Kak Agas

Bian sangat suka hari senin. Di hari senin, ada upacara bendera. Ia dapat menikmati kegagahan Kak Agas yang selalu berperan sebagai pemimpin upacara.

Kulitnya yang eksotis, badannya yang tegap tinggi membuat Bian ingin menyender, dan matanya yang tegas. Sungguh seorang pemimpin.

"Pemimpin rumah tangga kita ..."

Santi menoleh, "Sstt! Berisik lo fans halu!"

Bian terkejut karena ditegur Santi. Ia pun membalas cewek itu dengan membuat wajah yang lucu. Santi melihat itu pun hanya dia abaikan.

"Keren banget, pantes lo nafsu, Bi!" Kata Santi

Bian memukul siku Santi hingga ia mengaduh sakit.

Entah sudah berapa lama Bian merasa sejatuh ini dengan seorang Agas. Mungkin 6 bulan lebih. Sebelum Bian naik ke kelas 2 SMA. Agas juga naik pangkat jadi ketua OSIS.

Agas itu adalah cowok yang sangat ramah, tutur katanya terlampau baik tidak seperti kebanyakan anak SMA, dan terlihat sangat pandai mengatur emosi. Bukan cowok aneh aneh, menurut Bian.

Bian mulai naksir kakak kelasnya ini ketika secara personal, Kak Agas membantu Bian mencari letak meja Bu Sukma.

Bu Sukma bukan sembarang Ibu-ibu. Ia bisa dikatakan sebagai salah satu dari deretan guru sumbu pendek di SMA ini. Bian ingat sekali, Agas waktu itu berucap begini,

"Sini kuanterin. Hati-hati ya kalau mau naruh lembar tugas, perhatiin setiap kertas apakah sudah terkumpul semua atau belum. Biar kamu ngga dimarahin Bu Sukma. Hehe."

Ah, mengingat itu Bian rasanya ingin bersimpuh di tempat saking melelehnya.

Kembali di lapangan upacara. Rentetan acara di bawah matahari panas itu pun berakhir. Siswa-siswa secara bergiliran melepas topi yang mereka kenakan dan menyisir pelan rambut mereka dengan tangan. Bian pun sama.

Bian masih membayangkan Kak Agas. Bagaimana kalau tiba-tiba Kak Agas ingin mengajaknya ke kantir bersama saat istirahat pertama nanti. Ah, tapi itu tidak mungkin.

"Ke kantin lah! Gas!"

Belum sempat Bian menoleh,

Bugh!

Tubuh travel size-nya disenggol oleh tubuh yang lebih besar. Hingga membuatnya terhuyung ke kanan. Astaga, buat terkejut saja.

"Eh, Sorry, sorry!"

Bian mendelik. Ternyata dia lagi. Si Jamet.

"Lo ngalangin jalan, sih!"

Bian hanya bisa bersabar. Gak ada gunanya berdebat dengan makhluk kepala kopong seperti dia. Si Jamet itu pun melengos seperti tak terjadi apa-apa. Diikuti teman-temannya yang jamet juga.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top