02 - Fiction

Mata sembab dengan ujung hidung memerah itu menghias wajah cantik yang kini lebih pucat dari biasanya. Pelupuk dengan bulu lentik yang awalnya berseri pun tiada henti meneteskan air mata. Bibir manis itu pun terbuka karena hembusan napas yang keluar dari sana. Beberapa kali, wanita dengan rambut pirang bergelombang itu menggeleng tak percaya. Mencoba untuk menolak fakta yang ada di depan mata.

Pada bagian layar persegi panjang besar, tepat ketika sang detektif mengatakan bahwa dirinya akan segera mendapatkan jawaban, Olivia memandanginya dengan perasaan yang tak dapat terjelaskan.

Dalam benda persegi panjang tersebut, detektif memberi informasi tentang tayangan live yang dirinya sama sekali tak mengerti. Tetapi, Olivia menatap dengan sangat antusias sekaligus benci. Merasa tak suka dengan perkataan sang detektif bahwa dirinya hanyalah manusia fiksi.

"Novel dengan judul Never Happy Queen akhirnya tamat. Seperti yang telah aku rencanakan bahwa tokoh utama dalam novel tersebut yaitu Olivia Elizabeth Remessis tidak akan pernah mengalami hidup bahagia. Sedikit kebahagiaan yang ia punya hanyalah pemanis karena akhir yang akan diterima adalah kepedihan. Haha! Pembaca banyak memberi komentar bahwa aku adalah orang sadis. Ya, tidak salah. Aku suka menyiksa karakter demi menguras emosi dari para pembaca."

"Apakah Nona Hesti Ratu akan memberikan kelanjutan untuk cerita tersebut?"

"Tentu saja! Penderitaan Olivia tidak akan berakhir hanya karena dirinya terbuang ke tebing. Dia akan bangkit kembali untuk penderitaan selanjutnya. Untuk itu, harap kalian menantikan sequel dari novel tersebut."

Bak tertusuk seribu duri, Olivia meremas bajunya di bagian dada. Menunduk, menatap pada sebuah buku dengan judul sama seperti yang disebutkan oleh wanita dalam benda bernamakan televisi. Tentu saja, ia sudah membaca semuanya. Kisah yang terjadi di dalam buku memiliki kesamaan persis dengan kehidupannya. Olivia menangis, ia tak mampu lagi untuk sekedar berkata-kata. Sekali lagi, Olivia membaca halaman paling belakang dari buku tersebut. Memerhatikan kalimat 'Penulis adalah Tuhan di dunia yang mereka ciptakan'. Sebuah kalimat yang menjadi pedoman dari seorang wanita bernama Hesti Ratu.

"Di mana aku bisa bertemu dengan Tuhan-ku?" Olivia bertanya. Pria yang berada di samping pun terhenyak lalu mengalihkan atensi dari layar televisi dan memandang dirinya dengan serius.

"Apa maksudmu? Kau bisa bertemu dengan Tuhan setelah kematian." Mahendra menjawab dengan singkat.

"Wanita di dalam sana-" Olivia menunjuk ke arah televisi dan Mahendra memerhatikannya. "-adalah Tuhanku."

Mahendra terkejut. Lagi. Pria itu menggebrak meja membuat Olivia mundur hingga punggungnya membentur senderan sofa. Tatapan mengintimidasi dari Mahendra cukup untuk menimbulkan rasa merinding hingga bulu romanya berdiri. Tatapan tajam seperti adiknya yang telah berkhianat, tetapi ini versi sedikit lebih baik.

"Jangan bercanda! Hesti itu penulis, bukan Tuhan!" Mahendra menjawab.

"Dia adalah Tuhan di dunia yang diciptakan. Dia penciptaku maka dia adalah-"

"Cukup!" Mahendra memotong.

"Aku perlu bertemu dengannya." Olivia memohon. Tatapan matanya sendu, isakan yang tadi keluar pun telah tiada. Meski masih tampak bersedih, Mahendra bisa melihat keseriusan ucapan dari Olivia.

"Daripada itu, aku sudah muak dengan semua sandiwaramu. Lebih baik katakan sejujurnya padaku tentang siapa dirimu dan dari mana asalmu. Aku tidak bisa mempertemukanmu dengan seorang penulis terkenal sepertinya dalam keadaan berhalusinasi."

"Aku tidak berhalusinasi!"

"Lalu apa?! Kau terlalu mencintai karakter Olivia Elizabeth Remessis sampai-sampai kau mengaku menjadi dirinya, begitu?!" Ucapan yang cukup menohok dari Mahendra.

Olivia menggeleng, di mata Mahendra, dirinya tampak seperti orang gila. Ya, pria mana yang akan percaya dengan seorang wanita tiba-tiba mengaku sebagai karakter dalam novel? Olivia tidak tahu jika dirinya ternyata hanyalah sebuah karakter fiksi. Tetapi, Olivia tahu bahwa dirinya adalah nyata. Ia hidup, benar-benar hidup dan bernapas saat ini. Hanya saja, hidupnya ada di dunia yang berbeda.

"Aku tidak gila! Kau akan mengerti setelah mempertemukan aku dengannya." Olivia bersikukuh, mencoba meyakinkan pria berstatus detektif yang mengaku ingin menyelesaikan kasusnya.

"Hahaha! Aku lelah berurusan dengan wanita semacam dirimu." Mahendra berkata sambil menggelengkan kepala dengan pelan.

"Kau mengatakan kalau akan membantu mengakhiri kasus ini, kan?" Olivia memandang dengan serius.

"Hoo, kau mau mencoba untuk menyerangku balik rupanya."

"Pertemukan aku dengan wanita bernama Hesti Ratu maka akan kuberi semua jawaban yang kau butuhkan, wahai detektif muda berotak kosong!"

"Kau!" Mahendra meninju udara. Percuma untuk berdebat dengan wanita di depannya. Pasti tak akan membuahkan hasil. Oleh karenanya, ia tak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan wanita itu untuk bertemu dengan si penulis terkenal tersebut.

"Baiklah. Kebetulan, penulis bernama Hesti Ratu itu sesungguhnya adalah adik kandungku." Pengakuan yang membuat Olivia terbelalak akibat terkejut.

"Kau adalah kakak kandung dari Tuhan-ku?!" Olivia bertanya dengan nada suara yang naik satu oktaf.

"Sudah kukatakan Hesti bukan Tuhan. Dia penulis!" Olivia terdiam dengan jawaban tersebut. Ia tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi hanya untuk berdebat tentang hal ini. Prioritas utama Olivia adalah bertemu dengan Hesti.

Olivia tak lagi bertanya ataupun membantah saat Mahendra mengajaknya untuk pergi. Meski dipenuhi dengan rasa penasaran, Olivia menurut layaknya anak ayam yang induknya bawa pergi. Masuk ke dalam sebuah benda besar bernama mobil lalu tercengang saat kendaraan tersebut melaju lebih cepat dari kuda berlari.

Mata wanita cantik itu berbinar, menatap ke luar dari kaca mobil dengan raut penuh ketakjuban. Pemandangan di kota tempat Mahendra tinggal benar-benar luar biasa indah. Ada sebuah bangunan kaca menjulang tinggi bagaikan melawan langit, benda bernama mobil pun berlalu lalang ramai di jalan raya yang licin. Olivia tidak bisa mengedipkan mata melihat ke sekeliling. Meski aneh, ini pengalaman paling mengesankan dalam hidupnya. Ia pikir dunia hanya sebatas 18 kerajaan seperti yang ia pelajari, ternyata tidak. Ada dunia bernama dimensi lain yang baru disentuhnya sekarang untuk pertama kali.

Lalu, beberapa menit kemudian, mobil pun berhenti di sebuah area dengan tulisan 'Parking Area' cukup besar. Olivia tidak bisa membuka pintu mobil sehingga menunggu Mahendra membukakannya. Dia turun, bersama Mahendra yang berjalan di depan seperti seorang pemandu. Masuk ke dalam sebuah ruangan berbentuk balok besi dengan tinggi melebihi ukuran manusia. Begitu mereka masuk ke dalam, pintu dari ruang tersebut tertutup dengan sendirinya.

"Ini namanya lift," kata Mahendra saat menyadari Olivia tampak kebingungan juga terkejut setiap kali melihat benda-benda di sekitar. Wanita yang berdiri di samping itu pun mengangguk sebagai jawaban.

Kemudian ketika Mahendra menekan angka di dalam lift dan membuatnya menyala, Olivia dengan gemas ikut meniru kegiatannya. Menekan semua tombol yang ada dan melompat senang saat angkanya menyala. Melakukannya secara berulang pada semua tombol lantai dalam lift. Kali ini, Mahendra membiarkan Olivia berbuat semaunya. Yang terpenting adalah, mereka tiba di lantai empat di mana orang yang akan mereka temui ada di sana.

Pintu pun diketuk. Menunggu beberapa detik hingga akhirnya terbuka.

Tampak seorang wanita atau lebih pantas disebut gadis dengan balutan celana pendek sepaha dan kaos putih longgar serta rambut panjang diikat satu menyerupai ekor kuda. Gadis itu persis seperti orang yang tampil di acara televisi beberapa waktu lalu. Sama seperti Olivia, gadis itu terbelalak akibat terkejut. Disentuhnya Olivia pada bagian tangan, wajah dan juga rambut dengan mata berbinar.

"Olivia?" Hesti bertanya.

Darah dalam tubuh Olivia seakan mendidih. Benar dugaannya jika Hesti Ratu adalah Tuhan penulis takdirnya. Sekali lihat, gadis itu sudah mengenalnya.

"Berikan happy ending untukku," kata Olivia tanpa berbasa-basi.

Mereka saling pandang, Olivia dengan tatapan serius dan menusuknya, Hesti dengan tatapan kagum atas kecantikan tamunya.

.
.
.
| T B C |

'Life is reality'

❤️🌹❤️

- Resti Queen -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top