DSH Part 31 - Finch
Archie segera turun dari pelananya dan membantu wanita itu masuk ke dalam kereta kuda. Wanita itu benar-benar basah dan sedikit berantakan, tapi tetap terlihat menarik. Archie memberikan mantel hangat kepadanya, "Te–terima kasih ...," katanya lagi—tapi dia tidak memakainya. Dia hanya melipat mantel itu di lengannya dan tetap seperti tadi—basah. Dan sepertinya wanita ini tidak peduli akan hal itu.
Dia sekarang duduk berhadapan denganku. Lady Frances Finch ternyata lebih cantik dari yang kudengar. Dia lebih cantik saat kau dapat melihatnya lebih dekat. Tapi biasanya wanita cantik itu hanya cantik—sebatas itu—tidak lebih dari itu. Mereka hanya seperti sebuah patung dan hiasan yang kau bangga pamerkan. Dia menatapku dan hanya berkata, "Terima kasih atas tumpangan ini." Dan tersenyum tipis padaku—sepertinya dia kelelahan.
Selama kami berdua di dalam kereta, dia hanya diam membisu memandang pemandangan hujan di luar jendela—yang dilakukannya hanya itu.
BRAKKKK.
Tiba-tiba kereta bergoyang kencang. "Maaf, My Lord! Ada batu besar menghalangi kita, membuat kereta kita sedikit rusak. Aku akan mengurusnya! Mungkin butuh sedikit waktu!" teriak Archie dari tempat kusir.
Aku diam menunggu bersama wanita ini—wanita tanpa kata. Kalau rumor dan gosip itu benar, seharusnya saat ini dia sedang menggodaku, merayuku dengan tubuhnya itu. Aku melihat lekuk tubuhnya yang terlihat jelas dari pakaiannya—air hujan membantuku, melihatnya lebih jelas. Tubuh yang sangat menarik, wajah yang sangat menarik, bibir dan hidungnya juga sangat menggoda. Mataku berhenti tepat di matanya—matanya membuatku melupakan hal-hal yang tadi kupikirkan tentangnya. Matanya sangat kuat, menarik diriku ke dalamnya, walaupun matanya hanya memandang ke luar jendela, tak memerhatikanku sama sekali. Air matanya turun.
Air mata?
Bukan—kurasa itu tetesan hujan yang tepat jatuh di bawah matanya. Tapi kemudian aku menyadarinya bahwa itu benar-benar air matanya.
"Sebuah batu pun menghalangi jalanku." Kalimat pertamanya selama dalam perjalanan ini.
Dia menunduk dan mengeluarkan air mata kedua. "Apakah memang begini jalan hidupku? Selalu seperti ini?" tanyanya lagi kepada dirinya—benar-benar tanpa memedulikan kehadiranku.
Dia menatapku. "Apakah hidup selalu seperti ini? Saat Anda kalah ... hanya ada kekalahan lain yang menanti Anda?" tanyanya terlihat pedih.
Aku tidak mengerti pertanyaannya. Kenapa gadis ini? Dan lagi pula—kalah? Itu tidak ada dalam hidupku.
"Aku sudah berusaha sekuat tenagaku ... memulainya ... walau aku takut untuk percaya lagi. Rasa itu akhirnya mulai muncul, tapi selalu kekalahan yang menanti di depanku," dia meringis terisak sekarang. Cahaya dalam mata itu meredup tak kuat membendung air matanya. Tangisnya pecah, aku diam memerhatikannya—rasanya ingin menenangkan gadis itu. "Apakah sebagai seorang manusia, aku tidak pantas memperoleh kebahagiaan? Apa sebagai wanita, aku tidak pantas mendapatkannya?"
Archie sudah berhasil melakukan tugasnya dan kereta mulai berjalan lagi.
Setelah beberapa saat kemudian, wanita di depanku ini menatap keluar lagi, melihat hujan yang menemani air matanya sudah kering. "Apakah aku? ... Frances Finch, adalah seorang wanita yang tak pantas untuk dicintai?" Wanita itu kembali bertanya perih ke dirinya sendiri.
"Kau hanya memberikan hatimu ke orang yang salah," kataku akhirnya, menyadari dari mana dia datang—rumah Kediaman Keluarga Salisbury berada di Hertfordshire, di dekat sini. Aku pernah mendengar kabar burung bahwa Marquess of Salisbury sedang didekati oleh Lady Frances Finch—wanita ini yang dikenal sebagai seorang pemangsa pria.
Tapi wanita yang tadi menangis di depanku ini, tidak mirip sama sekali dengan gambaran itu. Dia sangat berbeda dari gosip-gosip yang kudengar. Saat ini, aku sedang melihat kepedihannya. Marquess of Salisbury sekarang sudah memiliki istri, Marchioness of Salisbury. "Jadi ini sebuah cinta yang rumit," kataku tak sadar mengucapkan hal tersebut.
Wanita itu tersenyum lemah. "Bukan. Ini hanya permainan hati di dalam pikiranku sendiri, mereka tidak pernah tertarik ikut bermain ...."
Kereta kami sudah mencapai kota, dan sudah hampir dekat dengan kediaman Earl of Aylesford. Archie memberhentikan kereta tepat di depan rumahnya. Hujan sudah hampir berhenti dan udara masih terasa sejuk. "Terima kasih atas tumpangan Anda. Hmm ...," dia tidak mengenalku.
"George legge, Earl of Darthmouth."
Saat mendengar namaku, aku dapat melihat matanya memandangku saksama. "Terima kasih atas tumpangannya, Lord Darthmouth."
"Suatu kehormatan untukku, Lady Finch," balasku.
Wanita di depanku merapikan dirinya, menyentuh kedua pipinya dan memeriksa matanya, dia menghapus kembali jejak-jejak air mata yang sudah lama kering di wajahnya. Saat Archie membukakan pintu, wanita itu menegakkan dagunya. Mimik wajahnya berubah dari yang terlihat kacau saat di kereta, menjadi angkuh dan terlihat lebih kuat. Dia turun dari kereta dengan punggung yang tegak, seakan-akan siap untuk menghadapi apa yang akan datang lagi ke hadapannya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top