DSH Part 20
"Kepuasan ... kepuasan, sayangku," katanya tersenyum penuh kemenangan. "Kepuasan di dalam tubuh ini. Dia, adalah pria yang hebat. Hanya dia yang dapat membuatku merasakan semua itu ... kenikmatan surga dunia."
Pipi Kiana sedikit memerah saat mendengar pengakuan blakblakan Lady Finch. "Dan aku pun bisa memuaskan hasratnya, seperti dia dapat memuaskan hasratku." Lady Finch menatap Kiana dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Aku tak mengerti ... kenapa dia tak puas denganmu? Dia tak akan mencariku bila kau dapat menyenangkannya," katanya dengan sangat penuh percaya diri.
Kiana kembali berusaha mencari celah. "Hanya itu?" Kiana berusaha memainkan ekpresi wajahnya dengan menaikkan salah satu alisnya. Ekspresinya berhasil membuat lady itu merasa kesal. "Tak ada yang lain? Hanya kepuasan di atas tempat tidur?"
Lady Finch tidak tahu harus berbicara apalagi
"Kalau begitu ... harus kukatakan dengan jelas padamu, Lady Frances Finch. Yang bisa memuaskan suamiku, bukan hanya dirimu. Karena wanita mana pun bisa melakukan hal tersebut." Kiana berhenti sebentar dan berpikir dalam hati, Aku pun bisa, tapi aku tak berminat.
"Hanya kepuasan di tempat tidur? Setelah itu? Setelah dia bosan denganmu? Apa kau tahu apa yang akan terjadi padamu? ... tak ada! Ya, tak ada! Tak akan ada apa pun untukmu. Tak satu pun. Kau akan ditinggalkan olehnya begitu saja, seperti sebuah gelas retak yang tak berfungsi lagi." Kiana berjalan mendekati lady tersebut. "Lalu coba pikirkan apa kerugian pria itu? Hmm ... dia tidak rugi apa pun. Seperti yang tadi kukatakan, kau tak punya satu pun keuntungan bersamanya. Lalu bagaimana dengan kerugianmu? Coba kita pikirkan sekarang ...."
Lady Finch tak bergerak memandang Kiana yang mendekatinya. "Kau sangat rugi, sangat-sangat rugi ...," bisiknya. "Waktumu, masa-mudamu, masa-depanmu. Karena menghabiskan waktumu sia-sia dengan pria yang tak pernah menginginkan dirimu."
"Dia menginginkanku!" Suara gadis itu melengking.
"Tidak!" potong Kiana, "Dia hanya menginginkan tubuhmu! Sisa-nya? ... suamiku tak menginginkannya!" kata Kiana kejam. "Tidak akan pernah ada dirimu di masa depannya, karena dia tak memikirkanmu sejauh itu, bahkan tidak sama sekali! Karena itu, kau tak akan pernah bisa menikah dengannya."
"Dia tak tertarik dengan pernikahan!" kilah wanita itu lagi.
Kali ini giliran Kiana yang tersenyum tipis. "Kau lupa?" Kiana mengingatkan Lady Finch. "Dia menikahiku."
Kiana berdiri tegak di hadapan wanita itu. "Jangan menghabiskan waktumu untuk seorang pria yang bahkan tak peduli dengan dirimu. Kau masih muda, masa depanmu masih panjang. Kau selalu bisa memulai dari awal. Kejar mimpimu. Jangan pernah merasa kau tidak bisa melakukan apa pun. Jangan merasa tidak berguna. Jangan merasa tak berdaya. Karena kau bisa ... Kau selalu bisa memulai dari awal lagi." Kiana berusaha menyemangati dan menyentuh tangan Finch-yang langsung ditepis oleh wanita muda itu.
Lady Finch memandangnya tak mengerti-nada pembicaraan lawan bicaranya yang tiba-tiba berubah drastis. "Kau kenapa?" tanyanya sedikit terkejut.
"Maksudku, kau bisa menjalani hidup lebih baik dari ini. Bisa menjadi seseorang yang lebih baik dari ini. Kau bisa mengubah nasibmu sendiri. Percayalah ... yang kau perlukan hanyalah berusaha lebih keras, sedikit lebih keras. Berusahalah menjadi seseorang yang kau inginkan. Jangan menghabiskan waktumu dengan percuma."
"Apa kau sudah gila?" tanya lady itu yang tak bisa mengikuti arah pembicaraan Kiana.
"Seorang wanita memang terlihat lemah, tapi sebenarnya mereka itu kuat, kau pun seperti itu. Aku tidak tahu tentang masa lalu milikmu ... tapi yang kutahu, kita bisa mengubahnya saat ini. Dengan tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain. Selalu ada secercah harapan untuk kita semua."
Lalu mereka berdua pun terdiam lagi.
"Ya ...," akhirnya Lady Finch kembali membuka suaranya. "Apa yang kau katakan tadi? Oh ya, mimpi, apa mimpiku? ... mimpiku adalah menjadi seorang wanita yang dipenuhi dengan kemewahan. Dan nasibku? Hanya aku sendiri yang dapat mengubahnya? Aku tahu hal itu, aku sangat tahu tentang hal itu, sayangku ... Karena itu, aku sekarang berdiri di sini. Di hadapanmu, untuk mengubah nasibku. Karena Marquess of Saslisbury adalah tiketku ke sana, satu tahap yang harus kulewati untuk mencapai mimpiku." Lady itu kembali menegakkan dagunya menatap Kiana.
"Bukankah kau sudah hidup dalam kemewahan?" tanya Kiana tak mengerti.
Wanita itu membalasnya sedikit lebih lama. "Lebih! Aku ingin lebih!"
Lady Finch menatap tajam mata Kiana yang sejajar dengannya. "Aku akan mendapatkannya. Tak bisa menjadi istrinya, kurasa ... pun tak apa-apa. Aku akan menjadi simpanannya. Dan saat itu, aku akan membuatnya memilihku sebagai simpanannya, dibanding memilih dirimu sebagai istri sah," katanya.
"Apa menurutmu akan semudah itu?" Kiana diam tak bergerak dari tempatnya. "Aku tak akan membiarkannya ... membiarkanmu melakukan semua itu."
"Memang apa yang akan kau lakukan? Menggigitku? Mencakarku?" tanya Lady Finch lagi.
"Kau tidak tahu, apa saja yang mampu kulakukan." Kiana menurunkan nadanya-nada ancaman yang sangat jarang digunakannya. Kiana mengembalikan nada suaranya seperti semula. "Aku berterima-kasih padamu karena kau memberiku sedikit ide tentang ayahmu."
Lady Finch memandang Kiana dengan geram "Kau-"
"Sepertinya ... ayahmu tidak tahu, apa saja yang telah dilakukan oleh anak gadisnya selama ini." Kiana membalikkan badannya lalu menyentuh gelas yang berada di dekatnya. "Dua atau tiga berita tentang dirimu mungkin sudah cukup untuk membuatnya beristirahat selama beberapa bulan," ancam Kiana. "Kabar burung tentang dirimu sudah terlalu banyak dan aku tak sengaja mendengar rumor-rumor tersebut ... dan melihatmu sekarang ini, kurasa kau sudah tak memedulikan hal-hal itu. Tapi bagaimana ... kalau kabar itu langsung datang bertemu dengan ayahmu? Misalnya aku bertemu ayahmu? Tapi tenang saja, aku tidak akan menangis meraung-raung di hadapannya. Mungkin hanya mengatakan apa yang sedang kita bicarakan saat ini, tentang kau ingin mengambil suamiku dariku. Kira-kira apa reaksi ayahmu?"
"Kau-" Lady Finch begitu kesal hingga tak bisa membalas kata-kata Kiana.
"Menjadi simpanan? Jangan bermimpi!" kata Kiana tanpa ampun. "Memalukan. Hanya sebesar itukah mimpimu? Hanya menjadi simpanan seorang Marquess of Salisbury? Menyedihkan."
Sebuah air mata keluar dari mata lady tersebut-kekesalannya memuncak, matanya memerah penuh amarah.
Tiba-tiba Kiana berpaling mengangkat tangannya, menunjuk ke arah pintu. "Kalau kau bisa, ambil dia! Buat dia menginginkanmu! Buat dia mencintaimu! Buat dia menceraikanku! Dan buat dirimu menjadi istrinya! ... kalau itu benar-benar terjadi, aku akan melepaskan semua ini untukmu. Tapi kau hanya ingin menjadi seorang simpanan? Mimpimu hanya sebesar itu? Kau mengecewakan."
Kiana kemudian berjalan ke arah pintu keluar dan berhenti di sana. "Coba pikirkan itu ... aku menantangmu merebut kedudukanku sebagai istrinya. Itu lebih baik dibandingkan apa yang kau pilih sekarang."
Sebelum melangkah keluar Kiana kembali berkata. "Oh ya, satu lagi ... aku tak akan menerimamu sebagai tamu di rumah ini, sebelum kau mengubah impian-impian kecilmu itu. Permisi." Kali ini Kiana benar-benar meninggalkan tamunya di sana. Wanita itu menangis menahan kesal.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top