4

“Kenapa? Saya mau kerja, Pak. Bapak nggak bisa, dong, seenaknya ngunci gerbang!” seru Bongbong memarahi sekuriti yang bertugas. “Mentang-mentang megang kuncinya, seenaknya ngunci gerbang,” gerutunya pelan.  Dibukanya sekali lagi, barang kali sudah bisa dibuka, namun tetap nihil. Gerbang itu masih terkunci.

Sekuritinya bernama Dani, terlihat dari nama yang tertera di dada kanan baju seragamnya. Masih muda dan berbadan seperti pelatih olah raga itu berdiri di depan pos, menunggu Bongbong yang mengomel karena tidak bisa membuka gerbang. Bongbong berjalan mendekat ke pos sekuriti, menghadap Dani yang sudah menunggu.

Tangan kiri berada di pinggang, tangan kanannya berayun menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. “Pak, ini sudah mau jam 1, saya harus kerja.” Dilihatnya jam dinding yang bertengger di tembok pos menghadap ke jalan, tepat di depan Bongbong, lalu melihat Dani yang berdiri sigap seperti sedang latihan baris berbaris. “Bapak mau gantiin kalo uang gaji saya dipotong? Itu gaji buat biaya skripsi saya, Pak.”

Dani menundukkan kepala, setelah melihat belakang Bongbong. Sontak membuat perempuan itu melihat ke belakang, dan Dani langsung masuk ke dalam pos.

“Lah, Pak! Gerbangnya buka dulu!” Sedikit berteriak, Bongbong mengikuti Dani hingga di depan pintu pos.

“Kita bisa ngobrol sebentar?” Turun dari Cadillac Escalade golf cart yang dinaiki Jay, tangan kanannya berada di saku celana menatap lurus ke arah Bongbong.

Bongbong diam saja saat melihat ke Jay, ia berpikir kakaknya Fey mengajak bicara karyawannya, sedangkan dirinya masih menunggu sekuriti membuka gerbangnya karena yang ia harapkan adalah gerbang terbuka dan dirinya bisa berangkat kerja.

Sekali lagi Bongbong mengatakan untuk membuka gerbang, agar dirinya bisa bekerja. Lagi-lagi sekuriti itu hanya diam.

Jay melangkah, semakin mendekat ke arah Bongbong dan menarik lengan bajunya agar mengikuti langkahnya ke mobil golf.

“Aduh duh duh, Bang. Lepasin! Guue mau berangkat, ini udah jam 1 kalo nanti gaji gue dipotong gimana? Emangnya Abang mau gantiin? Huh?” bentaknya sambil mencoba melepaskan tarikan tangan kekar Jay yang sulit dilepaskan.

Bongbong duduk di bangku sebelah kemudi, tangan kiri Jay berada di besi pinggir, dan tangan kanannya berada di sebelah tempat duduk Bongbong, membuat dirinya terkunci dari lelaki yang berdiri di depannya. Bongbong masih tidak tahu apa alasan laki-laki ini mengunci dirinya seperti ini.

“Tadi saya bilang kita perlu bicara nggak denger?” tanya Jay pelan, lalu berdiri tegak dengan bersedekap di dada.

“Oh, tadi ngomong sama gue? Kirain sama pak sekuriti.”

Dilihatnya laki-laki dengan aroma maskulin seperti menggunakan parfum mahal dan bermerek, rambutnya dipotong cepak dan rapi, serta tahi lalat yang menyempil kecil di dagu membuat Jay terlihat manis. Tatapan mata yang tajam, tidak sesuai dengan tingkahnya yang gemulai seperti laki-laki manja.

“Kenapa ngeliatin saya begitu?” Dagunya mengangguk, alisnya naik turun, menanyakan apa yang ada di dalam pikiran perempuan yang duduk di sampingnya tanpa berkedip. “Ikut saya sebentar!” Tanpa menunggu jawaban, Jay langsung menuju ke kemudinya dan berlalu meninggalkan pos sekuriti menuju taman samping rumah.

“Bang, gue mau kerja! Bukan jalan-jalan keliling rumah Abang! Emang mau ganti uang yang terpotong nanti?”

“Saya ganti 2x lipat, gimana? Atau 4x lipat?”

Tanpa menjawab, Bongbong yang memang materialistis melotot. Ia tidak menyangka jika kakak sahabatnya akan membayar 4x lipat dari gaji hariannya. Gila nggak, sih? Ia mengangguk sambil mengacungkan ke empat jarinya di depan Jay.

“Asal ada syaratnya!”


Kece kan pembatasnya? Pesen kuy di naviegirl  atau nggak di  saturasisenja 

Keren-keren, lho, bikinannya
Harganya murce lagi 😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top