Rahasia tersembunyi

Alex menatap penampilannya sendiri di depan kaca ruang kantor. Ia sudah menelitinya di rumah tadi, tak ada kurang dalam penampilannya. Alex tampan dalam balutan jas, kemeja mahal dan sepatu mengkilat. Semua orang menatapanya ketika masuk tadi karena ia baru pertama kali menginjakkan kantor. Hari ini hari pertamanya masuk, ia sudah disuguhkan dengan rapat pemegang saham.

Alex tahu hari pertarungannya telah tiba. Ia menginginkan kekuasaannya kembali, walau harus merebutnya dari saudara kembarnya. Sekertarisnya datang dengan tergopoh-gopoh setelah ia masuk ruangan. Wujud sekertarisnya itu membuat dahi Alex berkerut. Apa tidak ada sekertaris perempuan, hingga mamanya memperkerjakan seorang laki-laki. Alex berusaha acuh, yang terpenting sekarang anak buah itu harus pandai dan juga loyal masalah penampilan bisa di nomer sepuluh kan.

“Rapat hari ini diadakan jam berapa? “

“Jam 10 pagi Pak. “

“apa ageda yang di rapatkan hari ini? “

“Hari ini seperti biasa membahas masalah profit dan juga kerja sama dengan perusahaan Jaya Mandiri Pak. “

“Mereka bergerak dalam bidang apa? “

“Traveling, jasa angkut barang, dan pengiriman barang dalam skala besar mau pun kecil. “ ini prospek yang bagus dan menguntungkan.

“Kita akan menghadiri rapat itu, persiapkan saja materinya dan bacakan untukku ringkasannya yang penting-penting saja. “ Itulah waktu dua jam ke depan yang dihabiskannya. Alex memikirkan segalanya secara praktis. Di dalam penjara selama lima tahun membuat otaknya tumpul dan ia buat dengan informasi kemajuan jaman dan teknologi. Tidak ada salahnya belajar dari awal, walau bisa dibilang terlambat.

Hal yang tak terduga di dalam rapat Alex dapatkan. Hal yang membuatnya mendapatkan pelajaran serta menjadikan semakin kuat walau kemarahannya harus benar-benar diredam terlebih dulu.

Rapat tak berjalan dengan apa yang diinginkannya. Harland dan Lexa menguasai keadaan. Keuntungan yang PT. Jaya Mandiri beri menurutnya tidak sebanding. Tujuh puluh dibanding tiga puluh persen sangat jauh. Ini dinamakan perbudakan bukannya kerja sama. Alex hampir saja mengamuk jika tidak ingat perkataan Harland Wijaya padanya.

“seseorang yang berada di penjara dalam waktu yang cukup lama akan berubah menjadi orang liar tanpa pendidikan. Mereka akan mementingkan otot dibanding otak. “ Ini baru ejekan pertama yang Harland lempar belum kenyataan kedua yang membuatnya terhenyak, serta memandang berbeda tentang dirinya. Alex bukan lagi si tampan yang dikagumi banyak kaum hawa.

“Ku dengar tak ada perempuan yang mau menjadi sekertarismu. Mereka takut bekerja di bawah pimpinan seorang narapidana perkosaan. Mereka takut jika menjadi korban selanjutnya saat kau marah. Monster akan tetap menjadi monster. Para pemegang saham juga tak berminat mendengar ucapanmu. Seorang penjahat mana bisa dipercaya untuk mengolah perusahaan. “

Alex membasuh wajahnya dengan banyak air, kalau bisa mungkin sekarang ia akan mencelupkan kepalanya pada bak berisi air. Ia mengamati wajahnya di kaca. Tak ada banyak yang berubah, tetap sama namun cap tak kasat mata yang tertulis narapidana di jidatnya tak bisa dihapus.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Dilan pulang dari sekolah langusng melempar tasnya sembarangan lalu mencari auyahnya di ruang kerja, namun Alan tak ada di sana ayahnya masih bekerja di kantor. Ia merenung lama sambil mengamati kertas yang ada di tangannya. Ini gambar sebuah keluarga, Dilan bisa menjabarkan dengan begitu lancar bagaimana ayahnya namun kalau membicarakan soal Ibu, Dylan menjadi buta dan sedih. Apa yang harus ia jabarkan tentang ibunya, ibunya tidak pernah datang, ibunya yang katanya sedang bekerja di luar kota tidak pernah pulang, sejenak saja mengunjunginya saja tidak. Sebenarnya sosok ibu yang diceritakan sang ayah itu ada tidak.

Ibunya apa benar pergi dan akan kembali atau seperti yang tante lexa bilang bahwa ibunya pergi meninggalkannya dan tak pernah muncul lagi.

Dylan tiba-tiba mencari tempat di kolong meja lalu menekuk lutut, menyembunyikan wajahnya yang akan menangis. Karena hakikatnya anak lelaki tak boleh menunjukkan tangis, kalau pun harus menangis mereka harus menyembunyikan diri.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Kanaya terbaring  di tempat tidur, harusnya dia beristirahat namun keterangan yang didapat dari sang ayah membuat kepalanya berat dan matanya enggan terpejam. Pikirannya melalang buana, otanya berputar mencari jawaban. Obat tidur yang dokter berikan bisa membuatnya tidur Cuma beberapa jam setelahnya ia bangun dengan ingatan yang menajam, pikirannya tertuju pada masa lalu yang ia berusaha gali.

“Pah, katakan sesuatu tentang anakku, tentang rumah tanggaku.”

“Tunggulah beberapa hari sampai kondisimu pulih. "

“Berapa hari lagi pikiranku di penuhi dengan masa laluku. Setiap detiknya aku selalu penasaran bagaimana dengan kehidupanku yang dulu. Apa bahagia, apa sengsara atau aku meninggalkan banyak orang yang mencintaiku. Apa mereka mencariku, menanyakan kabarku dan sekarang setelah aku tahu kalau aku mempunya anak dan suami. Aku yakin ada orang di luar sana yang mengharapkanku kembali dan ingatanku pulih sepenuhnya.”

Kalau sudah begini apa keputusan yang akan diambil Soetopo. Ia tak bisa selamanya bersembunyi. “ Kau pernah menikah, menikah karena dijodohkan. Dijodohkan dengan pria yang menjadi temanmu sejak kecil. Kalian saling kenal, jadi membangun rumah tangga tak sulit untuk kalian.”

“Lantas kenapa kami berpisah?”

“Kalian menikah karena perjanjian bisnis, singkatnya perjanjian itu gagal pernikahan kalian juga.”

Kanaya mendesah lalu menunduk lama. Tak ada air mata karena ingatannya belum pulih. Tak ada ingatan yang terlintas yang bisa membuatnya bernostalgia. “Bagaimana aku bisa kehilangan ingatanku?”

“kau kecelakaan saat hamil besar, usia kandunganmu tujuh atau delapan bulan. Papah tidak ingat.” Soetopo sudah tak kuat menahan air mat ketika diingatkan dengan kecelakaan yang menimpa putrinya, saat nyawa Diva di ujung tanduk. Alan disuruh membuat pilihan yang sulit dan Soetopo mempermudahnya.

“Anakku sampai sekarang hidup kan? Dia laki-laki atau perempuan?”

“Dia tumbuh besar bersama ayahnya. Dia seumuran dengan Maxi, lebih tua setahun mungkin. Dia laki-laki”

Walau ingatannya belum pulih namun ikatan batin antara ibu dan anak membuat Diva tak kuasa menangis haru. Bagaimana bisa ia jadi ibu yang buruk, tidak melihat tumbuh kembang sang anak. “Aku melewatkan bertahun-tahun. Putraku pasti sangat kesepian. Mungkin dia menganggap ibunya mati karena aku tidak pernah muncul.”

Soetopo memeluk putrinya, ia merasa bersalah karena keputusannya. Diva dan anaknya terpisah namun apa Soetopo punya pilihan waktu itu. Divanya yang biasanya kuat kini rapuh dan menangis tergugu. “Dia menunggumu,,,dia sangat merindukanmu.”

“papah bohong, papah mengatakan itu karena ingin menghiburku.”

“Tidak. Dia merindukanmu, dia berharap kau akan pulang.”

Kanaya menghapus air matanya dengan kasar sembari memaksakan senyum. “Benarkah begitu?”

“Aku diam-diam mencari kabar tentang dia.” masalah Alan sebagai suami Diva, sebaiknya tidak disampaikan. “Dia tumbuh baik dan tampan. Dia selalu menanyakanmu, maka dari itu kau harus sehat kembali agar bisa bertemu dengannya.”

“Aku pasti akan sembuh dan mengingat semuanya kembali.”

“Tapi jangan terlalu dipaksakan. Ingat terlalu keras mengingat, sakit kepalamu akan datang dan semakin parah.”

Diva mengangguk paham seperti seorang anak yang dijanjikan mainan yang diinginkan. Soetopo sendiri takut karena ingatan Diva selayaknya bom waktu. Bila Diva ingat semuanya secara jelas, apa yang terjadi? Mungkinkah putrinya akan mengamuk dan menuntuk berpisah dari Alan secara sadar.

☘️☘️☘️☘️🌿☘️🌿🌿

“Den Dylan mogok makan Tuan.”
Alan yang baru pulang dari kantor tentu saja panik mendapat laporan dari ART-nya.

“Di mana dia sekarang?”

“Den Dylan di kamarnya.”
Tak perlu berganti pakaian, Alan langsung menuju kamar sang putra yang letaknya di lanti dua bersebelahan dengan kamarnya. Begitu membuka pintu kamar, Alan langsung mendapati Dylan ada di atas tempat tidur sedang mengenakan selimut serta melihat kosong ke arah luar jendela.

“Anak papah kenapa? Katanya mogok makan.”

Dylan diam tak menjawab namun ia mengeluarkan sebuah kertas yang bergambar anggota keluarga. “Ini apa?”

“Aku disuruh Bu Guru menceritakan tentang ayah dan Ibu. Aku bingung karena gak tahu Ibu itu bagaimana.”

“Oh Cuma itu?” Alan berusaha tegar, tak menunjukkan suaranya yang bergetar di hadapan sang putra. “Papah kan bisa ajarin kamu.”

“Gimana bisa papah kan juga gak punya ibu?”

Alan berdehem, mencoba menelan gumpalan air matanya yang siap meluncur. Dylan rupanya adalah anak yang cerdas. “Papah pernah punya, waktu seumur Dylan mamahnya papah masih ada.”

Rupanya kata-kata Alan ada yang salah terbukti dengan reaksi Dylan yang langsung menunduk. “Papah masih beruntung, sempat sama mamah. Kapan mamah Dylan pulang, kapan dia balik? Apa dia gak kangen sama Dylan? Dylan capek harus sembunyi terus di kolong meja karena nangis, kangen sama  mamah.” Tangis Dylan pecah, Kalau sudah begini Alan juga akan ikut sedih dan nelangsa. Hatinya runtuh melihat air mata putra semata wayangnya berlinang. Bagaimana Alan bisa merasa jika Dylan sudah tak kepikiran ibunya. Nyatanya Dylan memilih menyembunyikan kesedihannya.

Alan meraih tubuh Dylan untuk ditaruh di pangkuan. “Dia akan pulang. Segera akan pulang...” ia menaruh kepala Dylan di dadanya agar sang anak juga tak tahu kalau dirinya ikutan menangis.

“Papah gak boong lagi kan? Papah bilang segera terus tapi dari Dylan umur tiga tahun mamah gak pulang juga.”

“Kali ini papah pastikan mamahmu akan kembali kepada kita. Secepatnya..” Alan tidak hanya menjanjikan ini pada Dylan namun pasda dirinya sendiri. Diva telah ia temukan tinggal menunggu waktu mereka akan bersatu lagi. Ia tak akan sabar jika menunggu ingatan Diva kembali. Apa ada cara cepat mempertemukan Dylan dengan Diva?

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Udah cukup segini di wattpad. Sisanya beli di karya karsa atau KBM. Nama akun rhea Sadewa. Sama kayak Wattpad atau bisa beli pdfnya dengan menghubungi nomer 089653391827

Btw yang diperkosa Alex siapa? Yah beli aja akan ketemu jawabannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top