DSH Part 28 - Finch
Aku menggenggam erat tanganku, tidak tahu apalagi yang harus kukatakan. Karena dia benar. Aku tidak mendapatkan apa pun dari pria itu, dia tak menjanjikan apa pun pada diriku. Tapi aku benar-benar tak ingin terlihat lemah, terutama oleh wanita di hadapanku satu ini. Apa aku harus mengatakan sesuatu? Kata-kata seperti itu? Yang akan membuat diriku terlihat rendah? Membuatku seperti wanita murahan, tapi aku harus mencobanya, ini salah satu caraku bertahan dari dunia ini. "Aku mendapatkan keuntungan lain ... keuntungan yang tidak pernah kau dapatkan, dari suamimu sendiri."
"Apa itu?" Aku dapat merasakan nada penasaran dari suaranya.
Baiklah, anggaplah aku wanita murahan kali ini. "Kepuasan. Kepuasan, sayangku. Kepuasan di dalam tubuh ini," aku memeluk tubuhku sendiri. "Dia, pria yang hebat ... hanya dia yang dapat membuatku merasakan semua itu ... kenikmatan surga dunia," kata-kataku ini akan membuat para golongan bangsawan semakin yakin, bahwa anggapan mereka selama ini ternyata benar, bahwa aku adalah seorang pelacur.
"Dan aku pun bisa memuaskan hasratnya, seperti dia bisa memuaskan hasratku." Aku dapat melihat wanita itu terlihat malu, aku terus melanjutkan. "Aku tak mengerti ... kenapa dia tidak puas denganmu? ... dia tak akan mencariku bila kau dapat menyenangkannya."
Aku mengamati wanita itu, aku tidak mengerti kenapa Marquess of Salisbury masih mau menghabiskan waktunya bersamaku? Wanita yang sekarang berdiri di depanku terlihat cukup menarik—walau wanita ini sedikit lebih berumur dariku—masih terlihat sebagai wanita yang masih diinginkan oleh seorang pria. Kenapa Lord Salisbury lebih memilih malamnya bersamaku dibanding bersama wanita ini?
Apa aku harus cukup puas karena itu? Tidak—sebenarnya aku tahu, aku tidak puas. Karena aku hanya bisa berada di sisinya di tempat itu—tempat tidur. Aku berusaha meyakinkan diriku lagi ... Marquess of Salisbury jelas-jelas memilih bersamaku, setelah wanita ini melihat kami berdua. Pria itu lebih memilihku. Aku pun berusaha untuk puas sedikit—walau hanya sedikit.
"Hanya itu? Tak ada yang lain? Hanya kepuasan di atas tempat tidur?" nyonya rumah itu kembali menuntut jawaban padaku. "Kalau begitu. Harus kukatakan dengan jelas padamu, Lady Frances Finch. Yang bisa memuaskan suamiku bukan hanya kau! Karena wanita mana pun bisa melakukan hal tersebut! Hanya kepuasan di tempat tidur? Setelah itu? Setelah dia bosan denganmu? ... Apa kau tahu apa yang akan terjadi? Apa kau tahu apa yang akan terjadi pada dirimu?"
"Tak ada! Ya—tidak ada!" wanita itu terus melanjutkan tanpa henti dengan kejam. "Tak akan ada apa pun untukmu! Tak ada satu pun! Kau akan ditinggalkan olehnya begitu saja seperti sebuah gelas retak yang tak berfungsi lagi!"
Wanita itu berjalan mendekatiku sambil terus berbicara. "Lalu coba pikirkan apa kerugian pria itu? Kerugiannya? Kurasa dia tak rugi apa pun. Seperti yang tadi kukatakan, kau tak punya satu pun keuntungan dengan bersamanya ... lalu bagaimana dengan kerugianmu? Coba kita pikirkan sekarang." Dia semakin mendekatiku. "Kau sangat rugi. Sangat-sangat rugi," bisiknya. "Apa kerugianmu? Kuberi tahu ... waktumu, masa-mudamu, masa-depanmu karena menghabiskannya sia-sia dengan seorang pria yang tak pernah menginginkanmu!"
"Dia menginginkanku!" Emosi masuk ke dalam tubuhku.
"Tidak!" wanita itu menolak kata-kataku dengan keras. "Dia hanya menginginkan tubuhmu! Tidak yang lainnya! Sisa-nya? Suamiku tak menginginkannya! Ku beri tahu, tidak akan pernah ada dirimu di masa depannya! Karena kau tak akan pernah bisa menikah dengannya!"
Kenapa wanita ini bisa berkata seperti ini? Kenapa dia bisa berkata sekejam ini? Aku tak menyangka, dia bisa mengatakan kata-kata seperti itu. Tapi itulah wanita—kadang-kadang wanita yang terlihat seperti malaikat bisa lebih kejam daripada sang iblis. Tak usah mengingatkanku bahwa aku tak bisa menikah dengan Marquess of Salisbury, aku tahu itu, sangat tahu.
Setelah kau menikah dengannya, setiap malam pun aku terus memikirkannya, 'Kenapa bukan aku?'. Tapi aku tak bisa melakukan apa pun karena Marquess of Salisbury sudah mengatakannya sejak awal, dia tak ingin berhubungan dengan siapa pun, menautkan hatinya pada siapa pun, karena itu dia tak tertarik dengan pernikahan. Aku tak bisa berteriak padanya atau menangis tersedu-sedu merasa dikhianati, karena dia tak pernah mengkhianatiku, dia sudah mengatakannya dengan jelas dari awal, dia bisa menerima bagian lain dari diriku tapi dia tak bisa menerima perasaanku—hatiku.
"Dia tak tertarik dengan pernikahan!" Aku teringat saat aku mencoba berbicara tentang keluarga dengan pria itu.
"Kau lupa? Dia menikahiku." Wanita itu tersenyum tipis padaku. Jarak kami sekarang hanya sejauh tangannya bisa meraihku. "Jangan menghabiskan waktumu untuk seorang pria yang bahkan tak peduli dengan dirimu. Kau masih muda, masa depanmu masih panjang. Kau selalu bisa memulai dari awal. Kejar mimpimu. Jangan pernah merasa kau tidak bisa melakukan apa pun. Jangan merasa tidak berguna. Jangan merasa tak berdaya. Karena kau bisa. Kau selalu bisa memulai dari awal lagi," dia menyentuh tanganku dan dalam sekejap aku menepisnya.
Kenapa dia? kenapa dia berbicara seperti ini? Apa yang terjadi? Wanita ini aneh.
"Kau kenapa?" Aku tak mengerti.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top