DSH Part 21

Kiana berjalan melewati pintu itu. Di depan ruangan tersebut, dia berhenti dan melihat jarinya sedikit gemetar. Sebenarnya dia juga merasa takut dengan apa yang terjadi di dalam. Dia bukanlah orang yang suka bertengkar dengan orang lain tapi dia merasa harus melakukan hal tersebut-dia merasa telah menjadi wanita yang kejam di dalam ruangan itu. Dia berusaha menenangkan dirinya, membuang napas perlahan dan terkejut mendengar sebuah suara di dekatnya.

"Menarik." Marquess of Salisbury ternyata berdiri di sebelahnya, di depan pintu yang sudah tertutup tersebut.

"Apa Anda mendengarnya?" tanya Kiana.

Marquess of Salisbury tidak menjawab pertanyaan Kiana.

"Semuanya?" tanya Kiana lagi.

Pria itu tetap tak menjawab-Kiana mengambil kesimpulan bahwa suaminya mendengar sejak awal.

"Caramu dalam memberikan saran sangat kreatif," sindir Marquess of Salisbury.

Kiana menatap wajah suaminya. "Terima kasih, My Lord."

"Caramu cukup unik."

"Aku pikir itu akan berhasil."

"Dengan sedikit sindiran ditambah sedikit ancaman," kata pria itu lagi. "Dan sebuah tantangan."

"Mungkin akan berhasil." Kiana menekankan di bagian itu.

"Kau mem-provokasinya."

"Iya. Aku tahu. Aku hanya terbawa emosi di dalam sana." Kiana mengaku.

Marquess of Salisbury menaikkan salah satu alisnya.

"Di dalam sana, membuatku sedikit teringat dengan masa lalu." Kiana tersenyum lemah.

"Baiklah," kata Marquess of Salisbury yang tak tertarik mendengar masa lalu siapa pun termasuk wanita yang berdiri di sampingnya saat ini. Lord Salisbury melihat pintu di belakangnya. "Kau menantangnya untuk merebut posisimu. Apa kau tidak takut?"

"Tidak. Lagi pula apa yang harus kutakutkan, My Lord?"

"Kehilangan ... hmmm ... apa katanya tadi?" Marquess of Salisbury mencoba mengingat-ingat lagi perkataan Lady Finch. "Kemewahan?" Pria itu mengangkat satu tangannya menunjuk tempat tinggalnya yang luas, megah dan tentu saja mewah sekali.

"Tidak, aku tidak takut. Karena kurasa, kemewahan ini takkan mudah hilang begitu saja dariku." Kiana menatap pemandangan isi rumahnya-interior berkelas nan indah.

Marquess of Salisbury tertarik mendengar itu. "Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?"

"Sikap Anda, My Lord. Yang akan membantuku tetap berada di dalam kemewahan ini."

"Maksudmu?"

"Setelah aku tinggal di sini, aku menyadari ... Anda adalah seorang pria yang memiliki prinsip. Dan prinsip Anda, yang akan membuat Anda tidak bisa-hmm ... mungkin menceraikanku?" Kiana terus mengatakan pikirannya, "Dan juga, dengan adanya balas budi di antara keluarga kita. Hal itu akan semakin membuat Anda tak bisa menyingkirkan diriku. Aku merasa demikian."

"Kau yakin?"

"Tidak. Aku tidak yakin. Aku hanya berusaha memprediksi berdasarkan pengamatanku. Pengamatanku tentang sifat Anda, My Lord," jujur Kiana.

Kiana sebenarnya tidak mengerti sikap suaminya. Dia tidak mengerti kenapa dia belum diceraikan. Pernikahan mereka belum sah. Dan karena itu, dia memang pantas diceraikan oleh suaminya. Tapi Lord Salisbury tetap mempertahankannya sebagai Marchioness of Salisbury sampai sekarang. Kiana masih tidak mengerti, kenapa suaminya tidak pernah mengungkit sedikit pun tentang masalah itu. Karena itu, Kiana mengambil kesimpulan, balas budi dan prinsip pria itulah yang membuatnya masih bertahan di rumah tersebut.

"Prediksimu menarik." Marquess of Salisbury masih tak bergerak dari tempatnya, "Lalu bagaimana jika prediksimu itu salah?"

"Prediksi bukanlah suatu kebenaran, karena itu wajar bila kesalahan terjadi."

"Jadi tidak apa-apa? Pada akhirnya, jika kau kehilangan semua ini?"

"Aku tidak-," dan tiba-tiba pikiran Kiana sekilas beralih kepada budak. "Ya. Aku tahu. Aku tahu apa yang harus kulakukan apabila aku harus kehilangan kemewahan ini."

Marquess of Salisbury mengernyit mendengar jawaban tersebut. Kiana memandang ke dalam pintu yang sudah tertutup tersebut. "Aku akan menukarkan kedudukanku sebagai istri Anda dengan beberapa hal yang kuinginkan dari Anda. Apabila Anda benar-benar menginginkan Lady Finch menjadi istri Anda. Aku menginginkan sebuah pertukaran."

"Kenapa kau berpikir, aku bersedia melakukan pertukaran? Itu adalah hak seorang pria untuk menikah dengan siapa saja yang diinginkannya. Dan hak pria pula untuk memiliki seorang wanita simpanan. Hukum dalam masyarakat tidak pernah melarang hal tersebut. Di dalam undang-undang pun tak melarangnya."

"Ya. Aku tahu. Hukum negara kita memang tidak melarang pria untuk memiliki wanita simpanan. Banyak pria yang tinggal bersama istri dan wanita simpanan mereka. Seorang pria memiliki hak mempunyai seorang simpanan apabila dia juga bertanggung jawab dengan kebutuhan wanita tersebut, baik secara keuangan maupun batin." Kiana kembali melanjutkan kata-katanya dengan kesal. "Menurut undang-undang, wanita simpanan juga tak akan dianggap sebagai pelacur, karena pelacur mendapatkan uang dengan layanan seksual. Perbedaan mendasar dari mereka adalah, wanita simpanan hanya menyimpan dirinya khusus bagi satu lelaki, sama seperti seorang istri. Yang juga memungkinkan adanya hubungan sosial dan emosi di antara mereka, sementara pelacur hanya khusus secara seksual."

Marquess of Salisbury tersenyum mendengar penjelasan Kiana. "Kau mengerti undang-undang."

"Tidak terlalu. Aku hanya suka membaca. Ada beberapa hal di dalam undang-undang yang menarik perhatianku," jelas Kiana.

"Dan di dalam undang-undang juga tak tercantum, siapa saja yang bisa dan tak bisa memiliki wanita simpanan," terang Marquess of Salisbury yang sekarang menghabiskan beberapa waktunya di Parlemen Pemerintah membantu sebagai bendahara kerajaan di bawah pimpinan Lord North setelah dia tidak bertugas di perbatasan.

Kiana kesal mendengar itu. "Iya. Aku juga tahu tersebut ... Aku juga tahu di Istana Kerajaan Eropa, terutama di Versailles dan Whitehall. Banyak anggota kerajaan yang memiliki wanita simpanan," timpalnya.

"Ternyata kau juga suka mendengar gosip," kata Marquess of Salisbury sekali lagi.

"Tidak juga. Aku hanya mendengar dan bertukar pikiran dengan ayahku."

"Kalau begitu? ... putri yang terlalu banyak tahu?"

"Bisa dikatakan demikian," jawab Kiana tak mau kalah.

"Lalu atas dasar apa, menurutmu aku akan menyetujui pertukaran tersebut?"

"Seperti yang kukatakan tadi, prinsip dan balas-budi Anda, My Lord," Kiana menatap lantai, kembali berpikir. "Aku merasa Anda tak akan langsung menceraikanku begitu saja, dan hal itu akan membuat pertukaran kita jauh lebih mudah, apabila hal itu benar-benar terjadi."

"Berdasarkan kata-katamu, intinya; Aku akan menyetujui segala keputusanmu, baik itu mempertahankan ataupun menyerahkan posisimu karena prinsip dan balas budiku?"

Kiana mengangguk walau sebenarnya dia tak terlalu yakin-Marquess of Salisbury bisa saja langsung menceraikannya lalu menikahi Lady Finch, dan tidak perlu melakukan pertukaran tersebut. Tapi Kiana merasa, pria itu tidak akan langsung membuangnya begitu saja.

Marquess of Salisbury memandang wajah istrinya sedikit lebih lama. "Iya ... mungkin saja," katanya mengakui. Marquess of Salisbury memandang Marchioness lagi dan menilai wanita yang berada di dekatnya, wanita yang dinikahinya. Istrinya adalah seorang wanita yang pintar dan sepertinya cukup berambisi.

"Tapi sepertinya ... sekarang kau harus puas menjadi seorang Marchioness of Salisbury. Karena aku tak berminat untuk menikah lagi." Marquess of Salisbury lalu berjalan meninggalkannya.

Kiana melihat punggung pria itu yang semakin menjauh dan dia menghela napasnya pelan kemudian berjalan pergi dari sana.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top