Part 16

Tubuh Bella terlihat gemetar ketakutan karena kejadian itu. Dia terus memeluk erat tubuh Diftan dengan kedua tangan nya. Seolah-olah tubuh pria itu adalah tempat teraman untuk nya.

Tapi sang pria yg dipeluk hanya diam saja dan tidak membalas pelukan tersebut. Mata biru itu hanya memandang pria yg sudah tergeletak dilantai dengan wajah babak belur. Pria malang itu terus mengerang kesakitan, karena salah satu tulang rusuk nya ada yg patah dibuat oleh Diftan.

Merasa tubuh gadis itu tidak lagi gemetar ditubuhnya, Diftan pun melepas tangan gadis itu dari dirinya.

Bella sedikit kecewa karena pelukan nya dilepas oleh si pemilik tubuh itu sendiri.

Diftan memandang ke pakaian jas armani nya yg basah terkena air mata gadis itu tadi. Lalu dia memandang Bella, yg menangis sesenggukan dengan mata yg sudah membengkak.

"Kau terlihat seperti perempuan murahan." Desis Diftan.

Bella mematung mendengar ucapan Diftan. Suara tangis nya terhenti, dia tidak percaya Diftan mengucapkan kalimat kasar itu pada diri nya.

"Cara berpakaian dan make up mu sangat menjijikkan! Kalau kau tidak ingin dilecehkan, mengapa kau berdandan seperti ini? Menunjukkan semua bentuk tubuhmu. Terlihat seperti ingin menjual dirimu sendiri!"

Bella menggelengkan kepala nya, dia tidak mau dihina seperti itu oleh Diftan. Dia menghapus semua make up diwajah nya dengan asal-asalan dan melepas tatanan rambut nya menjadi terurai bebas dibahu nya.

Mungkin jika ada yg melihat Bella saat ini, mereka akan berfikir dia orang gila. Orang gila yg cantik. Bella tetap cantik walaupun dandanan nya sudah sangat kacau dan berantakan.

"Aku bukan perempuan seperti itu, aku hanya menemani mas Juan kesini. Dia yg membuatku berdandan seperti ini. Sungguh aku tidak berbohong, ku mohon tuan Diftan jangan membenciku." Ucap Bella dengan suara lirih.

Dia berharap Diftan menarik kalimat nya yg tadi. Ucapan Diftan itu sungguh menjadi beban pikiran nya sekarang, dia bahkan melupakan tragedi yg menimpa nya barusan. Yang ada didalam otak dan pikiran nya hanya Diftan. Bella tidak mau Diftan membenci nya, karena dibenci oleh orang yg kita cintai jauh lebih menyakitkan untuk diterima.

"Jadi, jika Juan menyuruhmu untuk tidak memakai baju, apa kau akan mengiyakan nya juga?" Tanya Diftan.

"Te-tentu saja tidak." Jawab Bella sedikit takut, karena Pria itu sedang menatap nya.

"Kau itu bodoh atau polos? Kau menjawab tidak, tapi kenyataan nya kau memakai gaun sialan itu!!"

"Tapi mas Juan bilang, aku cantik memakai gaun ini. Itu adalah pujian pertama yg pernah kudengar. Seumur hidup, aku hanya menerima banyak caci dan makian dari orang selama ini. Jadi apa salah nya, kalau aku tampil cantik sekali saja? Aku juga ingin dipuji seperti perempuan lainnya." Bella menundukkan kepala nya karena air mata nya turun menetes.

Tapi Bella langsung menghapus air mata nya itu, dia tahu kalau Diftan tidak suka melihat orang cengeng.

Rahang Diftan mengeras mendengar jawaban gadis itu. Pikiran Diftan benar-benar kacau sekarang. Hanya Tuhan yg tahu apa yg ada dipikiran pria itu, saat melihat kaki jenjang Bella diatas panggung tadi.

"Kau memang terlihat cantik dengan gaun itu. Dengan bangga kau memperlihatkan tubuhmu pada semua orang dengan gratis. Aku tidak membencimu, tapi aku jijik melihatmu. Kau seperti perempuan murahan yg pernah aku lihat sebelumnya. Aku berharap ini pertemuan terakhir kita, karena aku benar-benar muak melihat perempuan sepertimu." Diftan langsung pergi meninggalkan Bella yg mematung berdiri dilorong itu.

Sepanjang jalan Diftan mengumpat kesal. Tidak seharusnya dia berkomentar tentang pakaian gadis itu. Sejak kapan dia peduli pada kehidupan orang? Seperti nya dia benar-benar butuh pelepasan saat ini juga. Mungkin ini efek sudah beberapa hari tidak melepaskan kebutuhan biologis nya.

Diftan harus mengantarkan adiknya pulang terlebih dahulu kerumah papa nya, setelah itu dia akan menuntaskan kebutuhan nya.

Sementara di lain sisi, Bella menangis dengan posisi berjongkok memeluk kedua lututnya, dan menyandarkan punggung nya di dinding.

Suara tangis gadis itu bercampur dengan suara erangan kesakitan dari pria malang yg dihajar Diftan. Dan entah mengapa suara tangis Bella semakin kencang, melihat pria yg sudah tak berdaya dilantai itu.

Juan yg sedari tadi mencari Bella pun langsung berlari ke lorong ketika mendengar suara tangis perempuan. Dengan nafas yg terengah-engah Juan menatap Bella yg sedang menangis sesenggukan. Dan beberapa detik kemudian dia melihat kearah pria tergeletak dengan wajah babak belur.

Juan mendekati Bella dan ikut berjongkok di sebelah gadis itu. Dilihatnya penampilan Bella yg sudah tidak karuan. Bahkan eye liner Bella luntur karena gadis itu sering menangis, pokoknya dia terlihat menyedihkan saat ini. Juan melepas jas nya dan menutupi bahu Bella.

"Apa kamu terluka Bella?" Tanya Juan khawatir.

Bella semakin menangis saat Juan menanyakan dirinya terluka atau tidak.

Melihat reaksi Bella itu, Juan yakin Bella pasti terluka.

"Di bagian mana yg sakit?" Kata Juan pelan.

Bella tetap menangis dan tidak menjawab pertanyaan Juan. Justru gadis itu menutup wajah nya dengan kedua tangan nya.

Juan pun frustasi karena Bella tidak kunjung menjawab. Lalu dia menarik gadis itu untuk berdiri. "Ayo berdiri Bella, kita ke rumah sakit sekarang. Biar dokter memeriksa bagian tubuh mu yg terluka."

"A-aku mau pulang." Kata Bella.

"Tidak, kita ke rumah sakit dulu. Kamu tidak mungkin pulang dengan keadaan begini."

Bella menatap wajah Juan.
"Tidak ada yg terluka ditubuhku, mas Juan."

"Kalau tidak ada yg terluka, lalu mengapa kamu menangis?" Tanya Juan bingung. Dia tidak tahu apa yg terjadi saat ini.

"Hatiku yg terluka. Itu rasanya sangat sakit sekali. Tidak ada yg bisa mengobati luka ku ini. Dokter ataupun obat tidak akan bisa. Hanya dia, hanya pria itu yg bisa mengobati luka ku. Tuan Diftan membenciku, tapi aku menyukai nya. Sangat menyukai nya. Dia bilang, dia jijik melihat diriku, dia muak melihatku. Tapi aku mencintai nya. Sangat mencintainya. Aku harus bagaimana? Aku merasa seperti orang gila saat ini, mas Juan. Tolong sadarkan aku." Bella terus menangis seperti orang yg hilang kehilangan arah.

Dia benar-benar tergila-gila pada Diftan. Bagaimana tidak? Dia pernah tinggal dan tidur sekamar dengan pria itu. Wajar jika Bella terpesona akan kharisma dari Diftan. Walaupun terkadang pria itu sering bicara kasar, tapi Diftan lah yg selalu menolong Bella disaat dia membutuhkan pertolongan.

Tidak ada yg salah dengan perasaan nya itu. Karena hati tidak bisa memilih pada siapa dia akan berlabuh.

"Apa pria yg kamu maksud adalah Diftan Pablo? Apa dia yg melukai hatimu?"

"Mas Juan berteman dengan tuan Diftan?" Tanya Bella.

"Tidak. Tapi aku mengenalnya." Jawab Juan.

"Bisakah mas Juan mengatakan pada nya untuk tidak membenciku? Katakan pada tuan Diftan, kalau aku hanya menemani mas Juan kesini. Tuan Diftan salah paham, dia berpikir aku perempuan yg nakal karena memakai gaun ini. Ku mohon mas Juan bilang padanya, aku bukan perempuan seperti itu." Ucapnya sambil menangis.

"Oke-oke, aku akan mengatakan itu jika aku berjumpa dengan nya. Sekarang ayo berdiri, kita pergi dari sini." Juan mencoba membujuk Bella.

Bella akhirnya mau, dan mereka pun pulang. Diperjalanan gadis itu tertidur karena kelelahan menangis.

Juan tidak mungkin membawa Bella pulang dengan keadaan berantakan seperti itu. Ibunya Bella pasti akan berfikir yg tidak-tidak. Dia pun memutuskan untuk membawa Bella pulang kerumah nya sendiri.

Setibanya di rumah, Juan langsung menggendong Bella ke dalam kamar nya. Dengan hati-hati dia membaringkan Bella diatas tempat tidur, agar tidak membangunkan tidur gadis itu.

Juan memperhatikan Bella yg sedang tertidur.

"Gadis yg cantik. Badan nya memang kecil dan pendek, tapi dia memiliki bentuk tubuh seperti wanita dewasa. Dada yg penuh dan bokong yg berisi, membuat dia terlihat mungil. Aku yakin, Diftan menyukai gadis ini. Hanya saja dia tidak menyadari nya."

Dan tiba-tiba satu pemikiran masuk didalam otak nya, lalu Juan tersenyum menyeringai.

"Diftan Pablo, tunggu sampai kau menyadari perasaanmu sendiri. Disaat itu juga, gadis ini sendiri yg akan menghancurkanmu! Aku berjanji akan menghancurkan seluruh keluargamu. Seperti ayahmu yg juga menghancurkan keluargaku!!"

Seketika Juan emosi mengingat bagaimana kematian kedua orang tua nya yg pernah mati ditangan William Glambert yg tidak lain adalah papa nya Diftan.

Dia sangat dendam dengan keluarga itu, dan dia ingin sekali menghancurkan semua bisnis atau apa pun yg dimiliki oleh keluarga Glambert. Juan mau melihat William dan Diftan jatuh miskin dan merangkak memohon kepada nya suatu saat nanti. Dia menunggu kapan hari itu tiba.

****

"Aku mohon pelan-pelan saja...." Terdengar suara rintihan perempuan.

Diftan tidak memperdulikan suara kesakitan perempuan itu. Dia tetap bermain dengan kasar tanpa ada foreplay sedikit pun. Itu lah yg membuat wanita itu kesakitan.

Setelah mencapai pelepasan, Diftan langsung melepas tubuhnya dari perempuan itu. Dan dia membuang alat pengaman itu langsung ke tempat sampah.

"Aku suka permainan mu tadi. Sangat kasar tapi aku menikmati nya. Ini seks terhebat yg pernah aku rasakan seumur hidupku." Kata perempuan itu sambil terengah-engah.

"Pergi." Ujar Diftan.

"Hah? Apa?" Tanya perempuan itu untuk memastikan ucapan Diftan.

"Aku bilang pergi dari kamar hotel ini, aku tidak mau melihatmu tidur diranjang ini."

Perempuan itu menganga mendengar ucapan Diftan. Dia pikir pria itu akan membiarkan nya tidur bersama nya sampai pagi nanti.

"Tapi ini masih jam 2 subuh. Aku tidak mungkin pulang."

Diftan mengambil dompet yg diletakkan nya di atas nakas. Dia memberikan uang yg cukup banyak untuk perempuan tadi. "Ini untuk satu jam waktu mu yg aku pakai, sekarang pergilah. Terserah kau mau tidur dimana, asal tidak di kamar ini."

"Dasar cowok brengsek! Aku tidak butuh uangmu sialan!" Perempuan itu tampak kesal dan langsung turun ranjang. Dia pun memakai pakaian nya sambil menggerutu dan mengumpat pada Diftan.

"Wajah mu saja yg tampan seperti malaikat, tapi hatimu benar-benar seperti iblis. Bisa-bisa nya kau mengusir perempuan tengah malam begini, padahal kau baru saja menikmati tubuhnya beberapa detik yg lalu." Ucap nya lagi.

"Kau juga menikmati nya nona, dan jangan lupakan bagian dimana kau yg menawarkan tubuhmu sendiri padaku." Kata Diftan.

"Fuck you!!" Teriak perempuan itu sambil mengacungkan jari tengah nya ke arah Diftan. Dia segera membuka pintu kamar hotel itu dan menutup nya lagi dengan keras.

Pria itu tidak peduli. Dia kembali merebahkan badan nya di atas tempat tidur, dan mematikan lampu kamar hotel itu sambil menutup wajah nya dengan bantal.

Namun dia tetap tidak bisa memejamkan mata nya. Padahal dia sudah banyak minum di club bersama perempuan one night stand nya barusan. Ini pertama kali nya dia memakai seorang perempuan tanpa seleksi dari asisten nya, yaitu Reza. Biasa nya Reza lah yg mencari wanita untuk pelepasan Diftan di kala suntuk.

Di pagi hari nya, Bella terbangun dan menatap suasana kamar yg tidak dikenal nya. Lalu dia melihat kearah pintu kamar yg dibuka oleh Juan.

"Morning Bella." Sapa Juan sambil membawa sebuah paper bag yg berisi baju ganti untuk gadis itu.

"Apa aku tidur dirumah mu?"

"Iya kamu bisa lihat sendiri."

"Kenapa mas Juan tidak membawaku pulang ke rumahku? Ibuku sendirian disana, dan aku yakin sekarang dia pasti khawatir padaku." Ucap Bella frustasi. Dia langsung turun dari ranjang itu.

"Coba lihat keadaan dirimu Bella, aku tidak mungkin membawamu pulang dalam keadaan yg seperti itu."

Bella melihat dirinya didepan cermin, sungguh berantakan sekali. Dia yakin ibu nya pasti terkena serangan jantung jika melihat keadaan nya ini.

"Ini ada pakaian ganti untuk mu, mandi lah. Setelah itu kita sarapan lalu aku akan mengantarmu pulang." Juan meletakan paper bag itu diatas ranjang.

Bella pun mengambil paper bag itu. "Terimakasih mas Juan. Tapi setelah berganti pakaian sebaiknya aku pulang saja, aku masih harus bekerja pagi ini."

"Ya, baiklah. Terserah kamu saja."

Juan pun keluar dari kamar itu saat melihat Bella sudah masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian setelah selesai mandi dan berpakaian, Juan langsung mengantar Bella pulang.

Sesekali Juan memperhatikan Bella yg sedang melamun menghadap kearah kaca mobil disamping nya.

"Perempuan yg sangat polos. Aku tidak tega untuk memanfaatkan nya. Tapi, aku harus melakukan nya. Demi kematian kedua orang tuaku, dan juga kematian ayah nya. Aku yakin, dia pasti akan membenci Diftan jika tahu pria yg dicintai nya adalah pembunuh ayah kandung nya."

Juan langsung mengarahkan mata nya ke depan saat ketahuan Bella sedang menatap nya.

Bella melihat kearah pakaian nya yg sopan dan tidak ada hal yg aneh, tapi dia bingung kenapa Juan melihat nya sedari tadi.

"Mas Juan ngelihatin aku ya?"

"Hah? Oh... iya hehe...." Juan kalah malu karena pertanyaan polos dari Bella.

Bella menyipitkan mata nya dan memandang Juan. "Mas enggak suka atau pun tertarik kan sama Bella?"

Juan langsung mengerem mobil nya secara mendadak. Dia tidak fokus menyetir karena mendengar pertanyaan gadis itu, sehingga dia tidak tahu ada lampu merah. Hampir saja dia menabrak mobil yg ada didepan nya tadi.

"Emang nya kalau aku lihatin kamu, itu tanda nya aku suka gitu?" Tanya Juan.

"Gak juga sih, tapi ya aku cuma mau bilang aja. Kalau aku suka nya sama orang lain." Jawab Bella polos.

Juan tersenyum. "Aku tahu, kamu sudah bilang dari semalam."

Juan langsung menjalankan mobil nya lagi saat lampu merah sudah berganti ke hijau.

Tidak berapa lama, mereka sampai di gang tempat tinggal Bella. Juan dan gadis itu turun dari dalam mobil karena, gang nya sempit jadi mobil nya tidak bisa masuk ke dalam.

"Kamu yakin aku gak perlu ikut ke rumah untuk jelasin ke ibu kamu?" Tanya Juan meyakinkan.

Bella menyuruh Juan untuk langsung pulang saja. Akan lebih baik, jika dia sendiri yg menjelaskan ke ibu nya tentang ketidak pulangan nya semalam.

"Iya, gak usah mas Juan. Biar Bella yg jelasin sendiri nanti."

"Besok aku kesini lagi, jangan lupa untuk beli ponsel untuk mu. Biar gampang komunikasi nya."

"Iya tunggu Bella gajian deh."

"Yaudah, aku pergi dulu. Bye-bye Bella." Ujar Juan sambil melambaikan tangan nya.

Bella pun melambaikan tangan nya juga, sampai akhirnya mobil Juan sudah pergi menjauh.

Gadis itu menghembuskan nafas nya dengan panjang. Sepanjang jalan menuju rumah, dia sudah menyusun banyak kalimat didalam otak untuk memberi penjelasan kepada ibu nya nanti.

Bella membuka pintu rumah nya dan alangkah terkejut nya dirinya saat melihat ibu nya tergeletak dilantai.

"Ibu!!" Ucap Bella dengan suara yg bergetar.

Gadis itu langsung masuk ke rumah dan menghampiri ibu nya. Dia mengangkat kepala ibu nya dan meletakkan dipangkuan nya.

"Ibu, ibu bangun!!" Ucap Bella dengan takut sembari menepuk pipi ibu nya. Dia menangis dan terus mengguncang tubuh ibu nya.

"Bangun ibu... jangan tinggalin Bella sendiri!! Ibu bangun...." Suara tangis Bella pecah seketika melihat tidak ada reaksi dari ibunya.

"Ibuuu!!!" Panggil Bella histeris.

"Jangan ambil ibuku, Tuhan. Aku mohon.... aku tidak memiliki siapapun lagi selain ibuku." Bella terus menangis sambil memeluk tubuh ibunya.

Seketika Bella diam, dia seperti mendengar suara. Bella mendekatkan telinga nya ke dada ibu nya. Ternyata masih terdengar suara detakan jantung disana. Ibu nya masih hidup.

Bella langsung menghapus air mata nya dan meletakkan ibu nya kembali. Dia pun pergi ke luar untuk meminta tolong kepada tetangga.

22-Juli-2016

Hai guys...

Maaf sebelum nya karena kelamaan update cerita ini. Akhir-akhir ini, aku sibuk banget sampai gak sempat untuk ngetik cerita nya dilaptop. Ini aja aku ngetik nya lewat ponsel.

Sedikit informasi saja, aku nulis cerita disini itu hanya sekedar hobi doang dikala waktu kosong. Jadi bukan pekerjaan utama aku. Tapi tenang saja, cerita abang Diftan akan terus aku selesaikan sampai Ending.

Mungkin ini akan slow update, jadi gak kayak dulu bisa update tiap hari lagi. Mohon pengertian nya ya :-)

Tapi aku akan usahakan tiap minggu update nya, jadi gak perlu bawa golok ya guys :-)

Kalau kalian tidak sabar nunggu update'an abang Diftan, kalian bisa baca cerita aku yg lain yg udah Ending kisah nya. Hihi jadi promo :-D

Oke, itu aja season curhat nya.

Terimakasih sebelumnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top