DSH - part 10

Selama sebulan tinggal di sana, Kiana mengalami rasa bosan yang sangat tinggi. Dirinya tidak melakukan apa pun di dalam rumah tersebut. Semuanya dilakukan oleh Rhonda dan para pelayan lainnya. Kiana suka sekali dengan Ms. Rhonda, karena dia adalah pelayan yang sangat baik, telaten dan rajin. Kiana juga menghormati Rhonda karena wanita itu sudah berumur, lebih jauh dewasa darinya.

Rhonda juga menyadari sesuatu. Kiana memperlakukanya dengan baik dan santun. Kiana tak pernah membentak atau menyuruhnya dengan perintah yang angkuh. Apabila Rhonda membantunya, Kiana tak pernah lupa mengucapkan terima kasih. Hal itu sedikit aneh untuk Rhonda, karena dia tahu seorang bangsawan tidak boleh berterima kasih kepada pelayan mereka. Rhonda sudah melayani keluarga Marquess of Salisbury cukup lama, karena itu dia tahu sedikit aturan-aturan para bangsawan. Menurut para bangsawan, pelayan hanya melakukan tugas mereka—seperti air hujan yang turun untuk menyuburkan tanah, seperti sebuah sepatu yang dipakai untuk berjalan—tak perlu berterima kasih untuk semua itu. Mereka hanya sedang menjalankan fungsinya masing-masing.

Kiana tak menginginkan Pelayan Valet, dia ingin melakukan semua hal sendiri. Tapi itu tidak mungkin. Karena itu, Rhonda yang sebenarnya sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya, mencari asisten untuk membantu pekerjaan utamanya—memastikan semua furniture di rumah super megah itu tidak sedikit pun berdebu. Rhonda pun kemudian mencarikan Pelayan valet untuk Marchioness—seharusnya Pelayan valet dipilih oleh tuannya sendiri secara langsung, tidak boleh dipilihkan oleh House Steward maupun dirinya, karena tugas utama pelayan tersebut adalah melayani kebutuhan pribadi nyonyanya. Tapi Kiana tidak keberatan dengan apa yang dilakukan Rhonda.

Sebenarnya Rhonda dan Kiana memiliki watak yang hampir sama—sama-sama keras kepala tapi tak dapat dimungkiri, mereka ternyata cocok dan saling menyukai. Dan tanpa disadari Rhonda, dia memerhatikan Kiana seperti anaknya sendiri. Para pelayan yang lain pun menyukai nyonya mereka karena memperlakukan mereka dengan baik. Kedatangan nyonya mereka, membuat rumah terasa lebih hangat.

Kiana kemudian mencari Marquess of Salisbury. Dia harus berbicara kepada pria itu—kepada suaminya. Sudah satu bulan mereka tidak berbicara. Malah sebenarnya, mereka tak pernah berbicara sama sekali. Pembicaraan terakhir mereka adalah saat mereka makan bersama di dalam ruang makan pertama kali. Setelah itu, mereka tak saling berbicara. Mereka tidak bicara bukan karena saling ingin mendiamkan, tetapi karena mereka berdua merasa, memang tak ada yang perlu dibicarakan di antara mereka. Satu-satunya pembicaraan panjang yang telah mereka lakukan adalah saat malam hari, di dalam kamar itu, saat mereka berdua baru menjadi sepasang suami-istri.

Kiana melihat Marquess of Salisbury yang baru saja keluar dari ruang kerjanya ditemani oleh dua orang pria, yang kira-kira seumuran dengannya. Marquess of Salisbury melihat istrinya, lalu dia mendekati wanita itu—diikuti oleh kedua pria itu. Kiana mengamati pria-pria tersebut menghampirinya. Marquess of Salisbury kemudian memperkenalkan mereka bertiga. Kiana membungkukkan badannya dengan anggun saat diperkenalkan.

"Lord Timohty Byng, Viscount Torrington."
Viscount Torrington tersenyum pada Kiana. Pria ini sedikit lebih tinggi di antara mereka bertiga. Bermata biru dan berambut pirang ikal indah. Wajahnya bisa membuat para wanita langsung terpesona pada pandangan pertama. Sepertinya pria itu tahu, dia bisa meluluh-lantahkan perasaan setiap wanita dengan sangat mudah. Pandangan matanya penuh rasa ingin tahu saat menatap Kiana—istri temannya.

"Dan ini, Lord George Greville, Earl of Warwick."

Sedangkan Earl of Warwick. Pria tinggi itu memiliki rambut cokelat yang tebal dan mata yang terlihat jernih. Ketampanannya sangat berbeda. Wajahnya terlihat sangat tenang dan teduh. Tapi Kiana bisa merasakan, ketenangan pria itu bisa sangat berbahaya apabila diganggu. Dan Kiana merasa, dia benar-benar tak ingin mengganggu pria satu itu. Ketiga pria di hadapannya terlihat sangat menarik—termasuk suaminya itu.

Suaminya benar-benar memiliki mata sehitam batu bara, rambut sehitam arang dan ditunjang oleh pakaian berwarna hitam yang selalu dikenakannya—suaminya terlihat seperti malaikat maut yang memesona. Kiana menyadari, kedua teman suaminya sedang menilainya, tapi dia tak masalah dengan hal tersebut. Karena dia pun sekarang sedang menilai mereka berdua, tanpa diam-diam menyembunyikannya. Kiana terlihat sangat jelas sedang memerhatikan mereka bertiga.

"Senang bertemu dengan kalian tuan-tuan," kata Kiana setelah suaminya memperkenalkan dirinya kepada mereka.

Lalu dari belakang ketiga pria itu, muncul lagi seorang pria. Tapi kali ini pria itu sudah terlihat berumur.

"Kami juga senang bisa berkenalan dengan Anda, Madam." Viscount Torrington tersenyum lebar saat mengatakannya. "Dan kenalkan, Lord William Murray, Earl Of Mansfield." Viscount Torrington membiarkan Earl of Mansfield maju mengambil posisinya.

"Lady Salisbury, senang sekali bisa bertemu dengan Anda. Anda mengingatkanku kepada para ponakanku." Pria itu mengamati Kiana. "Mungkin kalian bisa saling bertemu dan berteman baik."

"Suatu kehormatan untukku, Lord Mansfield. Aku akan sangat senang dan tak sabar untuk bisa bertemu dengan para ponakan Anda," kata Kiana dengan sopan.

"Mungkin Anda dapat membawa ponakan Anda berkunjung kemari dan biarkan para wanita untuk saling bertemu, Lord Mansfield," saran Marquess of Salisbury.

"Atau kalian bisa berkunjung ke kediamanku," kata Earl of Mansfield mengajukan ide lainnya.

Kiana dapat melihat sekilas keberatan di wajah suaminya—perubahan mimik di wajah suaminya sangat cepat sehingga membuat yang lain tak menyadarinya.

"Tentu ... dengan senang hati. Aku akan menunggu undangan Anda, Lord Mansfield," kata suaminya kepada earl tersebut.

Kiana dapat melihat Marquess of Salisbury sangat dekat dengan Viscount Torrington dan Earl of Warwick, karena mereka saling memanggil nama pendek mereka masing-masing. Persahabatan mereka sepertinya sudah terjalin lama. Tapi saat Lord Mansfield mendekati mereka, mereka akan langsung mengganti panggilan mereka dengan sebutan lebih formal, seperti, 'Lord Torrington ataupun Lord Warwick'—Masyarakat Britania Raya sangat jarang memanggil nama depan.

Lalu Marquess of Salisbury mengajak ketiga tamunya ke ruang tamu.

Kiana sadar diri, kemudian mengundurkan diri dari pertemuan para pria tersebut walau sebenarnya dia ingin sekali mengikutinya, ingin sekali tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Kiana ingin tahu cara mereka memandang, dan segala pendapat mereka—hal itu membuatnya teringat pada ayahnya.

Saat dia hampir beranjak, Marquess of Salisbury menghampirinya. "Ada apa?" tanya pria itu.

"Maaf, aku tidak tahu ... aku tidak tahu Anda sedang sibuk. Maafkan apabila kehadiranku telah mengganggu."

"Ya," kata Marquess of Salisbury setuju. "Jadi kenapa kau mencariku?"

"Kenapa Anda tahu, aku sedang mencari Anda, My Lord?" tanya Kiana lagi. Kiana memang mencarinya, tapi kenapa pria ini bisa tahu? Kiana tak memberi tahu siapa pun bahwa dia sedang mencari suaminya.

"Kau muncul di hadapanku," jawab Marquess of Salisbury singkat.

"Aku ingin minta izin Anda untuk—"

"Kau boleh melakukan apa pun. Kau tak perlu izinku," potong pria itu.

"Tak perlu? Anda tak tahu apa yang ingin kulakukan," tanya Kiana lagi. "Apa yang akan ku—"

"Tidak. Aku tidak ingin tahu," potong Marquess of Salisbury untuk kedua kalinya. Pria itu menatap ke ruang tamu—ketiga tamunya sedang menunggu di dalam sana. "Seperti perjanjian awal kita. Dan seperti yang kau ingat ... kita tidak akan saling mencampuri urusan kita masing-masing. Selama kau tak mencampuri urusanku. Aku mempersilakan kau melakukan apa pun sesuai dengan keinginanmu. kau tak perlu izinku sama sekali. Dan kau tak perlu mencariku lagi untuk urusan hal-hal tersebut. Permisi." Marquess of Salisbury segera berbalik meninggalkan Kiana setelah mengatakan hal tersebut.

Kiana memandang suaminya yang berjalan menuju ruang tamu, meninggalkannya. "Baiklah, suamiku."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top