DSH - Part 8
Kiana dapat merasakan celaan kecil dari kata-kata tersebut—lidahnya terasa kering. "Ya. Anda bisa, sangat bisa ... sangat bisa melakukannya. Anda bisa memaksaku. Memaksaku melakukan apa pun yang ingin Anda lakukan. Memaksaku hingga tubuh ini hancur berkeping-keping," aku Kiana walau dirinya merasa ingin kabur dari sana.
"Apa yang akan kau lakukan bila aku memaksamu?" tanya Marquess of Salisbury ingin tahu.
"Aku tak akan melakukan apa pun," jawab Kiana singkat.
Pria itu tersenyum dingin saat mendengar jawaban tak berdaya itu.
"Tapi aku akan memandang rendah diri Anda, My Lord. Memandang Anda sangat-sangat rendah ... karena ternyata Anda adalah seorang pria yang mengambil keuntungan dari seorang wanita yang lemah."
"Aku tak mengambil keuntungan darimu." Marquess of Salisbury mengingatkannya lagi. "Kau istriku."
"Ya,"—Kiana menatap tajam mata hitam itu—"tapi Anda juga suamiku."
"Kewajiban seorang istri membahagiakan suaminya." Marquess of Salisbury menatap ranjang besar di antara mereka berdua. "Terutama di atas sana."
"Kewajiban suami adalah menjaga istrinya," kata Kiana tak kalah.
"Aku bisa menjaga dan juga membahagiakanmu di sana." Marquess of Salisbury dapat melihat istri pipinya sedikit memerah saat memandang tempat tidur mereka.
"Aku—" Kiana kehabisan kata-katanya. Sedangkan Marquess of Salisbury hanya tersenyum dingin. "Suami dan istri adalah pasangan yang setara dalam rumah tangga. Karena itu, saat suami bisa meminta, istri pun bisa meminta. Saat seorang suami bisa menolak, maka istri pun dapat menolak," kata Kiana lagi.
Kiana melanjutkan, "Mereka adalah dua orang yang telah menjadi satu. Suami memiliki hak sebagai suami. Istri juga memiliki hak sebagai istri. Dan sebagai seorang istri, menurutku, mereka memiliki hak untuk menolak permintaan dari seorang suami, saat hal itu tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Seperti saat ini, My Lord."
"Aku baru mendengar pemikiran seperti itu," balas Marquess of Salisbury. "Tidak ada istri yang seperti itu. Istri yang baik di mata masyarakat adalah istri yang menuruti segala keinginan suaminya."
"Kalau begitu maaf sekali lagi, My Lord. Andalah orang pertama yang memiliki istri seperti itu," kata Kiana lagi.
Marquess of Salisbury kembali terdiam cukup lama, lalu pria itu berkata, "Apa kau tahu, pernikahan kita ini tidak sah sebelum kita bersama di atas ranjang pernikahan?" dia kembali meneruskan. "Dan apa kau tahu? Apa yang sedang kau lakukan saat ini, sebenarnya merupakan sebuah penghinaan untukku. Menolak ranjang pernikahan adalah sebuah penghinaan besar terhadap seorang suami."
Pria itu dapat melihat mata terkejut istrinya saat mendengar kata-katanya—wanita itu menyadari sesuatu. "Dan sebagai seorang suami, aku berhak untuk membatalkan pernikahan ini." Pria itu kembali mengingatkan Kiana. "Nama baikmu dan keluargamulah yang akan tercemar bila hal itu terjadi."
Marquess of Salisbury memerhatikan tubuh istrinya terlihat sedikit bergetar—entah karena rasa takut atau menahan amarah. Marquess of Salisbury kembali merapikan pakaiannya. Dia seharusnya marah dengan hinaan tersebut, tapi ternyata tidak, dia tidak merasakannya. Dia lebih terkejut dengan ucapan-ucapan yang dilontarkan wanita itu. Dia kembali melihat wanita di depannya dan berkata, "Baiklah."
Marquess of Salisbury kembali mendekat dan berdiri tepat di hadapan istrinya—sangat dekat. "Kita selesaikan saja sekarang," katanya lagi. "Walau kita sudah menikah, sepertinya kau masih belum bisa menganggapku sebagai suamimu ... dan aku pun demikian. Lebih tepatnya, aku tidak bisa menganggapmu sebagai istriku." Marquess of Salisbury menatap dalam mata cokelat muda bening itu. "Mungkin kau sudah tahu kenapa aku menikahimu. Dan aku tahu kenapa kau menerima lamaranku." Kata-kata Marquess of Salisbury benar-benar membuat wajah Kiana memerah.
"Pernikahan kita terjadi, karena kita berdua memiliki kepentingan kita masing-masing. Karena itu," pria itu terus berkata, "kita sama-sama mengerti kenapa pernikahan ini bisa terjadi. Maka lebih baik kita semakin memperjelasnya saat ini. Kita sudah menikah. Sepasang suami-istri. Itulah yang diketahui masyarakat luas di luar sana. Tapi kita berdua tahu bahwa itu hanya sebuah status, tidak lebih dari itu. Kita berdua tak lebih dari orang asing yang saling mengenal karena pernikahan. Karena itu, mari kita jalani kehidupan kita seperti dulu, sama seperti saat kita belum menikah." Kata-kata pria itu sangat terdengar jelas di telinga Kiana. "Aku tak akan mencampuri urusanmu. Dan jangan mencampuri urusanku. Aku tak suka orang yang suka ikut campur. Aku tak keberatan kau melakukan apa pun."
Sebelum Kiana dapat membalas perkataan tersebut, Marquess of Salisbury sudah mengucapkan selamat malam dan pergi dari kamar itu tanpa memandang ke belakang.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top