DSH Part 29 - Finch

"Maksudku, kau bisa menjalani hidup lebih baik dari ini. Bisa menjadi seseorang yang lebih baik dari ini. Kau bisa mengubah nasibmu sendiri. Percayalah... yang kau perlukan hanyalah berusaha lebih keras, sedikit lebih keras. Berusahalah menjadi seseorang yang kau inginkan," katanya lagi. "Jangan menghabiskan waktumu dengan percuma."

"Apa kau sudah gila?" Aku tak mengerti, kenapa wanita ini berkata seperti itu, nada-nada suaranya berubah—berubah lebih lembut. Aku benar-benar tak mengerti.

"Seorang wanita memang terlihat lemah tapi mereka itu sebenarnya kuat. Kau pun begitu, kau seperti itu. Aku tidak tahu tentang masa lalu milikmu. Tapi yang kutahu, kita bisa mengubahnya masa sekarang ini. Saat ini, dengan tangan kita sendiri. Bukan ditangan orang lain. Selalu ada secercah harapan di depan sana," lanjutnya lagi.

Kemudian dia diam, aku ikut terdiam. Sedang berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa tujuan wanita ini mengatakan hal tersebut? Kenapa dengan wanita ini? Semenjak pertama kali aku bertemu dengan wanita ini, dan dari percakapan kami, aku tahu nyonya rumah ini memiliki akal, tidak seperti wanita lain yang hanya bisa bergosip. Apa yang direncanakannya? Aku harus melangkah hati-hati. Apa yang ingin dicapai wanita ini dengan mengatakan hal tersebut?—yang memiliki akal di sini bukan hanya dia.

"Ya." Aku mencerna kata-katanya perlahan. "Apa tadi yang kau katakan? Oh ya ... mimpi, tentang mimpiku, apa mimpiku?" Aku tahu dengan pasti, apa mimpiku bila bersama Marquess of Salisbury—aku ingin bersamanya—tapi aku tidak suka mengatakannya pada orang-orang termasuk wanita ini,

"Mimpiku adalah menjadi seorang wanita yang dipenuhi dengan kemewahan tak terbatas." Kemewahan? Apa hanya itu saja yang terpikirkan oleh otakku yang kecil pada saat ini? Aku berusaha tidak terlihat menyesal dengan pernyataanku. Ternyata selain dikenal sebagai seorang pelacur, aku juga akan terkenal sebagai seorang wanita pencinta materi.

"Dan nasibku? Hanya aku sendiri yang dapat mengubahnya? Aku tahu hal itu, sayangku. Karena itu, aku sekarang berdiri di sini, di hadapanmu! Mengubah nasibku."—Aku sedang berjuang untuk itu sekarang, untuk meraih mimpi yang kautanyakan—"karena Marquess of Salisbury adalah tiketku ke sana, satu tahap yang harus kulewati untuk mencapai mimpiku."

Ya—itu benar, bersama Marquess of Salisbury adalah mimpiku sekarang ini. Aku berusaha menegakkan daguku—memperlihatkan sisiku yang berusaha angkuh—dan mendekatkan wajahku lebih dekat ke wanita itu.

"Bukankah kau sudah hidup dalam kemewahan?" Wanita itu tak mengerti kenapa aku menginginkan hal itu, dia benar-benar percaya kata-kataku, padahal yang kuinginkan hanya pria itu. Bersamanya.

"Lebih! Aku ingin lebih!" kataku—aku benar-benar ingin bersamanya, terus bersamanya—menatap mata wanita itu.

"Aku akan mendapatkannya. Tak bisa menjadi istrinya,"—aku berbohong—"kurasa pun tak apa-apa."

Aku benar-benar ingin posisimu, aku ingin bersamanya, aku ingin dia mencintaiku.

"Aku akan menjadi simpanannya. Dan saat itu, aku akan membuatnya memilihku sebagai simpanannya, dibanding memilih dirimu sebagai istri yang sah." Aku menantang wanita ini, aku akan membuatnya lebih mencintaiku daripada dia mencintai dirimu, akan membuatnya tetap bersamaku tanpa memikirkanmu sama sekali. Akulah yang seharusnya menjadi istrinya. Akulah yang seharusnya menjadi Marchioness of Salisbury. Kau dapat merampas gelar itu dariku tapi kau tak dapat merampasnya. Hatinya akan menjadi milikku.

"Apa menurutmu akan semudah itu? Menurutmu, aku tak akan melakukan apa pun? Akan membiarkan hal tersebut terjadi? Membiarkanmu melakukan semua itu?" katanya memicingkan mata..

"Apa yang akan kau lakukan? Menggigitku? Mencakarku?" tantangku balik, aku tahu dia akan melakukan lebih dari itu—wanita ini tidak akan membuatku kecewa.

"Kau tidak tahu, aku dapat melakukan apa pun," katanya, dan kali ini aku benar-benar merasakan nada ancaman dari dalam suaranya. "Aku sedikit berterima kasih padamu, karena kau memberiku ide, sedikit ide ...," dia menggantungkan kata-katanya sebentar, "tentang ayahmu."

Ancaman itu telah datang.

Menggunakan ayahku? Menggunakan keluargaku? Aku tidak akan memaafkan siapa pun yang berani menyakiti keluargaku. "Kau—" aku menggeram.

"Sepertinya ayahmu tidak tahu, apa saja yang telah dilakukan oleh anak gadisnya selama ini. Dua atau tiga rumor tentang dirimu mungkin sudah cukup untuk membuatnya beristirahat selama beberapa bulan," ancamnya. Ternyata wanita ini juga bisa licik, aku sadar itu. Wanita ini penuh taktik. "Kabar burung tentangmu sudah terlalu banyak. Aku tak sengaja mendengar rumor-rumor tentangmu. Dan melihatmu sekarang ini, kurasa kau sudah tak memedulikan hal tersebut. Tapi kalau rumor itu langsung datang bertemu dengan ayahmu? Misalnya aku bertemu ayahmu? Tapi tenang saja, aku tidak akan menangis meraung-raung di hadapannya... mungkin hanya mengatakan apa yang sedang kita bicarakan saat ini, saat kau ingin mengambil suamiku dari istrinya yang sah. Kira-kira apa reaksi ayahmu?"

"Kau—" geramku lagi.

Apabila wanita ini benar-benar menjalankan aksinya. Apa yang akan terjadi dengan ayahku? Sebuah rumor, tidak akan membuat ayahku memercayainya. Sudah banyak kabar burung tentang diriku yang didengarnya, tapi dia tetap memercayaiku, memercayai anak gadisnya. Tapi ayahku saat ini, sekarang tidak dalam keadaan sehat, jantungnya sedang mengalami masalah. Aku tidak akan membiarkan seorang pun menyakitinya, termasuk wanita ini—wanita yang berada di hadapanku. Apa yang akan dilakukan wanita ini? Aku tidak tahu langkah wanita ini selanjutnya, apa yang akan dilakukannya, karena wanita ini berbeda dari wanita lainnya.

"Menjadi simpanan? Jangan bermimpi!" katanya tanpa ampun. "Memalukan. Hanya sebesar itukah mimpimu? Hanya menjadi simpanan seorang Marquess of Salisbury? Menyedihkan." Kata-katanya menusuk ulu hatiku

Aku mengakui, aku kalah satu langkah satu langkah darinya. Ancamannya tentang ayahku, membuatku tak bisa berkutik—hal ini membuatku kesal. Semua bagian tubuhku menegang keras. Tanpa kusadari, air mataku keluar.

Aku terkejut.

Air mata? Setelah sekian lama?

Wanita itu tiba-tiba menunjuk ke arah pintu yang tertutup, "Kalau kau bisa. Ambil dia! Buat dia menginginkanmu! Buat dia mencintaimu! Buat dia menceraikanku! Dan buat dirimu menjadi istrinya! Kalau itu benar-benar terjadi, aku akan melepaskan semua ini untukmu. Tapi kau hanya ingin menjadi seorang simpanan! Mimpimu hanya sebesar itu!? Aku kecewa!"

Wanita itu berjalan ke arah pintu dan berhenti di sana, "Coba kau pikirkan baik-baik ... aku menantangmu, merebut kedudukanku, sebagai istrinya. Itu lebih baik, dibanding apa yang kau pilih sekarang ... Oh ya, satu hal lagi. Aku tak akan menerimamu sebagai tamu di rumah ini, sebelum kau mengubah impian-impian kecilmu, permisi!" Wanita itu pergi meninggalkanku sendiri.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top