Sakit kepala yang tak kunjung berkesudahan
Kanaya tidak mendapatkan serangan sakit kepala seperti yang sudah-sudah. Kedatangan Alan mendatangkan pemikiran dalam. Siluet pria itu seperti pernah terlintas di benaknya. Suaranya terdengar tak asing seolah pernah masuk ke indranya.
“Alan itu menurutmu bisa di percaya? Dia benar-benar memberi investasi ke kita. “
Salsa mengangkat bahu berupaya pura-pura lugu padahal detak jantungnya berdegup kencang. Diva alias Kanaya menanyakan keseriusan Alan. Adik iparnya ini tidak tertarik pada sosok Alan secara pribadi kan?
“tanya pada papah dan suamiku saja. Aku mana tahu hal yang begitu. “
“Aku merasakan sesuatu yang aneh padanya.”
Barulah Salsa melihatnya lama, nampaknya wanita mungil ini mulai tertarik. “aneh bagaimana? Dia merayumu? “
“Bukan. Dia sangat sopan malah kami seperti teman lama tapi itu masalahnya. Aku seperti merasakan kenyamanan dan juga was-was secara bersamaan. “ Kanaya cemas hatinya seakan bertaut dengan Alan.
“Kau mengenalnya atau dia pernah muncul sekilas di mimpimu atau ingatanmu? “
Kanaya juga berharap begitu tapi yang nampak hanya siluet samar, senyum yang terlibat Cuma di bibir atau suara yang tak jelas hadir.
“Entahlah. Pertemuan dengan Alan membuatku bingung. Nampaknya aku tidak boleh berpikir terlalu keras bahaya untuk kesehatanmu. “
Salsa jadi ingat pesan Rion. “Kau besok akan diantar ke kota untuk memeriksakan diri. “
“Besok? Aku kan bilang aku tidak apa-apa. Pusingnya juga hilang sendiri. Kalian semua terlalu berlebihan. “
Salsa merah bahu Diva agar menoleh ke arahnya. “Kami semua menyayangimu dan menginginkan yang terbaik untukmu. Kami khawatir jika sakit kepalamu bermuara pada penyakit yang lebih parah. “
Kanaya tersenyum maklum. Keluarganya sangat melindunginya entah melindunginya dari apa. Ingatan serta iSI kepalanya seperti bom yang diantisipasi ledakannya. Ada baiknya ia iyakan saja toh tak ada ruginya menjalani pemeriksaan secara rutin
🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎
“Bagaimana keadaan Kanaya Dok? “ Soetopo bertanya pada dokter setelah sang putri melakukan CT Scan dan pemeriksaan secara keseluruhan.
“gumpalan di kepalanya perlahan mulai mengecil. Ini berita bagus tentunya, operasi yang kita bicarakan dulu bisa dihindari. Ini kemajuan yang baik kan? “
“lantas apa penyebab sakit kepalanya itu? “
“mungkin ingatannya mulai kembali perlahan tapi Kanaya memaksa mengingatnya secara utuh atau ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Ini biasanya ada hubungannya dengan Alam bawah sadar atau mimpi yang sering hinggap. Kanaya tidak bercerita apa-apa. Saya sarankan untuk melakukan hipnoterapi tapi itu harus dengan persetujuan Kanaya sendiri. “
Soetopo mengangguk paham. Ia mulai berpikir setelah mendengar keterangan dokter. Apa Diva selama ini sudah berhasil menggali memorinya tapi tak mau mengungkapkannya atau sekedar bercerita. Lantas kenapa Diva selama ini seolah berpura-pura sulit mengingat, apa ada yang putrinya takutkan.
“Apa yang dokter katakan? “ tanya Diva setelah keduanya ke luar dari rumah sakit.
“Tidak ada yang serius. Kau cukup sehat. “
“Sudah ku bilang papah hanya buang-buang uang dengan jauh-jauh datang ke sini. “
Soetopo yang awalnya ingin membuka pintu mobil tak melanjutkan niatnya. Ia melihat putrinya intens lalu teringat hal yang dokter ucapkan. “Apa kau menemukan sesuatu dari ingatanmu. Sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak ingin kau ceritakan. “
Kanaya diam sejenak. Nampaknya ia menimbang sesuatu untuk disampaikan. “Papah mengerti jika kamu memang ingin menyimpan untuk dirimu sendiri. Setelah kau siap, ceritakan pelan-pelan pada papah. “
“Memang ada yang mengusikku. Ingatanku sedikit kembali tapi yang ku ingat adalah sesuatu yang tidak terduga. “
“Tidak terduga? Seperti? “
“Aku mengingat suara bayi menangis, aku ingat bahwa aku mengatakan pada dokter agar anakku diselamatkan. Apa aku mempunyai anak? Sayatan perutku itu adalah operasi SC bukan usus buntu seperti yang ku sangka selama ini. “
Soetopo menarik nafas, mungkin memori tentang alex atau Alan agak memilukan namun kenapa dari semua ingatan Kanaya harus mendapatkan ingatan tentang anaknya, bayi yang ditinggalkannya. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa hamil. Mungkin aku tidak punya suami jadi papah menyembunyikan anakku atau membuang anakku ke panti setelah aku koma. Aku tidak akan menyalahkan papah soal itu. “
Soetopo menggeleng, terkaan Kanaya melenceng jauh. “Kau mempunyai suami, anak itu hadir di tengah ikatan suci dan legal. “
“Maksud papah aku bukan Cuma meninggalkan anak namun juga seorang suami. Apa suamiku tidak menginginkanku setelah aku koma, dia memilih menikahi wanita lain. “
Untuk kedua kalinya Soetopo menggeleng kali ini disertai rembesan air mata. “Dia tidak meninggalkanmu. Tapi keadaan yang membuat kalian berpisah. “
Diva mendadak terserang pening. Ia berpikir terlalu keras memikirkan kenapa ia dan keluarga kecilnya harus terpisahkan. Ia memegangi kepalanya karena rasa pening itu semakin lama semakin menyakitkan. “ceritakan semuanya padaku pah, “pintanya sambil memegangi kepala. Kesakitannya tak menyurutkan niat Kanaya untuk mengetahui masa lalunya secara gamblang.
“Papah tidak akan cerita. Kesehatanmu belum pulih benar. “
Sakit kepala yang Diva idap semakin menjadi-jadi. Pening dasyat menyerangnya hingga ia kesusahan berdiri. Soetopo dengan sigap menghampiri sang putri, memapahnya untuk masuk mobil. “Jangan terlalu keras menggali ingatanmu nak. Dokter bilang itu dapat mengganggu kesehatanmu dan sakit kepalamu akan sering datang. “
“Tapi aku ingin tahu masa lalunya, apa yang kalian sembunyikan selama ini dariku!” Kanaya berkata sembari meringis dan menangis. Baginya sakit ini tak seberapa dibanding rasa ingin tahunya.
“Itu nanti ada waktunya. Papah janji jika besok kamu pulih, papah akan menceritakan tentang anakmu itu. “
Barulah Diva bisa tenang dan merebahkan kepalanya di jok mobil. Soetopo bergegas mengambil air mineral dan beberapa butir obat yang dokter telah berikan. Obat-obatan itu bekerja cepat dan membuat Diva tertidur.
🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐
Jangan lupa vote dan komentarnya!
Cerita Diva dan Alan sudah tamat baik di karya karsa maupun KBM ya. Di sini akan slow update
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top