(01) Awal Pertemuan
7 tahun telah berlalu...
Bumi. Tempat para makhluk hidup tinggal. Salah satunya yaitu manusia.
Tepatnya di Benua Asia, negara-negara yang dulu pernah terkena peristiwa yang menghebohkan. Kini kembali hidup tentram dan damai.
Kejadian 7 tahun lalu, takkan bisa dilupakan oleh mereka. Dimana para monster yang berasal dari dunia entah beranta. Menyerang dan merusak segala fasilitas di berbagai negara di Asia. Salah satunya di negara Jepang.
Namun, monster-monster itu berhasil dikalahkan oleh sekelompok anak remaja yang bertarung bersama dengan monster. Anak-anak terpilih, itulah sebutan mereka. Mereka berjuang bersama dengan partner digimon masing-masing.
Setelah keadaan telah tenang kembali. Mereka harus rela berpisah dengan para partner digimonnya. Hampir setahun mereka melakukan petualangan bersama mengalahkan digimon-digimon jahat yang ingin menguasai dunia digital maupun dunia nyata.
Banyak kenangan yang tak terlupakan sampai saat ini di hati mereka. Kini anak-anak terpilih telah menjalani kehidupannya masing-masing.
Salah satunya adalah lelaki berambut blonde yang mulai beranjak dewasa. Ia mengayuh sepeda dengan penuh perjuangan melintasi area tanjakan yang cukup tinggi.
Lelaki itu bernama Matsuda Raka. Ia merupakan keturunan dari dua negara yaitu Jepang dan Inggris. Saat ini ia berusia 17 Tahun.
Raka tersenyum senang karena telah berhasil mengayuh sepeda sampai puncak. Pagi yang terik ini, ia bergegas menuju ke sekolah.
Sampainya di sekolah, Raka memarkirkan sepeda di tempat parkir khusus sepeda. Ia pun berjalan melewati lapangan. Ia melihat beberapa murid bermain sepak bola dengan penuh semangat. Raka mengenal salah satu dari mereka. Pemain sepak bola itu melambaikan tangannya kepada Raka.
"Ohayou, Raka-san..," sapa pemain itu.
"Ohayou, Riza-san..." balas Raka.
Pemain yang menyapa Raka adalah Ahmad Rizani. Ia merupakan teman sekelas Raka di kelas XII - Bahasa 1. Riza merupakan siswa pindahan dari Indonesia. Ia pindah ke Jepang karena pekerjaan orang tuanya.
Raka segera menuju ke kelasnya. Ia duduk di barisan belakang tepat di pojok dekat jendela yang mengarah ke lapangan. Ia sangat menyukai pemandang di luar. Mengingatkan dia pada partner digimonnya.
"Patamon, bagaimana kabarmu sekarang?" gumamnya lirih. Raka mengenggam sebuah benda kecil berwarna kuning. Benda itu adalah digivice miliknya.
Tak terasa pelajaran telah di mulai. Para murid menempati tempat duduknya masing-masing. Sang guru memasuki ruangan dengan membawa tumpukan kertas. Pelajaran pun di mulai dengan suasana tenang.
.
.
.
.
Di sisi kota Tokyo, Jepang...
Sebuah kartu terlihat melintasi jalan raya. Angin membawanya terbang entah kemana. Hingga ia berhenti menuju ke sekolah tempat Raka belajar. Kartu itu terjatuh di atap sekolah.
"Dimana aku?" tanya suara misterius. Suara itu berasal dari kartu tersebut.
.
.
.
.
Tringg!!! Tringg!!!
Bel istirahat telah berbunyi...
Raka dan Riza tengah menuju atap sekolah. Sudah kebiasaan mereka makan bersama di sana. Alasan pertama, Raka menyukai melihat pemandangan. Alasan kedua, Riza tak suka suasana berisik.
Mereka memakan bento (bekal dalam bahasa Jepang) dengan nikmat. Raka membawa beberapa onigiri sedangkan Riza membawa sebuah nasi kare.
"Hai..." panggil seseorang.
Raka menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara itu. "Apa kau mendengar suara 'hai'?" Tanya Raka kepada orang di sebelahnya.
"Hmmm... akwu twidak mwendengwar swuawra apawpuwn..," jawab Riza yang mulutnya masih dipenuhi oleh makanan. Raka memandang Riza jijik.
"Kau menjijikan!" cibir Raka.
Riza telah selesai menelan semua makanannya. "Berisik!" sahutnya kesal.
"Seseorang tolonglah aku..." suara itu kembali terdengar. Raka menjadi semakin penasaran. Ia berdiri dan mulai berjalan menuju ke tepi atap sekolah.
Raka melihat ada sebuah kartu bergambar tergeletak di dekat pintu atap. Ia segera mengambilnya dan saat ia melihat...
"Digimon!" teriak Raka terkejut.
Riza yang melanjutkan makanannya harus menyemburkan sebagian makanan miliknya. "Sial! Kenapa kau berteriak?!" kesalnya.
Ia pun menghampiri Raka yang mendadak terdiam. Saat melihat kartu yang dipegang oleh kawannya itu. Riza mendengar suara isakan tangis. Ia menoleh ke arah Raka yang ternyata menitihkan air matanya.
"Ke-kenapa kau menangis?" tanya Riza heran. Raka tak menjawab pertanyaan kawannya itu, ia terlalu fokus pada kartu tersebut.
"Benarkah kau digimon?" tanya Raka yang sudah tak menangis lagi.
"Kau tahu tentang kami? Apa kau adalah salah satu pahlawan digimon?" tanya balik kartu itu.
'Pahlawan digimon kah sebutan untuk kami.' batin Raka senang.
"Iya!" jawab Raka singkat. Ia tak tahu harus berkata apalagi.
"Sungguh? Wah aku senang sekali dapat bertemu denganmu." girang digimon naga kecil di dalam kartu itu.
"Bagaimana dengan kabar Patamon serta lainnya?" tanya Raka antusias.
Seketika digimon itu terdiam.
"Hei, kenapa kau diam? Bagaimana kabar Patamon? Aku sangat ingin bertemu dengannya kembali." Tanya Raka bertubi-tubi saking senangnya.
"Maaf... aku tidak tahu keberadaan Patamon dan lainnya..." jawab digimon itu pelan. Raka yang tadinya senang kini menjadi sedih kembali.
Riza yang daritadi di acuhkan oleh mereka merasa kesal. "Hei Raka, kau sedang berbicara dengan siapa? Lalu kenapa kau menyebut kata digimon?" Kali ini Riza yang bertanya-tanya karena penasaran. Ia merasa pernah mendengar kata digimon itu.
"Raka? Jadi namamu Raka, wahai pahlawan..," ucap digimon itu.
"Perkenalkan namaku Dracomon, salam kenal..." lanjutnya.
"Hmmm..." gumam Raka.
"Ayolah, jawab pertanyaanku. Lalu siapa itu Dracomon?" tanya Riza kesal.
"Urusai! Kami sedang membicarakan tentang digimon.., dan yang berbicara padaku adalah Dracomon." jawab Raka. Ia menunjukkan kartu bergambar Dracomon.
"Digimon..." ucap Riza pelan. Ia ingat sekarang. 7 tahun yang lalu saat, ia di Indonesia. Riza melihat digimon berbentuk dinosaurus berwarna merah. Digimon itu menghancurkan gedung-gedung tinggi di Jakarta.
Raka kembali memperhatikan Dracomon yang berada di dalam kartu. "Kenapa kau bisa berada di dalam kartu?" tanyanya penasaran.
"Aku menjadi seperti ini karena muncul 7 sosok digimon jahat yang ingin menguasai dunia digital. Kami yang memberontak, lalu di ubah menjadi sebuah kartu. Tiba-tiba ada sebuah cahaya terang yang membawa kami memasuki portal dunia ini. Dan disinilah aku sekarang berada." jelas Dracomon panjang lebar.
"Sepertinya dunia digital saat ini berada dalam bahaya. Jadi, bisa jadi dunia ini akan dalam bahaya juga." kata Raka mengutarakan pemikirannya.
"Bumi ini dalam bahaya? Oh tidak! Aku masih belum mempunyai pacar..." lirih Riza. Ia menjadi seorang yang dramatis.
"Kenapa dia, sang pahlawan?" tanya Dracomon bingung.
"Sudah jangan terlalu di perhatikan! Dia hanya orang yang bodoh!" sindir Raka.
"Bodoh katamu? Kau sungguh keterlaluan kawan!" sangah Riza tak terima dikatai bodoh oleh Raka.
Raka memutar bola matanya bosan. Ia hanya menatap datar Riza.
Duaarr!!!
Tiba-tiba terdengar suara ledakan di dekat area sekolah.
"Aku merasakan ada digimon lain di sekitar sini..." kata Dracomon.
"Tapi, kenapa digivice milikku tidak bereaksi apapun?!" tanya Raka heran.
'Apa ini karena Patamon telah tiada?' Batin Raka bertanya. 'Aku tidak berpikir seperti itu! Aku yakin pasti Patamon masih hidup dan ia ada di suatu tempat.' Lanjutnya menyakinkan dirinya sendiri.
"Oii Raka!!" bentak Riza. Raka ternyata sedang melamun. Ia pun tersadar.
"Ayo kita kesana, Dracomon!" ajak Raka.
"Baik sang pahlawan..." sahut Dracomon.
"Panggil saja aku Raka..." komen Raka. Ia tak suka dipanggil dengan jukukan tuan pahlawan atau apalah itu.
Raka segera bergegas menuju ke lantai dasar. Namun, Riza memegang tangan Raka. "Kau jangan pergi! Di sana pasti berbahaya..." cegah Riza. Ia merasa khawatir kalau kawannya ini terluka.
"Maaf... tapi aku harus pergi..." ucap Raka melepas pegangan tangan Riza.
Saat Raka sampai di pintu. Riza berteriak kepadanya. "Kalau kau memutuskan untuk pergi, aku... akan ikut denganmu!"
"Jangan memaksakan dirimu kawan!" Sahut Raka.
"Aku akan pergi apapun yang terjadi. Aku tak ingin melihat kawanku kesusahan dan dalam keadaan bahaya." Kata Riza. Ia sudah bertekad dengan keputusan yang telah ia buat.
"Baiklah... Terima kasih kawan..." balas Raka. Ia tersenyum. Ia merasa bahagai mempunyai sahabat seperti Riza.
Mereka berdua pun menuruni satu demi satu anak tangga dengan cepat. Kartu Dracomon ia simpan di saku bajunya bersama digivice miliknya.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Huaahh! Apakah yang terjadi dengan mereka? Siapa sosok digimon itu? Kita akan mengetahui setelah aku membuat lanjutan cerita ini. Hehe 😁
Entah kenapa saya bersemangat sekali membuat cerita digimon ini. Selamat membaca! 😉
Jangan lupa tinggalkan komentar, vote serta saran yaa... 😀
Thanks to AhmadRizani
#NB: maaf kalau typo bertebaran dimana-mana :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top