(07) Sang Iblis

Tiga hari...

Menandakan kegiatan sekolah berkemah telah berakhir. Para siswa maupun guru sudah berkemas dan hendak menuju ke arah bus. Mereka telah menuruni Bukit Toniki selama 1 jam.

Raka dan Riza sebelum menuju bus. Mereka berpamitan kepada Shuro, teman sekaligus anak terpilih baru. Tak lupa ketiga saling bertukar e-mail serta nomor ponsel.

"Sampai jumpa kawan..." pamit Raka. Ia bertos ria dengan Shuro.

"Iya, kalian hati-hati di jalan. Oh iya, ini sedikit oleh-oleh dariku..." sahut Shuro sambil memberikan masing-masing kantung plastik yang berisikan beberapa makanan khas Bukit Toniki.

"Wahh... terima kasih." Riang Riza menerima bungkusan itu.

Setelah kejadian di belakang Bukit Toniki. Raka menceritakan semua tanpa ada celah sedikitpun kepada Riza. Jadilah Riza mengenal Shuro. Selama perkemahan keduanya sesekali mencuri-curi kesempatan dengan menemui Shuro yang akan mengunjungi kuil kuno di Bukit Toniki.

Raka serta Riza telah berada di dalam bus. Keduanya tertidur lelap karena kegiatan yang mereka alami selama berkemah. Baik bersenang-senang maupun mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
.
.
.
.

Di kediaman Rizani...

"Huah! Melelahkan..." keluh Riza langsung merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Kamar yang ukurannya tak besar namun terlihat nyaman. Dengan warna cat biru laut yang terlihat menyenangkan.

Sesaat ia memejamkan matanya. Tiba-tiba...

"Aku tak betah di dalam sini!" seru suara misterius di dalam kamar Riza.

"Ehh! Suara apa itu?!!" tanya Riza melebarkan matanya terkejut.

"Hei, rupanya kau sudah pulang! Cepat bebaskan aku dari sini, bodoh!" bentak suara itu lagi.

"Ahh... ini hanya halusinasiku saja. Mungkin aku kelelahan, baik aku harus segera tidur." ucap Riza mengelak. Ia mencoba berpikir positif.

"Bocah bodoh! Aku di dalam lacimu!" geram suara itu kembali.

"Di dalam laci?" Riza pun berjalan menuju ke arah meja belajarnya. Ia buka secara perlahan laci tersebut. Rasa takut dan penasaran bercampur jadi satu.

Kriekk!

Laci sudah terbuka. "Tidak ada apa-apa." ujar Riza heran. Lalu ia mulai menutup laci itu kembali.

"Hei bodoh! Jangan ditutup lagi!" seru suara itu. Dan suara teriakan itu membuat Riza menghentikan menutup laci.

Riza melirik sekilas. Hanya ada beberapa kertas serta peralatan tulis yang ada di sana. Dan sebuah kartu.

"Apa kartu itu yang berteriak kepadaku? Tapi saat aku mengajaknya berbicara waktu itu, ia tak merespon apapun." tanya Riza sekaligus berpikir jernih.

"Aku malas berbicara padamu bodoh." hardiknya. Riza terkejut. Ia ambil kartu digimon itu.

"Daritadi kau mengatakan aku bodoh, bodoh dan bodoh!" geram Riza.

"Hahaha... memang kau bodoh!" ejek kartu itu.

"Kalau begitu, aku masukkan lagi kau ke dalam laci." ancam Riza.

"Heh bodoh! Eh, maksudku bocah. Aku tak mau kembali ke dalam tempat yang gelap dan sunyi itu." sahutnya kesal.

"Yayaya, dasar digimon penakut!" ejek balik Riza.

"Kau i--"

"Kau apa hah?!" potong Riza.

"Aku Bearmon." Mengaku kartu digimon itu yang bernama Bearmon.

"Owh, namamu Bearmon. Apa kau temannya Dracomon?" tanya Riza penasaran.

"Iya, bagaimana kau kenal dengan Dracomon?" tanya balik Bearmon.

"Namaku Riza bukan kau atau bocah.," elak Riza. "Iya, karena dia adalah partner temanku." lanjutnya.

"Dia sudah bertemu dengan partnernya..." gumam Bearmon.

"Bagaimana kalau kau-"

"Hmm..." ancam Riza.

"Hah! Bagaimana kalau Riza mau jadi partnerku?" tanya Bearmon dengan menekan kata Riza.

"Hahaha... Baiklah, kalau kau memaksa." jawab Riza tenang.

"Oke... kita sekarang adalah partner." kata mereka serempak.

"Tapi aku tak memiliki D-Cyber seperti Raka." batin Riza lirih.

Riza dan Bearmon memutuskan untuk menjadi partner. Namun, tanpa diduga. Tas milik Riza, muncul cahaya berkilauan. Dan membentuk suatu benda yaitu D-Cyber.
.
.
.
.

Di gedung tua...

Duarr!! Duarr!!

Bangunan yang sudah berumur dan tak terpakai itu perlahan-lahan hancur.

"Hahaha... dimana pun kau bersembunyi, aku dapat menemukanmu." Seringai pria bertudung hitam.

"Rooarr!!" geram digimon itu. Digimon itu bernama Devidramon. Ia menyerang pria berjubah hitam.

Data Analisis :
Name : Devidramon
Level : Champion
Type : Evil Dragon
Attribute : Virus
Attacks : Crimson Nail and Red Eyes

Ceklik! Ia menjentikkan jarinya semacam memberikan kode. Sebuah digimon bersayap hitam muncul di belakangnya.

"Habisi dia, Devimon!" perintah pria berjubah.

Namun, sebelum Devidramon menyerang. Sebuah tangan hitam sudah menyerang Devidramon terlebih dahulu.

"Death Claw!"

Brakk!

Devidramon menabrak dinding yang hampir hancur kini menjadi hancur total.

Devidramon kembali bangkit, lantas terbang tinggi.

"Crimson Nail!"

Serangan itu mengangkat pria berjubah ke atas langit. Ia cengkram dengan kuat.

"Hahaha... Kau takkan bisa membunuhku." kata pria berjbah itu tenang.

Digimon miliknya yaitu Devimon menyerang kembali dengan cepat.

"Death Hand!"

Tangan Devimon memanjang dan mencengkram kuat Devidramon. Serangan itu membuat pria berjubah terlepas.

Serangan dari Devimon menyerap energi lawannya hingga habis. Aura kegelapan keluar dari tubuh Devidramon.

Devimon menyerap aura gelap itu dengan nikmat. Devidramon berubah menjadi data-data hologram. Lalu kembali menjadi kartu digimon.

"Kau semakin kuat, Devimon!" kagum pria berjubah itu. Ia mengambil kartu digimon Devidramon.

Data Analisis :
Name : Devimon
Level : Champion
Type : Fallen Angel
Attribute : Virus
Attacks : Death Claw and Death Hand

"Hahaha... berkat kau juga, Dani." seru Devimon.

Beberapa lembar kartu digimon ia keluarkan dari sakunya. Jumlah cukup banyak dengan berbagai macam gambar digimon yang terlihat kuat.

"Kartu-kartu ini akan kugunakan untuk menjalankan misiku, hahaha...." seru pria berjubah.

Ia mendarat di tanah dengan mulus. Pria berjubah yang terbang bersama partner melompat kecil ke bawah.

Devimon berubah kembali menjadi Picodevimon. Ia bertengger di pundak Dani.

"Selanjutnya kita habisi sang pahlawan... hahaha..." tawa sakartis Dani.

"Iya, akan kukalahkan dia dalam sekali serang." balas Picodevimon.

Aura dari keduanya sangat mencekam dan gelap. Mereka pun menghilang di tengah kegelapan malam.
.
.
.
.

Fia sedang melakukan aktivitasnya yaitu menyirami kebun bunganya. Di sebelahnya Floramon menari-nari riang.

"Apa kau ingin bertarung, Floramon?" tanya Fia tiba-tiba. Seharian ia berpikir tentang ajakan Raka yang ditolak mentah-mentah olehnya.

"Tentu saja. Aku ingin menyelamatkan dunia digital dari kegelapan." jawab Floramon yang telah berhenti menari.

"Tapi--

"Jangan memaksakan dirimu!" potong Floramon. Ia menatap lekat kedua mata partnernya. Terlihat keraguan di dalamnya.

Sebenarnya Floramon ingin bertarung seperti teman-teman lainnya. Namun, ia juga mengkhawatirkan partnernya.

Floramon memberikan senyuman terbaiknya. Fia juga ikut tersenyum.

"Baiklah, aku sudah putuskan..," jedanya. "... aku akan ikut bertarung, tapi di balik layar." lanjutnya penuh tekad.

Floramon langsung memeluk Fia dengan gembira. Tiba-tiba ia tersontak kaget. Ia merasakan ada aura digimon lain di dekatnya. Aura itu semakin mendekat.

Duarr!!

Di sebelah rumah Fia terkena sebuah serangan dan meledak. Floramon menutupi dirinya untuk melindungi Fia.

"A-apa yang terjadi?" tanya Fia terkejut. Ia terdiam melihat kepulan asap serta api dari sebelah rumahnya.

"Digimon itu..." ucap Floramon.

"Digimon?" tanya Fia bingung.

Sesosok digimon berbentuk kumbang raksasa muncul dari kepulan asap. Digimon itu menatap tajam ke arah keduanya.

"Kuwagamon..." kata Floramon pelan.

Analisis Data :
Name : Kuwagamon
Level : Champion
Type : Insect
Attribute : Virus
Attacks : Scissors Claw

Ia sudah siap bertarung demi melindungi partnernya. Hiatt!!!

Floramon melompat dan menembaki Kuwagamon dengan jurusnya.

"Rain of Polen!"

Beberapa benih bunga keluar dari kepala Floramon. Serangan itu berhasil ditangkis dengan mudahnya oleh Kuwagamon. Kuwagamon balik menyerang.

"Scissors Claw!"

Crush!!!

Pohon yang berada di halaman rumah Fia terbelah menjadi dua. Floramon sendiri terpental ke bawah.

"Floramon!!!" jerit Fia khawatir. Ia merasa panik dan bingung harus melakukan apa.

Ia melirik sebuah batu kerikil di dekat taman bunga kecilnya. Ia mengambil beberapa dan melempar ke arah Kuwagamon

Pluk! Pluk!

Lemparan itu berhasil mengenai kepala dan tanduk Kuwagamon. Kuwagamon terlihat kesal. Ia menerjang ke arah Fia.

"Rain of Polen!"

Kembali Floramon menyerang Kuwagamon dengan benih-benih bunganya.

Bomz! Bomz!

Benih-benih itu meledak tepat di wajahnya. Floramon tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia berlari ke arah Fia dan membawanya pergi dari sana.

Keduanya berlari cukup jauh hingga mencapai lapangan hijau yang luas.

Huh! Huh!

Fia menarik turunkan dadanya mengambil napas sebanyak-banyaknya. "Sepertinya kita sudah am--"

Suara nyaring dari sayap Kuwagamon menghentikan ucapan Fia.

"Dia kemari..." ucap Fia.

"Iya, setidaknya aku bisa bertarung dengaj leluasa di sini." sahut Floramon. Ia memasang kuda-kuda bertarungnya.

Kuwagamon yang merasa tertantang. Terbang perlahan ke arah Floramon.

"Floramon..." gumam Fia cemas.
.
.
.
.

Bersambung... 😂

Thanks to sirius_dhani1102

Selamat membaca! 😎

Jangan lupa memberikan komentar, saran dan vote kalian hehe... 😉😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top