II
Kuze tidak langsung turun saat pintu garasi menutup secara otomatis dibelakang mobil Sakya.
Jantungnya berdebar, keringat membasahi telapak tangannya.
Dia ingat membicarakan model dan teknologi yang akan dipakai di rumah ini.
Jika baru bagian ini saja dia sudah sakit hati apalagi jika dia masuk ke dalam dan melihat semuanya.
Apakah barang-barang peninggalan Kana masih ada di dalam sana?
Kuze menepuk-nepuk pipinya.
"Keluar dari sini, lalu tinggalkan tempat ini!" katanya memerintahkan diri sendiri.
Memang itulah niatnya tapi melihat Sakya yang tertidur di kursi belakang membuatnya tidak tega.
Rasa tanggungjawab membuat Kuze memilih membangunkan Sakya dan membawanya ke kamar.
Saat terbangun Sakya tidak banyak tingkah.
Dia menurut dan melakukan apa yang Kuze suruh.
Dengan memapah Sakya yang sempoyongan Kuze masuk ke dalam rumah.
Apa yang kuze pikirkan berbeda jauh dengan kenyataannya.
Rumah ini kosong melompong!
Mata kuze melihat setiap tempat, dia hanya mengikuti langkah kaki Sakya yang pasti tahu kemana harus pergi.
Tidak ada satupun perabotan di lantai satu selain meja makan kecil dengan dua kursi yang ada di dekat dapur.
Rumah ini seperti tidak berpenghuni saja.
Ada tiga kamar dilantai satu tapi tidak mungkin Kuze memeriksa satu persatu.
Rumah ini besar tapi rumah yang terlalu megah.
Kuze suka hal yang sederhana, dia merancang sesederhana mungkin yang masih bisa diterima Sakya.
Tentu saja awalnya Sakya kaget karena Kuze tidak memimpikan sebuah bangunan seperti istana, tapi ternyata dia bisa menerima dan menyukai ide Kuze.
Mereka naik ke lantai atas, tangga melandai yang lebar dan punya sudut belokan tajam.
Dilantai atas ada dua kamar lagi.
Di bagian samping rumah ada kolam renang yang di lengkapi sauna dan air terjun yang dari atasnya kita bisa melompat.
Mereka sampai di kamar paling ujung, kamar yang besar yang seharusnya menjadi kamar bagi tuan dan nyonya rumah.
Kuze bertanya-tanya apakah boleh dia melepaskan Sakya lalu kabur dari sini?
"Kamar yang ini" parau Sakya yang baru bersuara lagi.
Kuze menekan kenop, pintu terbuka, hawa dingin langsung menyambutnya.
Kamar ini bukan kamar pasangan, kamar pria bujangan dengan perabotan yang kaku dan seperlunya.
Kuze lega luar biasa, hatinya tidak merasa teriris lagi karena tak ada satupun yang membuatnya bisa melihat kehadiran Kana di sini.
Satu lagi, setelah dia membaringkan Sakya, dia bisa pergi dari sini.
Namun keinginannya langsung buyar saat mereka melangkah masuk. Tiba-tiba saja Sakya muntah, mengenai Kuze yang menjerit kesal terkena muntahan.
"Apa-apa kau. Kenapa tidak menunggu sampai kamar mandi. Kenapa tidak bilang padaku!"
Sakya tidak terlihat menyesal.
"Baju mahalmu yang terlalu seksi itu tak bisa digunakan lagi ya." dia tertawa.
"Akan menggantinya, membelikan baju baru yang lebih pantas untukmu"
Kuze melihat lantai yang penuh dangan muntahan Sakya, berwarna kuning dan berbau asam.
Dirinya dan Sakya juga kotor dan bau.
"Sebenarnya jika bukan karena sangat terpaksa pasti akan melemparmu dan membiarkan kau berkubang muntahmu sendiri" desisnya pada Sakya.
Sakya tertawa meledek.
"Seperti babi yang berkubang kotorannya sendiri?"
Kuze menghembuskan napas kuat. Sakya yang menjengkelkan jadi lebih menjengkelkan saat mabuk.
Dia mendorong Sakya duduk di pinggir ranjang.
"Buka bajumu, bersihkan tubuhmu." geramnya.
Sakya tersenyum nakal saat Kuze membuka bajunya dan hanya menyisakan Boxer nya saja.
"Apa yang tidak" kekehnya membuat wajah Kuze merah padam saking kesalnya.
Kuze membawa baju Shual, memjadikannya sebagai kain lap, membersihkan lantai yang kotor dan bau, meletakkan pakain itu di kamar mandi.
Saat kembali ke kamar dia menemukan Sakya tidur telentang di atas kasur dengan tubuh polos, boxer Sakya ada di kaki tempat tidur.
Kuze panik, hal pertama yang dipikirkannya adalah lari dan membiarkan saja si brengsek ini sendirian tapi entah kenapa dia mencari alasan untuk tinggal lebih lama lagi.
Lagipula dia memang harus membersihkan diri dulu.
Takkan ada kendaraan manapun yang akan membawa wanita dengan pakain seksi dan tubuh berlumur apapun.
Dengan penampilan seperti ini Kuze akan dianggap seperti pelacur yang pulang malam.
"Aku pinjam bajumu. Aku tidak bisa pergi sekarang" katanya pada Sakya yang bukannya tidur tapi malah terpana melihat plafond kamarnya.
Kuze membuka lemari pakain Sakya. Mencari sesuatu yang bisa dipakainya sementara dia mencuci bajunya dan menunggu kering.
"Kau wanita pertama yang masuk ke sini" parau Sakya.
Kuze yang akan kembali ke kamar mandi terdiam, menoleh pada Sakya yang masih melihat ke atas.
"Apa Kana bukan wanita untukmu?" sindirnya tajam.
"Ah. Ya dulu Kana juga pernah masuk ke sini" desahnya memalingkan wajah.
Sebelum keinginannya mensmackdown Sakya makin tak tekendali, kuze bergegas masuk ke kamar mandi.
Disana dia membersihkan tubuhnya, menghilang bau asam dan lengket yang melekat.
dia keluar tak lama kemudian, memakai Kaos Sakya yang cukup besar dan dalam, seperti memakai daster midi saja.
Tangannya memegang keranjang pakaian kotor.
"Mau kemana kau?" tanya Sakya membuat Kuze kaget karena berpikir pria tersebut sedang tidur karena matanya terpejam.
"Mesin cucimu di kamar mandi dekat dapur bukan?!" tebak Kuze.
"Aku harus mencuci dan mengeringkan bajuku, setelah itu aku baru pergi"
Dia langsung keluar meninggalkan Sakya yang mencoba bangun entah untuk apa.
Kuze berdiri telanjang kaki di dapur sakya yang besar dan megah, bagian rumah yang paling menjadi fokusnya.
Dapur ini mulai dari perabotan dan peralatannya benar-benar lengkap.
Hanya ini yang membuat rumah ini seperti rumah yang ada penghuninya.
Kuze membuka Kulkas empat pintu sebesar lemari baju di rumahnya.
Dia tersenyum melihat isinya, dengan bahan sekomplit ini dia bisa masak apapun yang dia mau.
Sebenarnya tidak heran kalau dapur Sakya memgangumkan.
Perut Sakya sensitif.
Dia tidak bisa makan semabarangan.
Dikantorpun Sakya tidak makan dikantin, dia punya katering pilihan yang dia percayai untuk memgrimkan makan siang setiap hari kerja.
Sakya juga jarang makan malam diluar, kalaupun harus biasanya dia hanya makan daging yang diolah dengan dibakar saja.
Kuze menyentuh konter dapur yang berlapis marmer dari Turki, yang dulu dia sarankan pada Sakya.
Sekali lagi dia jadi kesal sendiri memikirkan semuanya.
Untunglah dia cepat sadar dan menarik kesimpulan yang tepat sebelum mempermalukan dirinya sendiri.
Sakya pasti salah paham dan berpikir apapun yang Kuze si kakak sukai pasti Kana si adik juga akan menyukainya.
Padahal kenyataannya selera mereka sangat berbeda.
Mungkin Sakya berniat memberi kejutan pada kana dengan memanfaatkan kebodohan Kuze.
Tapi tentu saja yang lebih terkejut adalah dirinya yang merasa terkhianati.
Orang bodoh yang tertipu secara terang-terangan, seperti orang buta yang berjalan tanpa kehati-hatian dan hanya ikut nafsu saja.
Kuze merasa sesak berada di ruang sunyi ini sendirian.
Tubuhnya meremang seperti seperti sedang diawasi dan saat dia mulai panik Kana akan melompat keluar membuat Kuze terpekik.
Kalau Dia protes, Kana akan membalik keadaan seakan Kuze lah yang salah. Kana akan mengatakan berbagai hal menyakitkan yang akan membuat Kuze merasa down seketika dan jika dia menangis atau mencoba melawan, kana akan mengeluarkan kemampuan aktingnya yang sekelas oscar dan membuat semua orang jadi memarahi Kuze.
Apapun keadaannya, orangtua mereka berprinsip, sebagai kakak Kuze harus mengalah pada adiknya.
Dia menghela napas kuat, menyingkirkan penghalang yang membuatnya susah bernapas.
Kenapa sekarang dia jadi memikirkan masa lalunya?
Kenapa dia tiba-tiba jadi sentimentil begini?
Sekarang dia sudah menjadi pribadi yang lain.
Dia bukan lagi Kuze yang cengeng dan lemah.
Selama bertahun-tahun dia belajar menjadi kuat dan tegar.
Menjaga hatinya agar tidak terluka dan sakit.
Bahkan orang tuanya saja tidak berani meninggikan suara atau menatapnya dengan sorot mencela.
Kuze yang dingin dan berwajah datar membuat mereka gugup.
Anak yang biasanya dijadikan pelampiasan semua masalah kini tidak bisa lagi mereka sentuh.
Kuze dengan sangat sadar membangun dinding es tak kasat mata yang membuat semua orang tak berani mendekat, kecuali orang-orang yang dia izinkan.
Namun bagaimanapun penampilan dan karakternya berbeda, Kana tetap saja terus memgusik hidupnya, seperti tidak percaya kalau Kuze tidak bisa lagi menangis atau merasa terluka.
Kana tanpa henti melakukan berbagai cara, sampai-sampai dia menikah dengan Sakya yang diketahuinya menjadi satu-satunya cinta dalam hidup Kuze.
Tentu saja Kuze tidak memperlihatkan perasaannya yang sesungguhnya saat itu.
Selama sepuluh tahun lebih dia tidak mengizinkan siapapun melihat airmata ataupun rasa sakitnya.
Di pernikahan Kana dan Sakya, Kuze terlihat begitu sibuk dan bersemangat.
Dia tetap dengan sikap yang sama, dingin dan tegas.
Kana tidak boleh merasa senang karena sudah menghancurkan hati Kuze jadi berkeping-keping.
Saat akhirnya Kana pergi meninggalkan Sakya, Kuze sama sekali tidak merasa senang.
Dia tidak peduli lagi dengan mereka berdua.
Sedikitpun dia tidak bermimpi untuk mengantikan posisi kosong disisi Sakya yang sudah Kana tinggalkan.
Kuze tidak akan mau menjadi sekedar pengganti Kana.
Dia bukan wanita bodoh yang akan menagis diam-diam karena merasa kesepian dan tidak dicintai.!
*******************************
(21032021) PYK.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top