05 - Write
Untuk kedua kalinya, Mahendra dan Hesti harus tersedot oleh pusaran tinta hitam. Hal tersebut sudah terjadi sebelumnya, Hesti yang seorang penulis cerita itu pun memahami bahwa tinta berbentuk pusaran itu adalah sebuah portal. Maka dari itu, ketika portal tersebut terbuka secara tiba-tiba di bawah kakinya, ia bahkan sudah tidak panik lagi dan membiarkan tubuhnya terserap dengan sendirinya.
Begitupun Mahendra, melihat sang adik begitu tenang membuat dirinya juga tenang. Tak berekspresi hingga mereka mulai menampilkan wajah penuh kesakitan akibat portal yang membawa mereka ke ruang kerja Hesti dan membenturkan keduanya di atas meja.
"Sial! Setelah terlempar ke tanah dan membuat pantat sakit, sekarang terlempar ke meja dan membuat hidung sakit!" Hesti mengeluh, mengusap wajah terutama bagian hidung yang mendarat lebih dulu dibandingkan tubuhnya.
Sedangkan Mahendra, ia masih tak mengeluarkan ekspresi apapun. Berdiri seperti patung dengan tatapan kosong.
"Jadi, dunia fantasi itu benar-benar ada?" Mahendra bertanya, entah ditujukan pada siapa.
Mendengar dan menyadari itu, Hesti seketika berteriak girang. Membuat atensi si Kakak teralihkan padanya. Bergoyang-goyang di atas kursi dan melakukan gerakan-gerakan seperti koreografi girl group favoritnya.
"Aye! Aye!" seru Hesti seperti orang gila.
"Apa kau gila, Hesti? Tempat itu membuatmu gila, huh?" Mahendra menghentikan aksi konyol adiknya.
Hesti pun berhenti, menghampiri Mahendra dan berdiri di depannya. Menatap serius pada sang Kakak dengan wajah sumringah.
"Kak, Olivia Elizabeth Remessis benar-benar ada. Manusia yang kuciptakan benar-benar ada. Lihat! Kita baru saja bertemu dengan Raja Edward yang kupersiapkan untuk debut di sequel. Mereka menjalani hidup persis seperti outline yang kubayangkan. Apakah dengan begini aku sudah terlihat seperti Tuhan?" Keantusiasan Hesti membulatkan mata seorang Mahendra. Adiknya sudah gila!
"Jangan gila! Aku muak dengan Olivia yang terus menerus menyebut dirimu Tuhan. Jangan sampai kau mengaku hal yang sama. Itu tabu! Tidak baik!" Ucapan Mahendra memang benar, tapi Hesti tak suka. Ia mengerucutkan bibir ke depan tanda sedang merajuk manja.
"Lebih dari itu, bagaimana kita bisa sampai ke dunia mereka? Bagaimana mereka bisa sampai ke mari? Dan bagaimana bisa kita kembali ke dunia ini?" Hesti memberikan rentetetan pertanyaan yang jelas Mahendra tidak bisa menjawab.
Keduanya sama-sama merenung, memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Terutama Hesti, ia berpikir mulai dari sejak pertama kali dirinya tersedot ke dalam pusaran tinta yang keluar dari pena. Seketika, tampak seperti mendapatkan ide, Hesti mengambil pena yang sama dan hendak menuliskan gambaran tentang prolog season terbaru novel tapi tidak menghasilkan apapun. Coretan yang ia buat di atas kertas tertuang dengan sempurna, tidak ada tinta yang menetes apalagi berubah menjadi pusaran.
Hesti mulai memikirkan hal lain. Kemungkinan lain yang bisa menjadi pemicunya. "Saat itu, Olivia menyuruhku menulis takdir untuknya. Aku menulis takdirnya di saat ia sendiri menginginkan takdir itu ditulis olehku. Intinya, saat kedua belah pihak memiliki keinginan yang sama." Hesti berbicara seolah telah menyadari sesuatu sambil memandang pada Mahendra.
"Sepertinya kau benar. Saat kita berada di sana dan kembali ke dunia ini, di saat itu kau berteriak karena tidak tahan berada di sana. Kubangan tinta yang menarik kita ke dunia ini berasal dari kemauanmu." Mahendra menanggapi.
Senyum begitu lebar pun kembali mengembang di wajah Hesti. Dirinya merasa bangga dengan apa yang terjadi. Tokoh ciptaannya menembus dimensi fiksi dan nyata, ia terlibat langsung dalam kegiatan tokoh dengan memandang menggunakan mata kepala sendiri.
Yang menjadi masalah saat ini hanya, ia tak bisa datang lagi ke dunia mereka. Portal terbuka ke dunia fiksi saat dirinya hendak menuliskan takdir untuk Olivia dan wanita itu juga menginginkan hal yang sama. Tidak ada Olivia di dunia mereka tak akan membuat Hesti kembali ke dunia dalam bukunya. Meski begitu, Hesti memang tidak menginginkan. Siapa juga yang mau datang ke dunia yang sebentar lagi akan memulai perang? Tidak, tentunya.
"Kak Hendra!" Hesti tiba-tiba berteriak saat mengecek ponsel dan mendapatkan notifikasi sampai ribuan komentar dari pembaca di sebuah platform menulis online.
Sebelum membukukan karyanya, Hesti selalu memublikasikan cerita di sebuah aplikasi tulis baca online yang menjadi tempat kisah Olivia Elizabeth Remessis dimuat. Betapa terkejutnya Hesti saat melihat halaman profil miliknya telah membuat satu buah work baru dengan judul Never Happy Queen Season 2 dan masuk di bagian prolog.
Hesti mengecek lebih lanjut. Memerhatikan isi prolog yang sangat kontroversial sampai-sampai menarik komentar berupa keluhan dari pembaca. Isinya adalah, dirinya dan Mahendra yang juga berada di dalam prolog sebagai karakter tanpa identitas. Tidak ada nama, penjelasan tokoh atau deskripsi tentang kedua tokoh itu. Tampak misterius.
Dalam prolog yang tiba-tiba muncul sendiri, dijelaskan bahwa Olivia diselamatkan oleh dua orang kakak beradik lalu kemudian bertemu dengan Raja Edward. Kejadian dalam cerita yang muncul secara misterius itu persis seperti outline yang telah disusun oleh Hesti. Hanya saja, kemunculan dua tokoh tak lain adalah dirinya dan Mahendra di luar dari apa yang direncanakan.
Komentar pembaca tidak jauh-jauh dari mempertanyakan kakak beradik tersebut dan bagaimana mereka bisa menyelematkan Olivia atau dari mana asal keduanya hingga ikut bertemu dengan Raja Edward serta kabar mereka berdua selanjutnya.
Hesti menunjukkan isi cerita yang jelas-jelas tidak ditulis olehnya tersebut pada Mahendra. "Bagaimana kau akan menjelaskan pada pembaca?" Sang Kakak itu bertanya pada Hesti yang masih dalam wajah santai.
"Mudah! Aku bisa membuat keduanya sebagai karakter baru dan menyebut mereka sebagai pengelana. Yang terpenting, alur cerita mereka masih sama seperti outline yang telah kubuat. Kerajaan yang Olivia pimpin mengalami masalah pemberontakan dan penggulingan tahta sehingga ia harus meminta bantuan pada kerajaan lain yaitu Kerajaan Lotus untuk menggulingkan Raymond yang memerintah dengan kejam." Hesti menjelaskan garis besar cerita yang akan ia buat.
"Judulnya Never Happy Queen. Kau akan membunuhnya?" Mahendra bertanya dengan raut wajah amat serius.
"Olivia adalah protagonis dan tokoh paling penting. Tidak mungkin aku-"
"Raja Edward?" Mahendra memotong ucapan Hesti yang belum selesai.
Gadis itu terdiam. Kerajaan Lotus akan berperang dengan Kerajaan Wisteria dan memiliki hasil akhir kekalahan. Raja Edward tidak akan menang, kemudian Olivia akan tetap menjadi pihak paling menderita.
"Dia akan kalah dalam perang." Hesti menjawab seadanya.
"Kau akan membunuhnya, kan?" tuding Mahendra, posisi badan pria itu sedikit maju ke depan. Adiknya yang telah duduk di kursi ruang kerja miliknya hanya bersandar dengan santai. Itu membuat Mahendra sedikit tidak suka.
"Kenapa Kakak bertanya seperti itu?" Hesti balas bertanya.
"Kau tidak boleh menjadi pembunuh, Hesti! Aku tidak mau kau menjadi seorang pembunuh!" Mahendra berteriak. Kegilaan adiknya terhadap novel tidak boleh sampai mengubah pribadi baik hati Hesti ke arah yang lebih buruk.
"Mereka hanya tokoh fiksi, Kak. Lagipula aku tidak membunuhnya, aku hanya menulis di atas kertas. Menulis itu bukanlah tindakan pembunuhan." Hesti menyangkal, memberikan pembelaan atas tudingan kakaknya.
Sang adik mungkin menganggap bahwa mereka adalah fiksi karena mereka merupakan karakter yang diciptakan sendiri olehnya. Tetapi tidak lagi bagi Mahendra. Setelah melihat Olivia dengan mata kepala sendiri dan perpindahan dimensi yang secara ajaib terjadi, Mahendra percaya bahwa mereka nyata dan hidup. Meski kehidupan mereka dengan dirinya berlainan dunia.
Mahendra memejamkan mata, membayangkan kehidupan Olivia selama ini. Hidup sebagai seorang gadis yang dipaksa untuk menjadi Ratu oleh kedua orang tuanya, tidak memiliki pengalaman kanak-kanak atau remaja menyenangkan, lalu ketika mulai diberikan setitik kebahagiaan dengan pernikahan, pengkhianatan Raymond mulai terangkat ke permukaan.
Setelah mendiang Raja sebelumnya, Raymond mulai melakukan pemberontakan bersama para bangsawan untuk menggulingkan tahta Raja yang baru -suami Olivia-. Juga dengan kejamnya, Raymond mencoba menghabisi nyawa Olivia beserta janin yang masih ada dalam kandungan.
Olivia nyata. Wanita itu telah mengalami penderitaan fisik dan batin yang begitu hebat. Dan sekarang, dengan tanpa perasaan bersalah sedikitpun, seseorang yang menjadi dalang utama di balik penderitaan itu sudah mulai mengetikkan alur penderitaan baru untuknya.
"Hentikan atau aku tetapkan dirimu sebagai tersangka dalam kasus ini!" Mahendra akhirnya mengancam. Jujur saja, Mahendra takut jika hal seperti itu akan berpengaruh pada kondisi psikologis Hesti. Setelah mengetahui bahwa mereka manusia hidup dan nyata, Hesti tetap akan melakukan pembunuhan lewat tulisan. Ia tidak mau adiknya menjadi seorang pembunuh, bagaimana pun caranya.
"Hahaha!" Hesti tertawa dengan nyaring. "Kakak itu detektif di dunia ini dan negeri ini. Tidak ada yang namanya detektif lintas dimensi, Kak Hendra."
"Menguras air mata pembaca tidak harus membuat seorang tokoh mati. Ada banyak cara untuk membuat pembaca simpati, salah satunya dengan membuat tokohmu bertahan hidup di tengah penderitaan dan akhir yang baik setelah perjuangannya. Pembaca akan terharu setelah melihat perjuangan besar dengan akhir yang bagus." Mahendra menjelaskan panjang lebar tentang sarannya.
Sayang, masuk di telinga kanan dan keluar di telinga kiri. Hesti justru menjawab, "Kakak tidak tahu apa-apa di dunia kepenulisan. Saran Kakak ditolak!" Hesti memalingkan wajah dari Mahendra. Sekarang atensi gadis itu fokus pada sebuah keyboard laptop yang sejak beberapa menit lalu telah ditekan-tekan olehnya.
Mahendra seperti tak akan mendapat kesempatan jika berdebat dengan sang adik di hari ini. Ia memilih untuk melenggang pergi tanpa berpamitan. Setidaknya, Hesti tak akan membunuh Olivia di bab pertama dari sequel ceritanya. Sehingga, masih ada banyak kesempatan bagi Mahendra membujuk Hesti agar mengubah alur cerita yang direncanakan olehnya.
.
.
.
| T B C |
A good story isn't just about death. But also about life.
❤️🌹❤️
- Resti Queen -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top