Part 18
Arabella segera pergi dari kantor Diftan, setelah diusir secara halus oleh pria itu. Sekertaris Diftan dan karyawan lain bingung melihat Bella menangis saat keluar dari ruangan bos mereka.
Dia terus berjalan tanpa arah, sampai akhirnya Bella berhenti karena kelelahan. Dia berdiri disebuah jembatan yg ada didekat jalan raya itu. Bukan untuk bunuh diri, tapi untuk menenangkan perasaan nya yg sedih dan pikiran nya yg sedang kacau.
Bella memandang air sungai yg mengalir dengan sangat deras. Sama deras nya dengan air mata nya yg jatuh terus menerus dari kedua mata itu.
"Ibu...." Ucapnya dengan lirih.
Dia terus mengucapkan kata itu. Bella bingung harus mencari kemana lagi sisa uang untuk biaya operasi ibu nya.
"Tuhan... aku benar-benar membutuhkan pertolongan mu saat ini juga. Jika memang kau ada dan sedang melihatku saat ini, tolong bantu aku dan ibuku. Kali ini saja, aku mohon dengan sangat. Jika Tuhan tidak bisa memberiku uang sebanyak itu, setidaknya sehatkan ibuku dari penyakit nya. Aku mohon dengan sangat Tuhan... aku mohon...."
Gadis itu terus saja menangis. Sampai akhirnya dia memutuskan sesuatu, yah dia harus melakukan hal itu untuk bisa menolong ibu nya.
Bella kembali ke rumah sakit. Setibanya disana, dia melihat sang dokter sedang berbicara dengan seorang perawat. Jadi Bella menunggu sesaat, setelah perawat itu pergi, dia langsung menemui dokter itu.
"Dokter." Panggil Bella.
Dokter itu pun berbalik dan melihat Bella.
"Anda darimana saja? Dari tadi kami mencari anda, ibu anda harus segera di operasi." Kata dokter itu.
"Iya dok, maaf. Tapi saya belum bisa mendapatkan uang 200 juta nya. Saya hanya punya uang lima juta." Ucap Bella sambil memberikan uang itu kepada sang dokter.
Kening dokter itu mengkerut mendengar ucapan Bella.
"Saya mohon dok, to-tolong operasi ibu saya." Air mata Bella menetes dan ekspresi wajah nya terlihat seperti orang linglung. "Saya akan melakukan apa saja untuk ibu saya. Dokter bisa mengambil ginjal ataupun organ tubuh saya yg lain untuk dijual, terserah dokter. Asal ibu saya bisa di operasi." Ucap Bella sambil menangis.
"Apa maksud anda?" Tanya dokter.
"Ambil apa pun yg ada didalam tubuh saya, yg bisa dijual dan bisa menghasilkan uang untuk operasi ibu saya."
"Anda bicara apa? Seluruh biaya operasi ibu anda sudah dibayar oleh seseorang. Tadi bagian ADM nya sudah mengkonfirmasi pada saya. Dan sekarang kami menunggu anda untuk memberi persetujuan untuk melakukan tindakan operasi. Kami butuh tanda tangan dari keluarga nya, yaitu anda sendiri."
"Su-sudah lunas?" Tanya Bella bingung.
"Iya."
"Siapa yg bayar dok?"
"Saya tidak tahu, anda bisa menanyakan itu pada bagian ADM nya nanti."
Antara bingung dan senang, Bella pun mengikuti dokter itu berjalan ke dalam ruangan. Bella benar-benar akan mengucapkan terimakasih pada orang yg sudah membantu nya.
Sebelum menandatangani surat persetujuan untuk melakukan tindakan operasi. Dokter harus menjelaskan bahwa saat pemasangan ring pada jantung juga memiliki resiko dan efek samping.
"Ada resiko dan efek samping dari pemasangan ring ini, yaitu pasien akan mengalami tekanan darah yang menurun, terjadinya pembekuan darah, serta reaksi tertentu pada bahan yang dipakai ketika memasang ring.
"Dan resiko yang paling besar adalah apabila stent atau ring tersebut pecah, yg disebabkan oleh terjadinya penyumbatan keras. Sehingga harus melakukan operasi bypass, agar dapat menyelamatkan nyawa pasien. Dan yang paling buruk adalah kegagalan operasi yang dapat berujung pada kematian"
Saat Bella mendengar penjelasan dari sang dokter, tiba-tiba ada seorang perawat yg masuk ke dalam ruangan dan memanggil dokter itu.
Lalu sang dokter dan perawat langsung pergi berlari ke arah ICU. Bella yg refleks pun mengikuti mereka dari belakang.
Sampai didalam ICU, Bella dapat melihat dokter dan beberapa perawat lain nya sedang berkerumun mengelilingi bed tempat ibu nya berbaring.
Seketika Bella merasa jantungnya berhenti dan seluruh oksigen yg ada didalam paru-paru nya habis tersedot, saat melihat dokter dan perawat sedang berusaha menolong ibunya yg sedang diambang kematian.
"Tolong mbak, keluar dulu." Ucap salah satu perawat.
"I-ibu saya kenapa suster? Ibu saya baik-baik saja kan?" Tanya Bella dengan suara gemetar.
"Mbak berdoa saja, semoga dokter bisa melakukan yg terbaik untuk ibu anda. Sekarang tolong, mbak keluar dulu dari ruangan ICU ini."
Dengan perasaan terpaksa Bella pun keluar dari sana. Dia berdiri di depan pintu itu sambil berdoa keselamatan ibu nya.
Setelah menunggu sekitar 25 menit, akhir nya dia melihat dokter itu keluar dari ruang ICU dengan raut wajah menyesal. Sampai akhirnya Bella mendengar kabar duka cita dari mulut dokter itu sendiri.
Gadis itu hanya berdiri dengan diam. Pandangan mata nya lurus ke arah pintu ICU itu. Bahkan kedua kelopak mata nya tak berkedip. Tidak ada satu pun tetesan air mata yg keluar dari sana.
Dokter itu memegang bahu Bella untuk menunjukkan rasa empati nya. "Maaf, kami sudah berusaha sebisa mungkin. Tapi Tuhan sudah berkehendak lain. Ikhlas kan kepergian ibumu, mungkin ini yg terbaik. Ibumu sudah tenang bersama Tuhan sekarang."
Tiba-tiba Bella tertawa sendiri, lalu memandang sang dokter. "Dokter sedang bercanda kan? Ibu saya belum meninggal, dia tidak mungkin meninggalkan saya sendiri. Bagaimana mungkin ibu saya meninggal disaat uang 200 juta nya sudah terkumpul? Ibu saya bahkan belum di operasi kan dokter? Saya pasti sedang bermimpi, iya saya sedang mimpi. Sebentar lagi saya akan bangun dan ibu pasti masih hidup," Ujar Bella sambil tertawa seperti orang gila.
Lalu dia menepuk pipi nya sendiri. "Ayo bangun Bella, kau pasti sedang bemimpi." Dia terus menepuk pipi nya sampai memerah.
"Anda tidak sedang bermimpi, ini adalah kenyataan. Ibu mu memang sudah meninggal...." Ucapan sang dokter terhenti saat melihat Bella yg langsung pingsan.
****
Suara tangis gadis itu tak berhenti sejak sejak tadi malam, bahkan puncak nya saat proses pemakaman.
Dia terus menangis disamping makam ibunya. Semua para pelayat sudah pergi, hanya dia sendiri yg berada di tempat pemakaman itu.
"Ibu...." Ucapnya sambil terus mengusap batu nisan ibu nya.
"Ibu...." Ucap nya lagi sambil mencium batu nisan itu. "Bella gak pernah berfikir kalau ibu bakal tinggalin Bella kayak gini. Rasa nya seperti mimpi, sekarang Bella harus sama siapa? Bella masih butuh Ibu disini, Bella takut bu, Bella takut harus hidup sendiri...
"Ayah pergi ninggalin kita dan gak tahu kemana, sekarang ibu juga pergi. Lalu Bella gimana? Apa Bella boleh ikut ibu juga? Bella sayang sama ibu, sayang banget."
Dia terus duduk sambil menangis disamping pusaran ibu nya itu sambil menaburkan bunga yg ada ditangan nya.
Dan pada malam hari, Juan Benito yg baru pulang dari kantor langsung singgah di rumah Bella. Saat memasuki gang, dia melihat bendera bewarna merah disana dengan bahan dari kertas minyak yg artinya ada yg meninggal di daerah itu.
Juan terus berjalan ke arah rumah Bella. Dilihat nya rumah kost itu sepi dan gelap, itu tanda nya tidak ada orang disana. Sampai akhirnya ada salah satu tetangga yg memanggil Juan.
"Mas cari siapa?" Tanya ibu rumah tangga itu.
"Saya mencari Bella, hem... dia orang yg ngekost disini, apa ibu kenal?"
"Iya saya kenal. Dari tadi pagi dia belum pulang dari makam ibu nya."
"Makam ibu nya?" Tanya Juan terkejut.
"Iya, ibu nya kan meninggal semalam. Dan tadi pagi baru di makam kan. Mungkin dia masih disana, soal nya dia menangis terus dan gak mau di ajak pulang."
"Hem... ibu bisa tolong antar saya tunjukkan dimana pemakaman nya?"
Ibu itu pun mengangguk dan ikut kedalam mobil Juan. Mereka pergi ke tempat pemakaman itu.
Setiba nya dipemakaman, mereka tidak menemukan gadis itu disana.
"Dia tidak ada disini." Ujar Juan.
"Ibu juga gak tahu, apa mungkin pergi ke tempat saudara nya?"
Juan menghusap wajah nya dengan kedua tangan, dia pun mengumpat kesal sendiri. Pria itu merasa bersalah tidak ada disaat Bella membutuhkan nya.
"Kemana kamu pergi Bella? Aku harap kamu baik-baik saja." Ucap Juan dalam hati.
****
"Bos, kita sudah sampai di apartement." Ujar Reza.
Diftan pun membuka mata nya dan memandang ke arah luar. Ternyata dia benar sudah berada didepan apartement nya.
Pria bermata biru itu turun dari mobil dan Reza langsung segera berdiri disamping Diftan.
"Aku baik-baik saja. Kau bisa membawa mobilku, jadi pulang lah."
"Tapi bos...."
"Aku masih sadar dan tidak mabuk! Aku bahkan masih sanggup untuk membunuh mu disini Reza!" Bentak Diftan.
Reza menunduk. "Maaf bos, saya hanya khawatir."
"Pergilah, sebelum aku benar-benar marah padamu."
Tanpa banyak tanya, Reza langsung pergi mengikuti perintah Diftan.
Diftan benar-benar kesal melihat bawahan nya itu. Bagaimana tidak, Reza berfikir kalau Diftan sudah mabuk karena banyak meminum alkohol di club malam itu. Sehingga dia tidak memperbolehkan Diftan untuk menyetir. Padahal, pria bermata biru itu masih sadar sepenuh nya. Tentu saja dia masih sanggup untuk menyetir mobil.
Bahkan Reza harus mendapat pukulan di wajah nya karena efek tetap bersikeras untuk menyetir mobil bos nya itu.
Setelah dilihat nya mobil yg dibawa Reza sudah menjauh, Diftan segera masuk ke dalam gedung apartement nya. Dia terus berjalan kearah lift. Dan seketika kaki nya berhenti berjalan, saat melihat seorang gadis yg dia kenali bentuk tubuh nya.
Gadis itu duduk meringkuk di samping lift itu dengan kepala nya yg menunduk kebawah dan punggung nya bersandar di dinding.
Diftan melihat jam yg ada di tangan nya. Dia bingung mengapa gadis itu berada disini tengah malam begini. Lalu dia berjalan mendekati gadis itu. Karena jarak yg sudah dekat, Diftan dapat mendengar suara sesenggukan gadis itu.
"Arabella." Panggil Diftan dengan suara bariton nya.
Sadar nama nya dipanggil, dia pun menengadahkan kepala nya.
Bella langsung berdiri saat melihat Diftan, dia sudah menunggu pria itu sedari tadi siang.
Diftan dapat melihat raut wajah sedih dari Bella. Gadis itu terus menangis dihadapan nya. Dengan penuh keberanian, Bella memeluk pria itu dengan kedua tangan nya. Dia menangis sambil menyandarkan kepala nya di dada pria itu. Satu yg dia butuhkan saat ini, yaitu pelukan dari seseorang yg dapat membuatnya nyaman.
"Biarkan saya memeluk tuan sebentar saja, hanya pelukan yg saya butuhkan saat ini. Saya mohon...." Ucap gadis itu.
Karena merasa tidak ada penolakan dari Diftan, maka Bella mempererat pelukan nya. Dia memeluknya sambil menangis pilu.
Tanpa sadar pria itu menggerakkan tangan kiri nya memeluk pinggang Bella dan tangan kanan nya berada di atas punggung Bella. Di elus nya punggung gadis itu untuk menenangkan tangis Bella.
Dia tahu apa yg terjadi pada Bella. Pagi itu, Diftan juga ada di pemakaman ibu Bella. Hanya saja dia melihat dari kejauhan, supaya tidak menarik perhatian banyak orang.
Sejujurnya, Diftan ingin memeluk gadis itu saat melihat Bella menangis di pemakaman. Tapi dia tidak melakukan nya karena suatu hal yg selalu dia yakini selama ini.
Namun kali ini dia mengalah, dan membiarkan gadis itu memeluknya. Tangan nya pun terus mengelus punggung Bella.
Mereka berdua terus berpelukan didepan lift itu. Sampai gadis yg dipeluknya mulai tenang dan tak menangis lagi.
30-Juli-2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top