Bab 5. Dewi Keberuntungan Jahat!
"Sekarang kamu sukanya sama toilet, yah? Kamu berniat jadiin toilet sebagai suami kedua kamu?"
•
•
•
Yang dilakukan Savana hanyalah mondar-mandir tidak jelas sembari menggigiti kuku jempol tangannya. Resah. Satu kata yang dapat menggambarkan perasaan Savana saat ini. Banyak keraguan menghantui, berputar-putar dalam benak layaknya bintang-bintang yang berputar di atas kepala Tom.
"Apa gue alesan sakit perut aja kali, yah?" Savana mendesah. "Tapi, kalo gue gak ikut, nanti siapa yang jadi pasangan dia? Masa ganteng-ganteng sendiri? Kan sayang!"
Aduh! Savana benar-benar bingung. Ia dibuat dilema antara harus menyelamatkan diri atau harus menikmati kebahagiaan sesaat sebelum akhirnya si nasib bernama sial datang mengganggu.
"Fana? Kamu pingsan?" Suara seksi Jonas mengejutkan Savana. Gadis yang sedari tadi mondar-mandir di dalam kamar mandi itu pun segera berdehem lalu menyahut,
"Enggak, kok, Mas!" Kemudian Savana mencuci tangan di wastafel sebelum akhirnya keluar dari sana. Dengan senyum manis Savana menyapa yang dibalas dengan genggaman lembut di tangan kanannya.
"Ayo berangkat."
Bersamaan dengan Jonas membawanya keluar dari kamar, otak yang tidak terlalu besar milik Savana mulai memikirkan cara agar dirinya selamat dari kesialan yang sedang mengintai.
Sebenarnya kesialan yang dialami Savana malam ini bukan hal yang akan membuatnya mati. Savana akan tetap hidup sebelum kecelakaan maut merenggut nyawa. Kalau diperkirakan sekitar sepuluh bab lagi Savana akan mati. Namun, tetap saja! Meskipun Savana tidak—atau lebih tepatnya belum—mati, ia tetap tersiksa karena harus menahan malu yang disebabkan oleh dua medusa.
"Ayo, Fana."
Menghela napas pelan, Savana berujar, "Kamu duluan aja. Aku ... mau ke toilet dulu." Savana menjerit riang tak terkira dalam hati. Kali ini, Savana berhasil berbicara atas kemauannya sendiri. Bukan karena dialog sudah tertulis dalam naskah.
Jonas mengernyit. "Kamu sering banget ke toilet. Kamu sakit?"
"Enggak, kok. Cuman mau pipis. Kayaknya efek samping dari tangan Mbah Samson, deh." Savana menyahut asal, membuat Jonas kembali bertanya,
"Mbah Samson? Siapa?"
"Itu, loh ... Mbah Mila yang ngurut perut aku tadi. Sumpah, yah, aku gak bohong. Tangan dia, tuh, kayak tangan Samson. Sampai-sampai aku mau kentut terus, tapi terpaksa ditahan karena takut dimarahin sama mama." Savana dengan tidak tahu dirinya malah bercerita tentang Mbah Mila dan kesakitan yang ia rasa karena ulah tangan besi itu. Pun dengan Jonas yang selalu menanggapi, membuat Savana semakin tidak tahu diri dan lupa akan tujuan. Sampai akhirnya dering telepon milik si tampan menghentikan cerita yang mengalir bagai ingus bocil.
"Fana ... kamu gak jadi ke toilet?" Jonas bertanya lembut usai menutup teleponnya, membuat Savana menepuk dahi pelan.
Bego! Kenapa gue lupa?!
"Eh, jadi!" sahut Savana cepat. "Aku ke toilet dulu." Tanpa menunggu jawaban Jonas, Savana langsung berlari. Hampir saja ia lupa karena keenak bercerita sama si tampan.
Sebenarnya ... ini bukan salah Savana, sih. Kalau dipikir-pikir lagi, ini salah Jonas! Kalau saja suami fiksinya itu enggak ganteng-ganteng amat, kayak Rayyan misalnya. Savana pasti tidak akan lupa! Jadi, bener kan kalau ini bukan salah Savana, tapi salah Jonas Baswara!
Ah, sudahlah! Savana harus segera sampai di toilet. Jika tidak, rencana Savana akan gatot! Alias gagal total, dan Savana tidak ingin hal itu terjadi.
***
Sebenarnya, rencana Savana hanya mengulur waktu. Karena kesialan yang akan menimpanya itu tepat ketika acara dimulai. Jadi, Savana berpikir, jika ia mengulur waktu, maka kesialan itu tidak akan menimpanya. Savana juga tidak boleh berdiri di dekat medusa. Hanya itu saja.
Sekitar setengah jam berada di toilet, Savana memutusakan keluar dari bilik sempit itu. Dua sudut bibirnya tertarik ke atas saat mendengar suara tepuk tangan diiringi kata selamat. Ia yakin, acara peresmian sudah selesai.
Savana bernapas lega, karena ia melihat orang-orang yang menghadiri acara peresmian kafe baru Jonas tengah menikmati hidangan yang tersedia. Lantas manik kecokelatannya menyapu sekitar, mencari Bu Mitha alias medusa. Namun, pencarian itu harus terhenti saat tepukan pelan mendarat di bahunya.
Mendadak Savana merasa berada di film horor. Duh, Gusti ... gimana kalo yang nepuk bahu gue manusia jadi-jadian?
"Fana? Kamu ke mana aja? Kenapa ke toilet lama banget? Kamu bikin aku khawatir." Mendengar suara Jonas, membuat Savana bernapas lega. Bukan setan ternyata.
"Toilet. Baru aja keluar. Perutnya sakit banget."
Jonas mendekat, lalu mengangkat tangan kanan dan mengarahkannya ke arah Savana sebelum akhirnya meletakkan di perut, membuat Savana refleks berseru,
"Mas ngapain?!" Sumpah, yah! Savana kaget. Gila saja! Megang-megang tempat reunian para lemaknya di tempat umum. Dia pikir Savana perempuan macam apa? Hais! Savana sebenarnya enggak marah-marah banget, sih. Lebih tepatnya, dia akan diam saja kalau si tampan ngusap perutnya bukan di tempat umum.
"Meriksa perut kamu. Siapa tau tangan Mbah Samson itu mengandung kekuatan yang ngebuat dede bayi di dalamnya gerak-gerak."
Astaga! Boleh tidak Savana nyentil otak Jonas ini? Tampan-tampan, kok, bodoh? Mendesah panjang, Savana menatap Jonas sesaat lalu berkata, "Ya ampun, Mas ... kamu pikir ini dunia fantasi? Bisa-bisanya kamu mikir kayak gitu."
"Bercanda, Sayang." Jonas terkekeh. "Ya habisnya kamu buat aku bingung. Dari kita di rumah kamu selalu ke izin ke toilet. Baru nyampe di kafe, kamu izin lagi ke toilet. Sekarang kamu sukanya sama toilet, yah? Kamu berniat jadiin toilet sebagai suami kedua kamu?"
Savana melotot. Ini Savana yang salah atau memang otak Jonas lagi eror? Masa Savana dibilang mau ngejadiin toilet sebagai suami kedua! Memangnya Savana calon penghuni rumah sakit jiwa yang gila karena lebih memilih toilet daripada suami?
"Udahlah, Mas, lupain masalah toilet. Kita makan, yuk! Laper." Savana menarik tangan Jonas, matanya jelalatan mencari mangsa. Ibu mertua maksudnya. Pokoknya, Savana tidak boleh dekat-dekat sama medusa tua itu dan—
"Apa kabar, Savana?"
SIALAN! MEDUSA DUA DATANG!
Ingin menghindari medusa satu, eh si medusa dua malah nyamperin. Memang bener-bener, yah, si dewi keberuntungan ini mau Savana musuhi selamanya.
"Baik, kok, Ra. Kabar kamu gimana?" Savana melotot. Sialan! Rupanya Savana kembali mengikuti plot cerita. Bagaimana ini?
Tanpa sadar, Savana menggigit bibir bawahnya. Ia ingat betul, sapaan dari Laura—alias si medusa berbulu domba—awal dari kesialan yang akan menimpanya malam ini.
"Suami buka cabang baru istrinya malah ngilang." Itu suara Bu Mitha!
"Savana sakit, Ma." Jonas membela. Namun, Bu Mitha justru terbahak. Sumpah, Savana tidak bohong. Wajah Bu Mitha ini mirip sekali sama mak lampir, apalagi ketika beliau terbahak macam ini. Ngeri!
"Sakitnya dia itu enggak pernah membawa keberuntungan."
Haish! Itu mulut lemes banget.
"Fana ... aku denger tadi kamu lapar, 'kan? Gimana kalau sekarang kita makan?" ucap Laura lembut. Ah, lebih tepatnya pura-pura lembut.
"Boleh."
Ya salam! Savana ingin mengumpat sekeras-kerasnya ketika dengan mudah ia mengiyakan ajakan si medusa. Dengan berat hati Savana mengayunkan kaki ke arah ... kolam berenang!
Savana tersenyum kikuk. Matanya melirik ke arah kolam. Bukan, Savana tidak takut tenggelam. Tapi ... Savana takut kalau—
"Fana, kamu pernah bilang kalau kamu gak bisa berenang, 'kan?" Laura bertanya sembari mengambil piring kosong.
Savana mengangguk. "Iya."
"Gimana kalau ...." Savana mulai was-was. Apalagi saat melihat Laura kembali meletakkan piring, lalu berjalan ke samping tubuh Savana. Kejadian ini memang sedikit dramatis. Tapi, percaya sama Savana. Kesialan ini benar-benar membuatnya malu. "Kamu nye ...." Laura mendorong Savana, tetapi dengan cepat Savana memutar balik keadaan, hingga membuat Laura yang tercebur. Namun, sebelum tubuh Laura menyentuh air dingin kolam, medusa dua itu sempat menarik lengan baju Savana. Beruntung Savana dapat menahan diri agar ia tidak ikut tercebur. Tapi ....
"SAVANA! BRA MERAH KAMU JADI TONTONAN!"
Laura kurang asem!
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
05.10.2020.
Dewi keberuntunga kayaknya emang gak suka deket-deket Savana, deh. Gimana pun usaha dia, tetep aja kena sial.🤣🤣🤣
Bab ini Ze agak panjang ngetiknya. Biasanya cuma mentok serebu, tapi kali ini nyaris serebu dua ratus. Mayanlah nambah sikit🤣 ada perubahan.
Makasih buat kalean yang sudah baca.
Ze sayang kalian!💋💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top