Bab 24. Ngambek Pokoknya!

"Mas?" Savana memanggil dengan bibir yang bergetar. "Aku mau pulang. Sendiri."

Saus tartart! Demi apa Jonas pergi meninggalkan Savana hanya untuk mengobati luka secuil di kening Laura? Apa Savana ini enggak penting lagi? Jadi main seenaknya ninggalin tanpa pamit.

Cih! Pokoknya, Savana mau ngambek saja. Ia enggak akan mau balik ke kamar. Mau pesan kamar lagi juga enggak punya uang. Jadi, mungkin Savana akan tidur di tepi pantai? Masa bodoh ia akan tidur mana nanti. Yang penting saat ini adalah Savana pergi dari kamar laknat ini.

Enggak ada lagi acara berduaan, enggak ada lagi acara pegangan tangan, tidur berduaan, atau apalah itu. Savana tidak peduli. Sekarang yang ada hanya acara ngambek-ngambekan dan kejar-kejaran. Itu pun kalau Jonas merasa bersalah dan mau mengejarnya. Kalau tidak? Savana akan memukul Jonas pakai cangkul nantinya.

Huft! Rasanya benar-benar menyebalkan. Jonas ini memang suami maruk. Sudah punya istri cantik macam bidadari dari langit, masih saja tergoda sama medusa. Ya, walaupun si medusa dua juga cantik.

"Yang!" Nah, itu suara Jonas. Savana yakin, dia pasti akan mengejar Savana. Karena dia cinta mati sama Savana. Mungkin. "Yang, tunggu! Aku bisa jelasin semuanya sama kamu."

Memang itu yang Savana mau! Tapi ia harus jual mahal. Pokoknya Savana harus ngambek! Ia enggak boleh luluh begitu saja sama penjelasan Jonas. Sesekali suami fiksinya itu harus diberi pelajaran, biar enggak tolol-tolol banget. Biar otaknya enggak ketuker lagi sama Patrick.

"Yang, tunggu!" Jonas berhasil meraih tangan Savana, hingga membuat gadis yang mengenakan celana jin itu berhenti melangkah. "Biar aku jelasin sama kamu."

Kening Savana berkerut. Ini laki enggak ada niat buat minta maaf dulu gitu? Savana menggeleng pelan, lantas ia berkata, "Kamu enggak ada rasa bersalah?"

"Iya, Fan. Aku minta maaf karena udah ninggalin kamu gitu aja," ucapnya penuh sesal. Matanya menatap Savana dalam, seolah mengatakan kalau dia memang menyesali perbuatannya tadi.

"Kenapa?"

"Aku panik waktu liat mama datang sambil lari-lari, muka mama juga keliatan pucat. Aku sebenarnya enggak khawatir sama Laura, tapi aku khawatirnya sama mama. Ngeliat muka mama pucat, aku jadi mikir kalau mama ngangkat Laura."

Savana mengembuskan napas panjang. Dari dulu, Jonas memang begini. Dia adalah anak laki-laki yang sangat mencintai dan menyayangi mamanya lebih dari apa pun. Karena Jonas hanya punya mama, tidak dengan papa.

Sejak dia berumur enam tahun, papa Jonas pergi meninggalkan keluarganya. Meninggalkan anak yang masih butuh figur seorang ayah dan istri yang mengalami masa sulit.

Mati-matian Bu Mitha berjuang demi menghidupi sang anak, menyekolahkannya hingga tumbuh menjadi sosok yang berguna. Perjuangan Bu Mitha tidak sia-sia. Jonas cerdas, ia mendapatkan beasiswa di sekolah elit. Jonas berjuang lagi hingga dia mendapatkan beasiswa di universitas ternama. Mulai meniti karir sebagai seorang pengusaha.

Jadi, wajar kalau Jonas selalu mementingkan mamanya lebih dari apa pun. Karena bagaimana juga, perjuangan Bu Mitha benar-benar membuat siapa saja takjub.

Awalnya pernikahan Savana Payoda dengan Jonas ini baik-baik saja, hingga setelah enam bulan mereka menikah, dan belum juga dikaruniai seorang buah hati, mama mulai meminta Jonas untuk menikah lagi.

Tidak salah jika seorang ibu mengharapkan cucu dari anak dan menantunya. Namun, terkadang cara seseorang untuk mendapatkannya salah. Seperti yang dilakukan Bu Mitha, beliau menjodoh-jodohkan Jonas dengan Laura, padahal beliau tahu kalau Savana masih menjadi istri sah anaknya.

"Hm." Hanya deheman kecil yang Savana berikan sebagai bentuk respon dari penjelasan Jonas. Sebenarnya Savana tidak marah kalau dia mau bantu mama. Tapi yang membuat Savana marah adalah ... KENAPA DIA MENINGGALKAN SAVANA?!

"Yang, aku ngelakuin ini karena aku khawatir sama mama. Te-"

"Dan kamu enggak khawatir sama aku? Kamu enggak mikirin apa yang bakal terjadi sama aku ketika kamu pergi. Aku istri kamu, Mas. Bukan orang yang enggak kamu kenal." Nah, kan, Savana mulai menangis. Heran juga, sih, kenapa ia lemah sekali kalau berbicara masalah hati?

"Savana, aku kan udah bilang kalau aku ninggalin kamu karena panik."

Bukan itu yang jadi titik masalahnya, Bambang!

"Padahal, bisa aja kan kamu ngajak aku buat ikut sama kamu? Kamu tinggal bilang 'ayo' aja, Mas. Enggak susah, 'kan?"

Terdengar embusan napaa panjang dari Jonas. "Aku salah, aku minta maaf."

Sudah Savana duga. Endingnya pasti begini. Menjelaskan lalu minta maaf, berpelukan macam Teletubis lalu bersikap romantis macam Romeo, kemudian lupa diri dan bersikap macam Squidword yang selalu masa bodoh dengan sikap para tetangga konyol se-Bikini Bottom.

"Terserah, Mas. Kamu minta maaf atau enggak, aku enggak peduli." Savana menyentak tangan, hingga cekalan Jonas terlepas. "Aku capek, mau tidur."

"Kamu mau tidur di mana?" Jonas bertanya setelah Savana mengabil langkah.

"Di laut. Aku kan ikan."

"Heh! Ngaco!" Jonas kembali mencekal Savana, lalu tanpa aba-aba pria itu menggedong Savana, membuat ia menjerit.

"Mas, kamu mau bawa aku ke mana? Aku masih marah sama kamu." Jonas diam saja walau Savana memukul-mukul dadanya. Savana jadi berpikir, apa pukulannya tidak berasa? Atau ... malah terasa seperti pijtan?

Hais! Menyebalkan sekali. Apa Jonas tidak tahu kalau Savana masih ngambek? Kenapa malah digendong begini, sih? Kan Savana enggak mau bawa perasaan lagi. Ya, jelas! Savana tidak ingin bersedih dan sakit hati karena ulah Jonas. Capek!

"Kita tidur di kamar, Yang. Walaupun kamu ikan, aku tetap enggak bakalan biarin kamu tidur di laut. Basah. Enggak enak. Gak ada kasur empuk, adanya batu karang yang menyebabkan kapal Malin tenggelam."

"Ya, tapi aku enggak mau tidur sama kamu, Mas!" Kan ceritanya Savana ngambek. Masa iya, ia harus tidur sama Jonas? Ya, gengsilah!

"Iya, nanti kamu tidur di atas ranjang, aku di bawah ranjang."

Kening Savana berkerut, lalu tangannya terkepal dan kembali memukul dada Jonas. "Jadi kamu mau selingkuh sama kecoa? Jahat banget!"

"Ya Allah, Yang. Aku salah apa lagi? Katanya kamu enggak mau tidur sama aku?"

Benar juga. Ya, tapi Savana juga enggak mau kalau Jonas tidur sama para kecoa di bawah sana. Kalau Jonas dipeluk-peluk sama kecoa gimana?

"Ya, udah, Mas. Kamu tidur di kamar mandi aja."

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

26.10.2020.

🤣🤣🤣 kasihan Jonas disuruh tidur di kamar mandi. Padahal tidur di sofa kan bisa. Dasar, Savana! Tidak berperikesuamian.

Dah, ah, sampai sini dulu cuap-cuapnya. Ze mau ngetik bab 25. Huhu bener-bener marathon🤣🤣

Terima kasih sudah baca. Mwahh💋

Ze sayang kaleannn💋💋💋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top