Duka
Diva yang memakai pakaian serba hitam berdiri di samping sang suami. Tujuan mereka ke Bali bukan hanya untuk honeymoon namun juga menghadiri pemakaman. Diva benar-benar di bodohi oleh suaminya. Ia berusaha berdiri menahan perih karena diperawani tadi malam dan meringis menahan sakit. Kalau saja tak ada tamu-tamu penting, Diva akan senang memukuli kepala Alan sampai dia amnesia.
Diva tahu kenapa Alan mau repot-repot datang kemari dengan segera dan menipunya, itu karena Tuan Setyabudi, kolega sekaligus suami dari Jessica telah meninggal dunia.
Jessica Vanilla adalah pacar pertama Alan dan gadis yang membuat Diva dulu patah hati. Bukan rahasia lagi jika seorang Davian Alan Wijaya masih menyukai Jessica padahal perempuan sundal itu telah mencampakkan Alan, menikah dengan seorang pengusaha kaya yang usianya lebih cocok jadi ayahnya. Diva sepertinya harus sering-sering melapangkan dada, seorang laki-laki berjanji dan bermulut manis saat menginginkan sesuatu namun kini setelah semua keinginannya terpenuhi, mereka akan kembali ke mode asli.
Dan Diva lalai sampai tak memperhitungkan eksistensi Jessica di hati suaminya. Di lihat dari Alan memandang janda Setyabudi itu. Diva jelas tak suka dan cemburu setelah semua yang ia berikan, suaminya melihat ke arah nya pun tidak. Jessica itu perempuan cantik, sempurna dan bentuk lekukan yang setiap laki-laki impikan.
"Kamu masih menyukainya,Jessica semakin cantik dan tubuhnya semakin seksi". Diva hanya memancing reaksi suaminya. Tentu saja dari tadi Alan memang menikmati bentuk tubuh Jessica.
"Tidak, aku punya kamu". Semua hanya bualan, mata Alan tak pandai berbohong. Mana ada yang bisa menggantikan Jessica setelah existensi di hati Alan yang hampir 10 tahun. Gila saja kalau Diva bisa menggantikannya semudah membalik telapak tangan.
"Kamu tak ingin memeluknya, menenangkannya mungkin? ".
"Apa aku boleh melakukan itu? Apa kamu mengijinkanku?". Tentu saja tidak. Mana ada yang istri yang mau suaminya di peluk perempuan lain. Mati saja kau, kalau sampai melakukannya.
"Aku? Kenapa harus ijin aku?".
"Itu sudah kesepakatan kita bukan?". Semua hanya karena kesepakatan, Alan menjaga perasaanya. Awal yang baik, setidaknya mereka memenuhi komitmen yang mereka buat. Nyatanya pernikahan normal mereka tetap saja beralaskan kesepakatan.
"Sayang memang, tubuh Jessica memang lebih seksi. Aku dengar dia sedang hamil".
"Bayi suaminya?". Pertanyaan bagus Diva. "Atau bayimu?". Tak mungkin suami Jessica yang berusia tujuh puluh tahun itu bisa membuatnya hamil.
"Tidak, aku tidak berhubungan dengannya hampir satu tahun". Kisah cinta romantis bahkan wanita pujaan hatinya sudah menikah pun, Alan masih mau menjadi kekasih gelapnya. Bagaimana nanti Diva dapat mrnyingkirkan nama Jessica dari hati suaminya. Hal yang bisa di katakan mustahil.
Tak terasa kini giliran mereka mengucapkan turut berduka pada keluarga almarhum. Jantung Diva sudah berdetak dengan sangat kencang, ia tak bisa membayangkan bagaimana pertemuan Alan dengan Jessica. Apakah semesra biasanya? Apa hati Diva akan kuat menyaksikannya?.
Alan tak melepaskan tangannya namun Diva merasa was-was sendiri.
"Kami mengucapkan turut berduka atas meninggalnya suami kamu".
Diva sudah siap dengan kamungkinan terburuk namun ini adalah kemungkinan paling buruk yang ia tak pernah bayangkan. Jessica langsung menubruk suaminya, memeluknya sangat kencang lalu menumpahkan tangisnya di sana.
"Alan, dia ninggalin aku!! Dia ninggalin aku dalam keadaan hamil". Jessica menangis, menumpahkan air matanya dalam pelukan Alan. Jessica yang menangis kenapa hati Diva yang sakit ya? Ia tak rela.
"Udah Jessi, kamu yang tabah ya?".
Diva tahu diri, tahu posisinya dimana?. Ia melepaskan tangannya yang di genggam Alan, Diva memundurkan diri. Ia sudah merasa kalah sebelum berjuang. Membiarkan suaminya dipeluk wanita lain memang sakit namun menarik suaminya pergi ketika Jessica sedang berkabung juga tak baik.
Diva menyembunyikan diri di antara kerumunan pelayat. Alan tak akan dapat mencarinya toh Alan juga tak akan menyadari kalau dirinya tak ada.
Saat merasa dalam keadaan bingung dan resah dengan hatinya sendiri. Diva merasakan punggungnya di tepuk seseorang.
"Kak Alex?".
"Wah benar ini kamu, aku kira tadi salah lihat. Bukannya kamu pergi bulan madu?". Alex bertanya pura-pura tak tahu, padahal ia di beri tahu oleh anak buahnya kalau sepasang pengantin baru itu mengambil penerbangan pagi ke Bali. Tebakan Alex lagi-lagi benar, Alan akan menghadiri pemakaman suami Jessica.
"Yah ada kabar duka, jadi kami ke sini?".
"Apakah keluarga Wijaya dan Setyabudi sangat dekat. Hingga Alan mau meninggalkan honeymoon kalian dan repot-repot terbang ke mari". Diva tersenyum canggung dan Alex selalu tahu bagaimana cara menggoyahkan keyakinan Diva.
"Begitulah".
"Jangan sembunyikan apapun, aku tahu kamu dan Alan sejak kita sama-sama memakai popok. Bersabarlah,,, aku tahu pernikahan kalian tanpa cinta tapi tetap saja Alan harusnya menghormatimu sebagai istri". Terlihat mata Diva yang hampir menangis, Alex memang jahat. Ia sengaja menyakiti hati Diva tapi kan Alan sendiri yang memuluskan rencananya.
"Apa aku terlihat semenyedihkan itu?". Diva berusaha tegar, ia mencoba menghapus air mata di sudut matanya. Sesak merambat cepat namun ia coba telan kembali. Diva tak mau terlihat mengerikan, menyedihkan FI tempat yang terlalu asing ini.
"Diva!! Lebih baik kita pergi dari sini. Kita bisa Jalan-jalan mungkin ". Diva masih melihat ke arah Alan yang tengah memeluk Jessica. Ia berharap sebentar saja, Alan melihat ke arahnya, mencarinya. Namun sia-sia , itu tak akan pernah terjadi. Sampai Alex menarik tangannya pun, Alan tak melihat kepergian Diva.
🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠🐠
Deru ombak berdebur, suaranya bisa menenangkan hati. Diva melangkah mengikuti tarikan tangan kakaknya, Alex. Ia tak pernah berburuk sangka atau terbesit dalam pikirannya kalau orang yang sejak lahir ia anggap kakak, menaruh hati padanya.
Sedang Alex merasa senang bukan main. Impiannya berjalan beriringan, saling menautkan jari dengan Diva terlaksana sudah. Anggap saja ia gila menginginkan Diva yang jelas di akte keluarga berstatus sebagai adiknya. Alex juga tak peduli dengan Diva yang sudah bersuami.
"Pemandangannya indah bukan?".
"Heem".
"Jangan memikirkan orang yang sedang tak ada di sini". Alex berucap dengan sangat lembut, ia mati-matian menahan luapan amarahnya. Kenapa di saat romantis seperti ini, Diva masih saja murung. Alan harus ia segera singkirkan sebelum Diva terlanjur hamil. Kalau dengan cara kasar tak bisa, bagaimana kalau mencoba cara yang halus?.
"Hubungan Alan dengan Jessica memang dekat sekali, kita tahu kan kalau mereka menjalin kasih begitu lama?".
Seperti tersengat listrik padahal kaki Diva hanya tersentuh deburan ombak. Sengatan itu menjalar naik ke hati. Ia jadi diingatkan dimana posisinya di hati Alan. Tak ada, Diva hanya seorang saudara di hati suaminya, tak pernah ada sedikitpun Alan memandang ke arahnya. Akankah rumah tangga mereka bertahan? Apalagi kini Jessica berstatus sebagai janda. Semakin leluasa saja mereka memadu kasih.
"Kami menikah bukan karena cinta. Sepertinya dongeng tentang bahagia di kalangan kita. Bahagia kita di ukur dari berapa banyak uang yang di hasilkan". Diva berusaha tegar, memandang laut lepas sedang Alex mengenal Diva dari kecil. Meski tak bereaksi namun Diva cukup gelisah dengan ucapannya.
"Kamu bukan Lexa. Dimana bahagia bisa di ukur dengan pakaian mahal dan barang brandet. Kamu adikku, Diva yang polos dan menyukai sesuatu yang sederhana. Bahagia tentu ada di dalam kamus teratas hidupmu!!". Alex tahu tangis Diva hampir meledak. "Jika suatu saat kamu tak bisa bertahan, kami sebagai siap menerimamu kembali. Kamu tahu sebuah perpisahan tentu lebih baik daripada mencintai sendiri".
Alex memuji dirinya sendiri di dalam hati. Ia tahu Diva menyukai Alan dari dulu, bodohnya lagi sahabatnya tidak tahu sama sekali. Alan menyia-nyiakan gadis secantik Diva.
"Kakak, aku belum berminat menjadi janda dalam waktu dekat ini". Alex hanya tertawa sumbang. Ia akan menjadikan Diva janda, segera.
"Setelah ke pantai, kamu mau rencana pergi kemana?". Diva termenung lama. Rencananya dia akan bulan madu, namun ia ingat semua hanya akal-akalan Alan. Mereka tak akan bisa berbulan madu di tempat yang sama dengan Jessica.
"Aku tak punya rencana apapun".
"Kakak akan pulang malam ini, kamu mau ikut?".
"Iya, lebih baik pulang kan?".
Rencana Alex berhasil perlahan-lahan menjauhkan Alan dari Diva. Baiklah sepertinya ia bisa menjauhkan mereka dengan cara halus mulai saat ini.
Sementara Alan yang berhasil melepas pelukan erat Jessica mulai mencari-cari Diva. Ia bingung istrinya itu berbeda dengan yang selama ini ia kenal. Diva sering diam dan tiba-tiba pergi.
Apa ada yang salah dengannya? Tentu saja Alan salah memeluk Jessica di depan Diva. Apa Diva merasakan cemburu? Tentu saja. Bagaimana Alan bisa lupa kalau status Diva sekarang adalah seorang istri. Bagus, kemarin dia menjanjikan sebuah kesetiaan namun baru sehari Alan telah mengingkarinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top