Part 14
Keesokan hari nya Bella berangkat kerja. Dia berjalan kaki kesana, karena kos nya tidak jauh dari tempat kerja itu.
Hari ini toko roti itu penuh dengan pelangganan, Bella yg sebagai kasir sampai kewalahan jadi nya.
"Semua nya seratus dua puluh lima ribu rupiah bu." Ucap Bella pada salah satu pelanggan.
Wanita itu pun mengeluarkan uang seratus lima puluh ribu rupiah.
"Kembalian nya dua puluh lima ribu rupiah ya bu, terimakasih." Ucap Bella sambil tersenyum.
Wanita itu tersenyum juga pada Bella lalu pergi dari toko tersebut sambil membawa kue belanja nya tadi.
"Kalau pagi begini, emang banyak pelanggan yg beli roti." Ucap salah satu pegawai toko itu.
"Iya, saya sempat kaget tadi. Takut salah menghitung total belanjaan mereka, karena sanking ramai nya."
"Eh, lihat tuh ada cowok cakep yg datang ke toko ini." Tunjuk perempuan tadi.
Bella menoleh kearah pintu dan dilihatnya pria yg pernah menolong nya waktu itu.
Juan pun masuk kedalam dan terlihat bingung untuk memilih roti.
Pegawai perempuan tadi langsung menghampiri nya.
"Tuan mau memilih roti yg mana?"
"Hem... saya mau roti yg isi nya rasa keju dan cokelat." Kata Juan.
"Mau berapa roti nya tuan?"
"Rasa keju 2 dan cokelat 3."
"Baiklah, silahkan tunggu dikasir depan saja tuan."
"Oke." Ujar Juan sambil tersenyum.
Bella yg melihat Juan sedang berjalan ke arah kasir pun langsung memasang senyum nya.
"Hei, kebetulan banget kita jumpa lagi ya?" Ucap Juan pada Bella.
"Mas masih ingat sama saya?"
"Tentu saya ingat, oh iya kamu kerja disini?"
"Iya mas, saya kerja sebagai kasir ditoko roti ini."
"Kamu tidak pernah menghubungi saya, padahal saya udah kasih loh kartu pribadi saya ke kamu."
"Oh itu, hem... kartu nya hilang mas, saya ga tahu letak dimana. Padahal kemarin saya pingin minta carikan kerjaan, sampai akhirnya saya dapat kerjaan disini."
"Oh begitu, ya tidak masalah. Yg penting kamu udah dapat kerja. Oh iya kita belum pernah berkenalan kan? Nama saya Juan Benito." Dia mengulurkan tangan nya ke Bella.
"Arabella, panggil Bella saja." Kata Bella sambil menjabat tangan pria itu.
Lalu jabatan tangan itu terlepas saat mendengar suara pegawai yg tadi.
"Ini roti nya." Ucap wanita itu pada Bella.
Lalu Bella langsung menghitung semua roti itu.
"Semuanya delapan puluh ribu rupiah."
Pria itu pun mengeluarkan uang seratus ribu rupiah.
"Ini, kembalian nya tips untuk kamu saja." Juan memberikan uang nya.
"Hah? Oh makasih mas."
"Bella." Panggil pria itu.
"Ya?"
"Jam berapa kamu selesai bekerja?"
"Hem... jam 6 sore, kenapa mas?"
"Apa aku boleh menemui mu setelah pulang kerja?"
Bella tercengang mendengar pertanyaan dari Juan. Lalu beberapa saat kemudian dia tersadar dari keterkejutan nya.
"Em.. boleh,"
"Baiklah, aku akan kembali ke toko ini jam 6 sore. Jangan ingkar janji, oke?"
"Ya." Jawab Bella sambil mengangguk.
Dan pria itu pun pergi setelah mendapat jawaban dari Bella.
"Dia gebetan kamu ya?" Tanya pegawai perempuan itu.
"Ah, enggak. Baru beberapa kali ketemu kok."
"Kayak nya dia naksir sama kamu deh, wah menang banyak kamu Bel."
Godaan dari teman kerja nya tidak membuat hati Bella berbunga-bunga. Juan memang tampan, tapi hanya pria yg bermata biru yg menjadi pemenang dihatinya.
Nama Diftan sudah terukir sangat jelas dan dalam. Jadi tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun, termasuk Tuhan kah??
****
Diftan melihat dari jauh seorang perempuan sedang tersenyum sambil melambaikan tangan untuk nya. Perempuan itu adalah Dealova, adik tiri nya. Wajah nya cantik khas perempuan asia. Ya, dia dan adik nya berbeda. Mereka satu kandung ibu tapi berbeda ayah. Wajah Diftan lebih ke pria eropa, mengikuti gen dari ayahnya.
"Kak Diftan!" Histeris adik nya itu sambil memeluk kakak nya yg hanya diam saja tanpa ekspresi.
Lalu Dealova melepas pelukan nya.
"Udah 10 tahun kita ga ketemu. Pasti kakak kaget kan, kenapa Dea bisa ingat wajah kakak? Dea selalu minta dari papa untuk dikirimin foto kak Diftan tiap tahun." Ujar adiknya tersenyum.
Adiknya itu sangat senang sekali bisa bertemu dengan Diftan. Dari dulu Dealova selalu mengidolakan dan membanggakan kakak nya itu kepada teman-teman sekolah nya.
Awal nya teman-teman nya percaya kalau Diftan adalah kakak nya Dealova, tapi terakhir mereka malah mengejek Dealova. Kata nya Dealova terlalu berkhayal ataupun berimajinasi punya kakak seganteng Diftan. Mereka tidak percaya karena Dealova tidak mempunyai foto berdua dengan Diftan.
Dan itu membuatnya sangat frustasi. Maka nya Dealova ingin pindah ke negara ini, supaya bisa dekat dengan kakak nya itu.
"Bisa kita pulang? Aku masih banyak kerjaan." Kata Diftan telak.
Dealova pun tersenyum kecut melihat sikap kakak nya yg dari dulu selalu tidak peduli pada nya.
Sudah berbagai cara yg dia lakukan untuk bisa mendapat perhatian dari kakak nya itu. Mulai dari anak yg berprestasi sampai ke anak yg nakal. Semua dia lakukan, tapi tetap saja pria bermata biru itu tak tersentuh hati nya.
Diftan pun memasukkan barang-barang adik nya itu ke dalam bagasi mobil. Lalu Dealova duduk di kursi depan penumpang. Pria itu langsung masuk kedalam dan menyetir mobil itu.
Untuk beberapa saat suasana didalam mobil hening. Sampai akhirnya Dealova membuka suara nya.
"Dealova rindu kak Diftan, sangat rindu." Ucap adik nya itu dengan suara lirih.
Lalu dia menoleh ke arah Diftan yg tampak fokus dengan menyetirnya.
"Dea gak tahu, Dealova punya salah apa sama kakak, sampai-sampai kak Diftan benci melihat Dea. 10 tahun Dea menunggu kabar dari kak Diftan, kakak tidak pernah menanyakan kabar Dea sehat atau sakit. Kak Diftan juga ga pernah bertanya bagaimana Dea disekolah. Kakak hanya selalu mengirim uang dan uang."
Dea memberi jeda beberapa detik untuk melanjutkan ucapan nya.
"Dea udah gak pernah cengeng lagi, karena Dea tahu kak Diftan tidak suka melihat orang lemah. Dea selalu ranking satu disekolah, supaya kak Diftan bisa bangga punya adik kayak Dea. Bulan lalu Dea menang taekwondo, piala nya Dea dedikasikan untuk kak Diftan. Semua udah Dea lakukan untuk kakak, tapi kenapa...."
"Aku tidak menyuruhmu untuk melakukan itu semua." Ucap Diftan tanpa memandang Dealova.
"Kenapa kak? Dea salah apa?" Tanya adik nya.
"Aku sedang menyetir, jadi jangan ganggu konsentrasiku!"
Dealova pun hanya bisa menelan kekecewaan dihati nya. Dia tidak ingin menangis didepan kakak nya itu. Dia sudah berjanji akan menjadi orang yg kuat seperti kakaknya Diftan.
Tidak berapa lama mereka sampai di rumah William Glambert.
Dealova langsung turun dari mobil dan berlari kearah William untuk memeluk papa nya itu yg sudah berdiri didepan rumah.
Dealova sangat menyayangi papa angkat nya itu. William lah yg selalu datang mengunjungi nya ke Jerman setiap dua bulan sekali.
"Papa...." Dealova memeluk erat.
"Hallo sweetheart." Tersenyum sambil membalas pelukan putrinya itu. "Baru dua bulan tidak melihatmu, kamu sudah makin cantik dan tinggi saja."
"Oh benarkah? Dealova rajin makan sayur dan olahraga Pa."
Lalu William melihat Diftan yg ingin berbalik kearah mobil.
"Diftan."
Pria itu berhenti berjalan.
"Nanti malam ajak adikmu ke acara lelang itu, oke?"
"Apa Diftan bisa menolak?"
"Tidak."
"Baiklah." Jawab Diftan pasrah.
Dan kemudian dia pergi dari rumah mewah itu.
****
Tepat jam 6 sore Bella keluar toko roti itu, dia melihat sebuah mobil sport hitam sudah terparkir sedari tadi disana.
Tak perlu ditebak siapa yg ada didalam mobil itu, Bella sudah tahu kalau Juan lah pemilik dari mobil hitam itu.
Juan pun keluar dari dalam mobil dengan senyum manis nya.
"Hai." Sapa Juan.
"Hem... iya." Bella bingung mau menjawab apa sapaan dari pria itu.
"Kamu mau pulang kan? Masuk lah ke dalam mobil, akan aku antar."
Bella langsung menggelengkan kepala nya. "Oh tidak usah mas, saya bisa pulang sendiri. Kost nya gak jauh kok dari sini."
"Tidak masalah, aku hanya ingin bertemu dengan orang tuamu."
"Hah? Un-untuk apa?" Tanya Bella bingung.
"Aku mau minta izin, untuk membawa putri nya menemaniku ke acara pesta malam ini." Juan mengedipkan mata nya pada Bella.
Ucapan dari Juan tadi sukses membelalakkan kedua mata Bella.
"Ma-maaf tapi saya tidak bisa." Kata Bella.
"Kenapa? Apa kamu takut?" Juan tertawa sebentar lalu melanjutkan ucapan nya. "Apa tampang ku seperti orang yg tukang pemerkosa atau penculik?"
"Tidak bukan itu...." Jawab Bella.
"Lalu?"
"Kita tidak saling mengenal, mengapa mas tiba-tiba mau mengajak saya?"
"Aku mengenalmu, kita sudah beberapa kali bertemu kan?"
"Iya sih, tapi kan...."
"Aku mengajakmu karena aku tidak punya pasangan ke acara pesta itu. Jadi, mau kah kamu menemaniku?"
"Hem... ini sangat rumit untuk saya sebenarnya. Tapi apa mas tidak salah pilih untuk mengajak perempuan seperti saya ini? Lihat lah cara berpakaian saya, rasanya sangat tidak cocok untuk menemani mas yg sangat modern. Sungguh tampilan saya akan terlihat sangat terbanting sekali dengan mas." Jawab Bella.
Juan mengerti maksud dari ucapan gadis itu. Lalu dia pun tersenyum dan memandang tubuh gadis itu dari ujung kaki sampai kepala.
"Kamu gadis yg cantik, hanya butuh pakaian yg bagus dan polesan make up sedikit saja, kamu akan terlihat sempurna. Kalau aku bisa mengubahmu dalam waktu setengah jam, apakah kamu mau menemaniku?"
"Hah? Apa mas yakin mau mengajak saya? Tidak berubah pikiran? Saya tidak pernah ke acara seperti itu, apa mas tidak takut kalau saya bisa saja membuat mas malu atau membuat kekacauan disana nanti?" Tanya Bella meyakinkan Juan.
"Percayalah Bella, aku justru menunggu hal itu terjadi disana nanti." Kata Juan dengan tersenyum yg penuh arti.
Bella hanya mengerutkan keningnya mendengar jawaban dari Juan tersebut. Dia merasa kalau pria itu aneh, lebih aneh dari Diftan.
14-Juli-2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top