DSH Part 36

"Suami?"

"Ya ... aku, Marchioness of Salibury." Kiana mengenalkan dirinya dan memandang kesal pria besar itu. "Karena dia adalah suamiku, bisa dikatakan bahwa tempat ini adalah milikku, dan semua budak di sini adalah milikku ... termasuk budak tadi," terang Kiana lagi.

"Baiklah, kalau memang seperti itu ...," pria itu lalu terdiam sebentar. "Madam ...," dia melanjutkan, "senang berkenalan dan bertemu dengan Anda ... Aku juga minta maaf atas masalah tadi." Sikap pria itu berubah. "Aku tidak menyadari, bahwa Anda adalah Marchioness of Salisbury. Aku minta maaf atas kecerobohanku tadi," kata pria itu lagi. "Bawalah budak itu, Madam. Setelah urusan Anda sudah selesai dengannya, aku akan mendisiplinkan dirinya lagi," katanya tanpa perasaan. "Aku permisi dulu, harus kembali bekerja, mengawasi budak-budak lain. Mereka semua harus diawasi, karena mereka semua pemalas." Pria itu dengan santai mulai beranjak pergi.

"Tunggu," Kiana menghentikannya. "Aku belum selesai denganmu. Kenapa kau mencambuknya?"

"Karena dia budak yang malas dan tak berguna," pria itu menjawab dengan santai. "Dia menjatuhkan isi karung itu ... pekerjaannya hanya bisa membuat ladang ini rugi." Pria itu menunjuk buntalan karung di tanah. Kiana melihatnya—karung tergeletak tak bergerak itu. Tapi pemandangan itu membuat Kiana geram, butiran biji barley yang keluar dari karung itu hanya sedikit, sementara isi di dalamya masih penuh. Pengawas itu mencambuk budak mulatto tersebut karena 3–4 butiran biji barley. Ini keterlaluan.

"Kau memintanya mengangkat barang berat tersebut? Barang itu terlalu berat untuknya. Dan kau mencambuknya karena itu? Dia sedang hamil! Dan dia sedang lemah! Dia ... dia bisa keguguran!" kata Kiana tak habis mengerti.

"Karena itu, Madam. Dia perlu dicambuk."

Kiana terdiam mendengar jawaban itu. Pengawas itu melanjutkan. "Budak-budak, mereka memang licik. Mereka memakai alasan hamil untuk bermalas-malasan. Alasan keguguran untuk beristirahat santai. Aku hanya tak ingin budak-budak di sini menjadi malas. Karena itu, aku ingin mereka tahu dengan jelas, bahwa tipuan mereka tidak akan pernah berhasil." Pengawas itu kemudian menatap para budak lain yang berada di sana. "Lagi pula kehamilannya itu adalah sebuah kutukan untuk ladang ini."

"Kutukan?" Kiana tak mengerti.

"Semenjak dia hamil, keuntungan ladang ini mulai menurun. Dan pada awal kehamilannya, hama ulat mulai menyerang, kehamilannya membuat semua ini terjadi. Anak yang dikandungnya adalah anak pembawa sial."

"Itu tidak masuk akal," kata Kiana.

"Budak itu pasti penyihir! Gara-gara budak itu! Gara-gara anak yang dikandungnya! Kehamilannya bencana untuk ladang ini, Madam! Semuanya ini terjadi gara-gara budak sialan itu!" teriak pengawas itu tidak kalah.

"Dia hanya sedang hamil!" kata Kiana membela budak itu.

"Kehamilannya akan membuat ladang ini hancur!" kata pengawas itu mau kalah.

Aku harus berhenti, ini tak akan selesai. orang ini hanya mengkambing-hitamkan budak tersebut atas segala sesuatu yang tidak beres, pikir Kiana. "Siapa namamu?"

"Billy Paddock." Pengawas itu memperkenalkan dirinya. "Pengawas ladang ini." Kiana sudah tahu jelas, apa pekerjaan pria di depannya, melalui sikap dan cambuknya ditangannya. Tak diberi tahu pun, Kiana sudah tahu pekerjaan pria tersebut. Pengawas budak.

"Aku tak ingin melihat ada kekerasan dan cambukan lagi di ladang ini, Mr.Paddock." Kiana memberitahunya.

Billy Paddock terkekeh mendengar hal tersebut. "Aku hanya melakukan tugasku, Madam. Aku hanya sedang bekerja," terangnya membela diri.

"Tanpa cambuk." Kiana kembali menegaskan.

"Cambuk ini, membuat mereka lebih rajin, Madam!" terang Billy sang pengawas memberikan alasan.

"Mereka bukan binatang!" tegas Kiana lagi.

"Mereka pemalas! Lebih pemalas dari binatang! Lagi pula, di sini adalah sebuah ladang ... barley, budak, cambuk, mereka adalah alat-alat penting dalam pekerjaan ini, mereka tak dapat dipisahkan, Madam."

"Tidak dengan kekerasan!" kata Kiana lagi tak memedulikan jawaban itu.

Billy Paddock terkekeh. "Ladang memang seperti ini, Madam. Bukan hanya ladang, pekerjaan-pekerjaan lain juga seperti ini. Anda mungkin tidak tahu, tapi yang terjadi saat ini, adalah hal yang wajar dan normal. Aku berasal dari Virginia, dan di daerahku, semua memang seperti ini. Dan hal ini memang harus dilakukan. Budak dicambuk, itu adalah hal yang wajar, karena mereka memang pantas untuk dicambuk. Menurutku tuan-tuan di negara ini terlalu lembek kepada budak mereka." Billy Paddock melanjutkan, "Lagi pula ... pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan seorang pria, Madam" terangnya. "Wanita tidak akan mengerti."

"Aku mengerti, karena aku juga memiliki sebuah peternakan di Desa Bibury, dan aku pun membantu mengawasi keadaan peternakan di sana. Aku mengerti bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan. Aku juga mengetahui tentang laba, keuntungan, proses pembuatan, hasil, penjualan," terang Kiana. "Dan semuanya dilakukan tanpa kekerasan!"

Pria itu tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Kiana yang tak senang dengan nada tawa itu.

"Tidak ... hal itu, hanya terasa lucu." Pengawas itu mengelap air matanya yang tak tertahan.

"Lucu?" tanya Kiana lagi.

"Seorang wanita bangsawan seperti Anda, bekerja sebagai pengawas peternakan? Itu salah satu hal terlucu yang pernah kudengar." Kemudian dia mendengus meremehkan. "Wanita tidak bisa melakukan pekerjaan para pria." Pengawas itu membayangkan Kiana hanya bermain dengan domba-domba atau menangkap kupu-kupu.

Kiana tidak senang dengan argumen yang didengarnya. "Kenapa tidak bisa?"

"Bukankah itu sudah jelas, Madam?" tanya si pengawas itu. "Karena kalian adalah seorang wanita!" tegas pengawas itu kembali memandang Kiana. "Wanita berbeda dengan pria. Mereka lebih cocok diam di rumah dan mengurus keluarganya, atau menjual roti. Tapi kalau Anda, Anda lebih cocok menikmati waktu minum teh bersama lady lainnya. Wanita seperti anda tidak akan pernah cocok bekerja, apalagi pekerjaan para pria seperti ini. Perkebunan dan peternakan adalah pekerjaan kasar untuk Anda ... saya tak bisa membayangkan, Anda bisa membual seperti itu."

Kiana tak membalas perkataan itu, perkataan meremehkan yang sering diterimanya, 'Ketidak-mampuan seorang wanita.' Kiana merasa kesal—sangat kesal.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top