aryan membuat Fajar dan Mika terheran-heran.

"ZENA BENAR-BENAR MENCINTAIKU!" teriak Aryan terlihat girang sambil jingkrak-jingkrak di lumpur sawah.

Kelakuan Aryan membuat Fajar dan Mika menggelengkan kepalanya. Mereka benar-benar salut pada kisah Cinta Zena dan Aryan, sebegitu besarkah Cinta mereka berdua dan tak lupa yang menyatukan mereka adalah Sang Khalik. Begitu indahnya Cinta yang tumbuh karena Allah.

Mereka mulai bekerja lagi, sampai sore menjelang magrib. Aryan berdiri menatap beberapa kotak sawah yang baru di bajak mereka.

Senyuman kebanggaan kini melekat di bibir Aryan. Di tatapnya langit merah senja itu. Dihirupnya udara yang masih segar sembari memejamkan kedua matanya, ia membuka kedua telapak tangannya berdoa. "Ya Allah puji syukur atas segala nikmatmu pada hamba, lindungilah hamba, permudahlah urusan hamba dan jauhkan hamba dari fitnah hidup dan mati (aminn)"

              ---♣♡💞♡♣---

°°°°______TBC______°°°°






Revisi ulang* 13~07~2019

By*Rhanesya_grapes 🍇


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top