Bullet 1 : "Sawada Tsunayoshi"

Anak dengan rambut caramel itu menatap foto yang terpajang di atas meja belajarnya. Terlihat jelas di foto itu terdapat dua anak berbeda usia tersenyum pada kamera di depannya.

Sawada Tsunayoshi tersenyum kecil melihatnya. Ia menatap anak berambut pirang yang ada di foto itu.

Pikirannya kembali ke masa lalu, atau lebih tepatnya masa 'sebelum' ia berada di dunia ini.

.
Different Sky

.

"Jangan bermalas-malasan, Dame-Tsuna," suara pria paruh baya itu menyadarkan dirinya dari alam bawah sadar. Sementara orang yang di maksud hanya menggaruk belakang kepalanya yang gatal, "Ayolah, Reborn. Berikan aku cuti satu minggu saja," ujarnya.

Sang pria paruh baya yang dikenal sebagai hitman no. 1 itu menatap anak didiknya yang kini berleha-leha di atas meja kerjanya, menatap bosa pada tumpukan paperwork yang selalu menggunung.

"Tidak ada yang namanya 'cuti' untukmu, Dame-Tsuna," ucapnya pada sang Don mafia terkemuka, Sawada Tsunayoshi.

Tsuna menatapnya dengan wajah setengah mengantuk, kurang tidur selama beberapa hari. "Aku lelah, Reborn. Biarkan aku beristirahat sejenak di kasur yang nyaman," pintanya pada sang guru pembimbing yang masih menatapnya tajam.

"Pergi saja ke kuburan,"

"Bukan itu, baka! Maksudku di rumah! Rumahku yang paling nyaman! Di Jepang, Namimori, bersama Kyoko-chan dan Hime!" serunya yang tidak terima candaan Reborn. "Reborn bisa bercanda juga," ucap Tsuna dalam hati.

Reborn menghela nafas, kemudian berjalan keluar dari ruangan itu, "Lakukan sesukamu. Kau sudah dewasa, jangan bersikap seperti anak kecil lagi," ujarnya sebelum pintu tertutup. Tsuna terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan tutor nya selama 20 tahun itu.

"Itu artinya, Reborn mengizinkan, 'kan?" gumamnya pada diri sendiri. Ia ingin berteriak senang, akhirnya bisa bebas dari pekerjaan yang selalu membuatnya terjaga setiap malam.

"Tunggu, apa Reborn salah makan, ya? Tidak biasanya ia sebaik ini,"

--Different Sky--

Tsuna mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, tak sabar untuk pulang ke rumah.

Ia menginjak pedal rem ketika lampu merah muncul. Tak berapa lama, ponsel pintar miliknya berdering.

"Halo?" karena terlalu senang, ia menjawabnya tanpa melihat nama yang tertera di layar kaca itu.

"Juudaime! Dimana Anda saat ini?!" suara nyaring itu membuatnya menjauhkan ponselnya dari telinga, atau tidak ia akan tuli permanen.

"Hayato, kau tidak perlu berteriak seperti itu," ujar Tsuna berusaha menenangkan emosi dari Storm Guardian nya. Salahnya juga yang tidak mengabari orang-orang di Headquarter Vongola bahwa ia ambil cuti saat ini.

"Aku mau pulang ke Jepang. Maaf, kalian bisa menyusul nanti. Ah, dan tolong jangan beritahu Kyoya tentang ini. Aku tidak mau di-kamikorosu olehnya," ujar Tsuna sambil melihat waktu di jam tangannya. Sebentar lagi, pesawat yang akan membawa dirinya menuju Jepang berangkat.

"Tenang saja, aku akan baik-baik saja di sana," ia melihat lampu yang kini berubah warna, "Sampai jumpa,"

Tsuna menancap gas dan berbelok menuju tempat tujuannya, namun ia mengerem secara mendadak ketika mobil di depannya berhenti mendadak.

"Apa yang terjadi?"

Ia ingin keluar dari mobil dan melihat apa yang terjadi, sebelum akhirnya ia mendengar suara klakson yang sangat keras dari belakang.

Dan terakhir kali yang dirasakan Tsuna adalah kegelapan.

--Different Sky--

"Onii-san, sarapan sudah siap!" panggil seseorang menghentikan pikirannya di masa lalu. Sawada Tsunayoshi, atau kerap disapa 'Tsuna' itu menoleh menatap anak berambut pirang yang sangat mirip di foto.

Tsuna tersenyum menatapnya, "Oh, Hide. Aku akan ke sana," ucapnya. Ia kembali menatap foto itu, kemudian meletakkannya kembali ke meja dan berjalan keluar kamar.

"Tsu-kun, selamat pagi," sang ibu, Sawada Nana menyapa sambil menyiapkan sarapan di meja makan. Tsuna mengangguk, "Pagi, Kaa-san,"

"Onii-san, kemarin Hibari-san mencarimu," ujar sang adik, Sawada Hideyoshi yang sedang menonton televisi. Tsuna menatapnya, "Benarkah? Kapan?"

"Onii-san sedang pergi ke taman saat itu," ujarnya membuat Tsuna berteguk ludah mendengarnya. "Gawat, aku akan mati hari ini," ucapnya dalam hati.

Tsuna memakan sarapannya. Ia menatap kursi kosong yang terletak di depannya. Teringat sosok bayi yang selalu menembak kepalanya dengan Dying Will Bullet.

"Onii-san, ponsel pintarmu berbunyi, lho,"

Tsuna hampir tersedak mendengarnya. Ia mengambil ponsel di dalam saku celananya dan melihat siapa orang yang menghubunginya.

Keringat dingin mulai bercucuran di kepalanya, "Aku berharap diriku masih bisa melihat hari esok," ucapnya dalam hati. Dengan ragu ia menjawab panggilan itu.

"Ha-halo?"

"Sawada Tsunayoshi," suara dingin nan datar terdengar jelas dari seberang percakapan, membuat bulu kuduk Tsuna berdiri serempak. "Y-ya, Kyoya?"

"Pergi ke sekolah, sekarang,"

Tsuna menelan ludahnya paksa. Ia yakin ini hari Minggu, hari libur sekolah. Tapi mengingat ini perintah dari monster Namimori membuatnya tak bisa menolak.

"Ba-baik!" dan panggilan dihentikan. Tsuna menghela nafas pasrah. Entah mengapa ia menikmati peran menjadi dirinya yang dulu. Dirinya yang masih anak cengeng, polos, dan tidak tahu sisi dunia gelap.

Tidak ingin membuat Hibari Kyoya menunggu, dengan cepat ia menyelesaian sarapannya.

"Kaa-san, aku pergi ke sekolah dulu. Ada tugas komite yang harus ku kerjakan," ucap Tsuna berjalan menuju pintu depan. Hide menyusulnya, "Dari Hibari-san?" tanyanya.

"Ya, banyak masalah yang terjadi sekarang. Jadi, banyak tugas juga yang harus ku kerjakan dengan Kyoya," ujar Tsuna memakai sepatunya, kemudian berjalan ke luar rumah.

"Aku berangkat,"

"Hati-hati di jalan,"

--Different Sky--

Tsuna menatap gerbang di depannya. Sebelum masuk, sebaiknya mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi 'ujian' yang akan datang.

"Oh, Tsunayoshi-san, Kyo-san dan Takeshi-san sudah menunggu di ruang komite," sebuah suara muncul di belakang Tsuna. Ia menoleh, mendapati sang Wakil Ketua Komite Disiplin berdiri di sana seakan telah menunggu kedatangannya.

"Kusakabe-kun, terima kasih," ucap Tsuna menunduk padanya dan berjalan masuk ke sekolah diikuti sang wakil ketua, Kusakabe Tetsuya.

"Tsunayoshi-san, bagaimana kabar Anda?" tanya Tetsuya sekedar basa-basi. Tsuna mengangguk, "Aku baik, terima kasih," balasnya dan menatap ke luar jendela.

Teringat kembali kata-kata orang yang telah membuatnya mengalami reinkarnasi ini.

"Apa Anda mengingat kejadian 'itu'?" tanya Tetsuya pada orang yang dulu disegani dikalangan organisasi itu. Tsuna terdiam mendengarnya, "Entahlah, aku juga bingung. Maksudku, antara yang dulu dan sekarang tidak ada yang berbeda," jelasnya dan menatap ponsel pintar miliknya.

"Hanya ada perbedaan kecil di antara keduanya. Seperti teknologi dan komunikasi di dunia ini lebih maju. Dulu, kita masih menggunakan telepon rumah atau telepon umum," ucapnya dengan sedikit candaan, walau ia tahu itu tidak lucu.

"Dan perbedaan lainnya adalah..."

Tetsuya membuka pintu ruang komite, dimana terdapat dua orang lainnya yang telah menunggu kehadiran mereka berdua.

"Dan perbedaan lainnya adalah..."

"Yo, Tsuna!"

"Kau terlambat, Omnivore,"

Tsuna tersenyum menatap mereka berdua.

"....adalah...."

"Maaf, ada seribu alasan atas keterlambatanku," kemudian ia masuk ke ruangan dan duduk di sofa, "Jadi, ayo bahas masalah 'itu' sekarang,"

"...keberadaan kita di dunia ini,"

--To be continued--

Yah, sama seperti di fanfic Different Sky, hanya saja saya mengubah beberapa hal. Mungkin kalian yang sudah pernah membacanya menyadari di bagian yang mana.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top