DSH Part 49
Kiana duduk di ruang tamu, merenung apa yang terjadi belakangan ini—apa yang terjadi pada Chilali dan Django—dia ingin sekali berbuat sesuatu, tapi tidak tahu apa yang harus diperbuatnya, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kiana menghembuskan napasnya pelan, lalu perhatiannya teralih kepada sebuah buku di dekatnya—buku yang hampir terlupakan olehnya.
Buku di atas meja putih kecil, di sebelah tempat duduknya—buku yang dijatuhkan wanita berambut cokelat, sewaktu pelelangan Django. Kiana melihat buku bersampul cokelat itu dan membawanya ke pangkuan. Kiana mulai membuka buku tersebut—terlihat sebuah tulisan tangan yang sangat rapi dan indah. Kiana kemudian membaca halaman pertama buku tersebut.
Isi buku itu bercerita tentang hubungan seorang pria dan wanita dewasa—kata-kata dalam buku tersebut terasa sangat vulgar, isi buku itu sangat tidak sopan—wajah Kiana semakin lama semakin memerah. Kiana langsung menutup buku itu, dia tidak tahan—sangat merasa malu saat membacanya.
Kiana melihat lagi buku di tangannya. "Siapa yang membuat cerita seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Manusia macam apa—" Kiana menggelengkan kepalanya, tak dapat menyelesaikan kalimatnya dan kembali diam.
Kiana menatap buku bersampul cokelat itu lagi, rasa penasaran masuk ke dalam dirinya—dia memang seorang wanita dengan rasa penasaran yang tinggi. Kiana menggenggam buku itu—sedikit erat pada sisi buku itu. Dia ingin tahu.
Dia ingin membukanya. Ingin melihat kelanjutan ceritanya. Tapi dia malu—tapi dia ingin tahu. Dia harus tahu.
Kiana memandang kembali buku bersampul cokelat itu.
Lalu Kiana mendongak memandang sekelilingnya. Sepi—tak ada siapa pun.
Kiana kembali menatap buku yang menarik perhatiannya. Kiana membuka sampul buku tersebut—tangannya sedikit gemetar. Tulisan yang rapi itu kembali terlihat. Kiana kembali membaca tulisan itu. Cerita di dalam buku, membuat sebuah panggung sandiwara langsung muncul di dalam pikirannya. Setiap kata maupun kalimat, dapat dilihatnya langsung dalam pikirannya. Setiap adegan terlihat jelas, saat dia menutup matanya.
Kiana tak pernah membaca buku seperti itu. Tak pernah ada pengarang yang membuat cerita seperti itu—ada, tapi tidak seterbuka buku ini—muka Kiana semakin memanas, setiap kali dia membalik lembaran tersebut. Dia tahu, pipinya pasti seperti udang rebus sekarang.
Kiana membuka buku itu hingga lembar terakhir, dan melihat sebuah tulisan;
Buku ini milik dan ditulis oleh Aphra Behn—seorang wanita yang berusaha hidup dari rangkaian kata—di bawahnya tertulis huruf kecil, *Suatu saat, aku akan membuat dunia membaca ceritaku.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya suara dalam itu.
Kiana terlompat berdiri kaget melihat Marquess of Salisbury. Kiana langsung menyembunyikan buku itu di balik punggungnya. Kiana menggenggam erat buku itu, tak ingin Marquess of Salisbury mengetahuinya—buku yang sedang dibacanya—dia sangat malu. Sangat. Wajahnya benar-benar memerah sekarang—seperti tertangkap basah melakukan sebuah kesalahan.
Marquess of Salisbury mengamati wajah istrinya sedikit lebih lama. Apa yang telah dilakukan oleh Marchioness hingga membuat wajahnya seperti itu? Memerah seperti itu? Entah kenapa, pria itu merasa, suatu saat nanti, dia akan membuat wajah merona itu muncul lagi—dengan tangannya sendiri.
"Ada apa?" tanya suara seorang pria dari balik bahu Marquess of Salisbury—suara yang pernah didengar Kiana. Dan Viscount Torrington memperlihatkan wajahnya, salah satu sahabat Marquess of Salisbury—yang juga tampan seperti suaminya. Tapi wajah pria itu penuh dengan senyum ceria—hangat—sangat berbeda dengan suaminya.
"Ahh ... selamat siang, Lord Torrington." Kiana menyapa tamunya.
"Byng," sela Viscount itu. "Panggil saja Byng. Semua teman memanggilku seperti itu," katanya ceria. "Selamat siang yang cerah untukmu juga, Lady Salisbury."
"Kiana ... panggil aku, Kiana. Temanku juga memanggilku seperti itu," kata Kiana membalasnya, yang juga ingin berteman dengan pria di hadapannya. Viscount Torrington tersenyum mendengar itu.
"Baiklah, Kiana," Pria itu menunjuk Kiana, lalu menunjuk dirinya sendiri, "Byng," Kiana tersenyum melihat tingkahnya. "Kiana dan Byng," kata pria itu lagi dengan tersenyum cerah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top