1. Pertemuan yang Ditunggu-tunggu✓

Cerita baru yang diikutkan event di SamuderaPrinting.

Semoga banyak yang suka dan bisa tamat ya 🤭🤭🤭.

Happy Reading

*****

Lelaki berperawakan atletis dengan kulit sedikit lebih gelap dari keluarganya tengah tersenyum bahagia setelah membaca notifikasi chat di ponselnya.

"Ma, Pa, kalian pulang sama Kresna saja, ya. Aku masih ada urusan mendesak yang harus segera diselesaikan," ucap lelaki yang masih menggunakan toga lengkap dengan topi dan ijazah S2 yang baru diperolehnya.

"Mau ke mana, Mas?" tanya Arimbi, perempuan yang telah melahirkan lelaki berusia 31 tahun itu.

"Memastikan masa depan, Ma." Pemilik nama Cakra Yudha Arimbawa itu tersenyum manis. Wajahnya tampak sangat bahagia. Di hari dia menerima gelar magister, perempuan yang selama setahun ini sudah menjadi kekasih online-nya mengajak bertemu.

"Katanya, Mama sama Papa udah kebelet punya mantu. Kayaknya bakal terwujud," sahut si adik, Kresna Adi Makayasa. Dia memainkan alisnya, menatap si sulung yang tersenyum begitu lebar.

"Benarkah itu, Mas?" tanya Sapta, papanya Cakra.

"Jangan-jangan, kamu mau ketemuan sama pacar online-mu itu, ya?" tambah Arimbi, mamanya Cakra.

Cakra mengusap tengkuknya dan tersenyum. Lalu, menyerahkan topi dan toga yang sudah dilepas pada Arimbi. "Doakan, ya, Ma. Semoga pertemuannya berhasil."

"Ah, kamu, Mas. Masih saja percaya sama permainan dunia maya. Jangan berekspektasi terlalu tinggi. Kalau nggak sesuai harapan, sakit sekali," cibir Arimbi. Dari awal, ketika si sulung bercerita jika sudah memiliki kekasih online, perempuan berjilbab itu tidak pernah setuju.

"Ma," cegah Sapta disertai gelengan kepala. "Ya, sudah. Kamu temui saja dia, Mas. Papa sama Mama pulang dengan Kresna saja."

"Ish, Papa, nih. Kalau ternyata cewek itu jelek atau kemungkinan terburuknya sudah bersuami dan cuma mempermainkan Cakra, gimana?" protes Arimbi. Sepertinya, perempuan itu masih kesal dengan keputusan Cakra yang akan menemui kekasih online-nya.

"Mama, Sayang. Semua orang punya keputusan sendiri. Kalau Mas Cakra nggak pernah ketemu sama cewek itu, aku bakalan lama nikahnya. Dia kan nggak mau aku langkahi," seloroh Kresna. Lelaki yang berusia lebih muda dua tahun dari Cakra itu merangkul mamanya. "Yuk, pulang. Kita tunggu kabar selanjutnya dari Mas Cakra di rumah."

Cakra sama sekali tak berniat membantah perkataan mamanya. Bagi lelaki itu, Venya adalah perempuan yang paling mendekati kriteria sebagai calon istrinya. Hari ini juga, dia akan langsung menanyakan kesediaan sang kekasih untuk menikah. Bukankah hubungan mereka sudah terjalin lama sekali.

"Good luck, Mas," ucap Sapta sebelum meninggalkan Cakra.

"Makasih, Pa."

Antusias, Cakra mengendarai motor milik adiknya. Dia sengaja mengganti kendaraannya karena tidak ingin terlalu menonjolkan diri di hari pertama pertemuan dengan sang pujaan.

"Sudah sampai mana, Baby?" tanya Cakra pada Venya, kekasih online-nya.

"Aku sudah perjalanan ke restoran, Sayang. Nggak sabar, pengen ketemu pangeran pujaan hatiku. Cepetan ke sininya, ya, Sayang," balas Venya sebelum Cakra melajukan kendaraannya.

Sepanjang perjalanan, pikiran Cakra dipenuhi oleh Venya. Tidak biasanya perempuan itu membalas chat-nya dengan begitu mesra apalagi sampai memanggilnya sayang berkali-kali.

"Makin penasaran sama Venya. Dia pasti menerima lamaranku. Aku yakin itu."

Sebelum ke restoran, lelaki yang tahun ini berusia 31 tahun itu menyempatkan diri mampir ke toko bunga.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu, Mas," sapa pekerja toko tersebut.

"Mbak, saya nyari buket mawar merah. Ada yang ready?" Cakra menampilkan senyum termanisnya. Hati berbunga-bunga karena dipenuhi cinta memancar keluar. Indera penglihatannya juga menyapu semua buket yang terpajang di sana.

"Masnya mau buket mawar merah kecil apa besar?"

"Kayaknya sedang-sedang saja, Mbak. Nggak terlalu besar atau kecil gitu. Pokoknya yang bisa saya bawa, nggak rusak karena saya make motor."

Karyawan toko tersebut mangut-mangut, mengerti. Lalu, dia mulai bergerak mencarikan buket mawar yang sesuai dengan keinginan sang pelanggan.

"Apakah seperti ini, Mas?" tanya sang karyawan toko bunga.

"Iya, ini saja, Mbak. Berapa?"

Setelah sang karyawan menyebutkan harga, Cakra segera membayarnya, tak lupa mengucapkan terima kasih. Keluar dari toko bunga, lelaki itu dengan cepat melajukan kendaraannya ke restoran yang sudah ditentukan sang kekasih. Walau jaraknya terbilang jauh karena memakan waktu hampir satu jam perjalanan, tetapi hal tersebut tak menyurutkan niat Cakra untuk bertemu dengan sang kekasih hati.

Berada di parkiran, Cakra kembali menghubungi Venya.

"Baby, aku sudah sampai. Kamu gimana?" tulis Cakra pada sang kekasih.

"Sudah duduk di meja. Lima menit lalu, aku dah sampai."

"Meja berapa? Aku segera masuk."

"16."

Membaca tanpa membuka isi chat sang kekasih lagi, Cakra berjalan menghampiri meja yang disebutkan Venya. Namun, inderanya terbelalak ketika mendapati seorang perempuan yang duduk di sana.

"Nggak mungkin .... ini nggak mungkin. Dia pernah mengatakan jika umurnya selisih satu tahun di bawahku." Cakra segera menyembunyikan buket mawar yang dibawa ketika si perempuan menoleh padanya.

"Oh, Sayang. Akhirnya kita benar-benar bertemu."

"Maaf, Anda siapa, ya?" tanya Cakra.

"Aku Venya Maheswari. Apakah kamu Mas Cakra?"

Runtuh sudah dunia Cakra ketika mendengar sang perempuan menyebutkan namanya.

"Maaf, sepertinya kita harus mengakhiri semua ini. Kita nggak pantas menjalin hubungan seperti sebelumnya," ucap Cakra yang langsung berbalik arah meninggalkan perempuan sepuh yang lebih pantas menjadi neneknya ketimbang kekasihnya.




*****
Banyuwangi, 5 Januari 2025

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top