DSH Part 25 - Finch
Aku melihat wanita itu berdiri anggun menggunakan gaun berwarna merah marun. Warna gelap yang hampir sama seperti yang dikenakan oleh Marquess of Salisbury. Aku mencoba tidak bergetar saat menatap wanita itu. Dia memerhatikanku saat aku masuk ke ruangan tersebut.
Dia mempersilakanku duduk. Marquess of Salisbury langsung duduk di tempatnya. Marchioness pun duduk—mereka berdua sudah duduk—hanya tinggal aku yang berdiri. Aku harus kuat. Aku mengangkat daguku lalu berusaha duduk tenang dan anggun. Aku akan menghadapinya.
Aku memerhatikan makanan hangat yang sudah disajikan di atas meja. Semua makanan itu seharusnya terlihat menggairahkan dan membuatku lapar. Tapi tidak—aku tak merasa lapar sama sekali, malah tidak ada keinginan untuk menyentuhnya. Tapi untuk menghormati undangan ini, aku berusaha memasukkan makanan itu ke dalam mulutku. Aku mengunyah dengan pelan berusaha menikmatinya. Aku melirik dan memandang kedua orang itu.
Marquess of Salisbury, pandangannya hanya tertuju pada makanannya. Marchioness itu juga sama, dia juga tidak mengatakan apa pun dan hanya menikmati santapannya. Denting alat makan tidak terdengar sama sekali, tak ada suara tawa, tak ada canda riang. Ruangan ini terlalu hening untuk kami bertiga—terutama untukku. Keheningan ini mencekamku. Aku dapat merasakan tanganku sedikit basah, tanganku sedikit berkeringat. Aku tidak suka suasana ini. Benar-benar tidak suka. Waktu di ruangan ini terasa tak hidup.
Aku melihat pelayan wanita paruh baya itu datang, lalu meletakkan makanan penutup di atas meja. Sekilas aku melihat wajahnya dan—aku menangkapnya sedang memerhatikanku—matanya mengejutkanku. Mata itu ... mata yang sama seperti mata yang dimiliki orang-orang itu. Mata yang menunjukkan ketidaksukaannya kepadaku. Pelayan itu memalingkan wajahnya dan pergi meninggalkan kami bertiga.
Aku memerhatikan suami istri itu yang hanya menikmati santapan mereka dalam diam. Aku benar-benar tidak tahan rasa ini. "Sebenarnya, apa maksud semua ini?" tanyaku ke wanita itu.
Aku dari tadi bertanya-tanya, apakah wanita yang sedang duduk di depanku ini tidak ingin bertanya apa pun? Berkata apa pun? Tak inginkah dia berteriak atau memakiku? Atau, apakah mungkin dia menerimaku? Menerima hubunganku dengan Marquess of Salisbury? Aku ingin pemikiranku yang terakhir, yang terjadi. Dia menyerah dan membiarkan hubunganku dengan Lord Salisbury. Lebih bagus lagi, bila dia benar-benar menyerahkan gelar Marchioness of Salisbury padaku—setelah itu ... mungkin kami bisa berteman.
"Bagaimana kabar ayah Anda, Lady Finch?" tanya nyonya rumah itu setelah menyeka bibirnya.
Ayahku? Kenapa dia bertanya tentang ayahku? "Apa maksud pertanyaan Anda, Madam?"
"Saya hanya sedang bertanya tentang kabar ayah Anda," jawabnya sambil menatapku. "Apa ada yang salah dengan pertanyaan tersebut, Lady Finch?"
"Apa sekarang Anda sedang mengancam saya?" Kenapa dia bertanya tentang ayahku? Ayahku sangat tak sehat belakangan ini. Apa dia—"Kenapa Anda bertanya tentang ayah saya? Apa yang sebenarnya yang sedang Anda rencanakan?" tanyaku lagi padanya. Aku tidak suka orang yang membawa keluargaku saat menghadapiku. Tinggalkan keluargaku sendiri! Aku tidak akan membiarkan orang-orang menyakiti keluargaku!
"Yang kurencanakan? Saya tidak bermaksud sedikit pun untuk mengancam Anda saat ini," kata wanita itu dengan nada datarnya—sangat datar—aku tidak merasakan adanya nada ancaman di sana, tapi aku tak terlalu yakin.
Tanganku menggenggam peralatan makan di kedua tanganku. "Apa Anda sedang mengancam saya? Dengan menggunakan ayah saya?" tanyaku memastikan dengan nada sedikit tak enak didengar.
Aku harus berhati-hati, aku belum tahu seperti apa wanita ini. Apakah wanita ini termasuk wanita yang penuh muslihat? Aku tak tahu—setidaknya belum tahu. Aku menatap Marquess of Salisbury. Pria itu terus mengunyah makanannya sepertinya tak peduli apa yang terjadi di hadapannya, dia tidak mengatakan apa pun, seakan-akan tak peduli sama sekali dengan pembicaraan kami saat ini.
Tak bisakah lelaki ini mengatakan sesuatu? Tak bisakah dia melakukan sesuatu? Tak bisakah dia menghentikan omong kosong ini? Tak bisakah dia membelaku? Tak bisakah dia melindungiku? Karena kami berdua lebih dahulu mengenal, dibanding dia mengenal istrinya. Tapi lelaki dingin ini hanya duduk diam saja di mejanya. Mungkinkah aku harus puas dengan ini? ... Aku menatap wanita di hadapanku, setidaknya Marquess of Salisbury juga tidak membela wanita di depanku ini—untuk saat ini aku akan berusaha puas dengan sikapnya. Pria itu terus melanjutkan sarapannya seperti biasa seperti tak terjadi gangguan apa pun.
"Saya belum berpikir demikian." jawab nyonya rumah itu.
Belum berpikir seperti itu? Dia belum berpikir untuk mengancamku? Belum? Belum bukan berarti tidak akan. Tapi setidaknya wanita ini jujur, jujur di depan suaminya dan diriku. Aku bisa melihatnya, wanita ini bukan tipe wanita seperti itu, bukan jenis wanita licik yang berkata manis di depanmu tapi menjelekkanmu di belakang.
"Anda belum berpikir seperti itu? Jangan berpura-pura lagi," geramku. "Apa yang Anda rencanakan? Apa yang Anda inginkan? Apa yang ingin Anda katakan?"
Aku ingin tahu, apa yang akan dilakukannya. "Tak usah berpura-pura lagi dengan undangan ini! Setelah apa yang telah terjadi tadi malam!" kataku dengan nada yang cukup tinggi. Aku melirik pria itu, mengingat kembali apa yang terjadi di antara kami berdua. Kehangatan malam di antara dirinya dan diriku.
Pria itu tiba-tiba berdiri. "Aku sudah selesai. Permisi."
Marquess of Salisbury pergi keluar dari ruangan ini, meninggalkan kami berdua. Aku merasa kecewa melihat punggungnya yang menjauh tanpa sekalipun menengok ke belakang. Kenapa dia seperti itu? Begitu dingin seperti itu? Apakah dia benar-benar tak memiliki perasaan apa pun padaku? Kuakui ... hatiku sakit melihatnya seperti itu, karena dia tak melakukan apa pun. Tak sekalipun aku merasakan perlindungannya saat ini. Ternyata memang seperti biasa, yang bisa melindungi diriku, hanya diriku sendiri.
Sekarang hanya tinggal aku dan wanita ini.
Aku tidak akan kalah, aku akan kuat di sini.
Ayo kita mulai.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top