DSH - Part 5

Earl of Bibury tahu Kiana sering pergi ke pelelangan budak. Dan dia pun tahu, pelelangan seperti apa yang dimasuki oleh Kiana. Karena di Desa Bibury hanya ada satu tempat pelelangan budak. Lord Bibury sangat tahu pelelangan itu, karena dia pernah membawa Kiana ke sana waktu kecil. Pedagang budak itu senang sekali berada di Desa Bibury untuk membuka pasar budak-padahal budak lebih dibutuhkan di daerah koloni-koloni negara tersebut. Lord Bibury pernah bertanya kepada pedagang budak tersebut, kenapa membuka pasar budak di desanya. Pria itu berkata, bahwa dia hanya sekalian lewat, karena dia sedang mengunjungi sepupunya di daerah tersebut, dan kebetulan dia membawa budak-budak yang telah dibawanya melewati daerah-daerah koloni. Dia sudah berusaha menjual beberapa budak di sana, tapi tetap saja ada beberapa budak yang belum terjual, sehingga dia harus membawanya sampai ke Desa Bibury. Dan penjual budak itu berpikir, kenapa tidak sekalian saja dia membuka pasar budak di desa tersebut.

Sebenarnya pedagang budak itu berusaha mengembangkan usahanya, dia ingin tahu, apa budak hitam diperlukan oleh orang-orang di negara asal mereka. Budak-budak yang dibawanya ke daerah koloni Virginia, banyak yang sudah terjual di sana. Karena budak-budak itu sangat dibutuhkan oleh para pemilik tanah untuk bekerja di perkebunan mereka, terutama perkebunan tembakau.

Perdagangan budak sangat menguntungkan di daerah koloni. Untuk penjualan di daerah koloni, pedagang budak itu sudah menyerahkan hal tersebut kepada saudaranya-yang tentu saja keuntungannya akan dibagi rata. Karena itu, sekarang dia ada di Desa Bibury, untuk mencari tahu, apa penjualan budak di tempat tersebut juga akan menguntungkan-dia sudah mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk membawa budak melewati laut, harga yang benar-benar tidak murah. Dia harus berusaha lebih keras.

Setiap kali pedagang budak itu membuka pelelangan budak di Desa Bibury. Kiana selalu datang dengan menyamar sebagai pria, dan selalu membawa pulang satu budak ke dalam kediamannya. Earl of Bibury sempat memarahinya dan bertanya untuk apa memiliki budak sebanyak itu dan Kiana tersenyum saat menjawabnya.

"Aku ingin membantu mereka, Ayah. Membantu mereka yang telah dibawa dengan paksa dari negara asal mereka, mereka yang telah diperjualbelikan oleh negara ini, yang telah dipisahkan dengan keluarganya. Aku ...," Kiana tahu jelas bagaimana budak-budak itu ada di negara mereka. Budak kesayangannya dulu selalu bercerita padanya. Cerita yang semakin lama semakin merasuk ke dalam hatinya. Kiana lalu menggenggam hangat tangan ayahnya. "Aku ingin melakukan sesuatu untuk mereka. Walau aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan. Yang dapat kupikirkan sekarang adalah membeli mereka dan memberikan kehidupan yang layak di dalam rumah ini ...."

Kiana mengelus lembut tangan berkerut itu. "Aku ingin mereka dapat menikmati kehidupan mereka. Dapat memiliki apa yang juga kita miliki. Dapat merasakan apa yang kita rasakan." Kiana mengamati budak-budak yang baru dibelinya. "Hak menjadi seorang Ayah. Hak menjadi seorang Ibu. Hak menjadi seorang Anak. Banyak hal yang telah dirampas dari kehidupan mereka ...."

"Aku ingin membantu memberikan semua itu kepada mereka, walau hanya sedikit. Hak menjadi Manusia." Bukan saja kesetaraan antara pria dan wanita, tapi Kiana juga memikirkan kesetaraan untuk para budak. Kiana ingin membantu budak-budak tersebut untuk mendapat kehidupan lebih baik.

Kiana pernah mengungkapkan hal itu kepada ayahnya-hanya kepada ayahnya-tentang kesetaraan antara pria dan wanita, kesetaraan antara kulit putih dan budak. Earl of Bibury sedikit terkesima dengan pemikiran putrinya, tapi dia bisa menerima hal tersebut. Kiana selalu berdiskusi dengannya, karena hanya dengan ayahnya saja, dia bisa bebas bertukar pikiran.

Kiana pernah mencoba bertukar pikiran dengan orang lain selain ayahnya, seperti paman atau teman pria yang dikenalnya. Tetapi mereka semua memandang Kiana aneh, merasakan gadis itu sedang berbicara omong kosong, dan mengganggap dia seorang lady yang tak sopan. Karena dia secara terang-terangan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, memberikan jawaban saat para pria sedang berdiskusi, dan selalu membantah saat dia memiliki pendapat yang berbeda. Bahkan ada seseorang yang menegurnya, karena merasa dia tak bertindak pantas.

Kiana pernah diingatkan oleh seorang lady yang lebih dewasa darinya, bahwa dirinya harus belajar lagi untuk menjadi seorang lady. Belajar menjadi seorang lady yang terhormat. Kiana hanya mengernyit saat mendengar itu. Dia tahu, lady seperti apa yang mereka ingin darinya. Lady yang terhormat adalah seorang wanita yang selalu menjaga tingkah lakunya setiap saat-Kiana akui, dia berusaha keras untuk hal tersebut. Tapi Kiana merasa gagal dan tak bisa menjadi lady sejati, karena dia tak bisa mengikuti peraturan itu. Peraturan tak tertulis yang mengatakan bahwa seorang lady yang baik, tak pernah boleh mengungkapkan isi pikirannya sama sekali walaupun ditanya, mereka hanya boleh mengulangi apa yang dikatakan oleh para pria. Kiana tahu dia tak bisa melakukannya. Itu bukan dirinya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top