Part 10

Suara isakan tangis Bella terdengar di ruangan kerja Diftan. Gadis itu masih takut melihat kejadian yg melecehkan dirinya.

Pria tua itu sudah dibawa satpam keluar dari gedung kantor Diftan, dengan wajah yg sudah babak belur.

Diftan menghusap wajahnya dengan kasar, kepala nya sakit bila mendengar suara tangisan.

"APA KAU TIDAK BISA BERHENTI MENANGIS??!!" Bentak pria itu ke Bella.

Dengan refleks Bella yg menangis duduk dikursi pun menutup mulutnya agar suara tangis nya tidak terdengar lagi, karena dibentak seperti itu.

"Kau!" Tunjuk Diftan dengan jari telunjuknya kearah Bella. "Kau itu hanya bisa menangis saja, dasar bodoh!! Mengapa perempuan seperti kalian itu sangat lemah sekali? Sangat tidak berguna!!" Ucap Diftan kesal.

Perempuan itu hanya bisa menunduk mendengar Diftan marah. Dia tidak berani menatap mata biru itu.

"Kau hampir diperkosa tadi, tapi mengapa kau tidak berinisiatif untuk melakukan perlawanan. Ada begitu banyak barang diruangan ini yg bisa kau gunakan untuk melawan nya. Bahkan diatas meja itu ada vas bunga, yg tidak jauh dari kursi itu. Kau harusnya bisa memukul kepala nya dengan benda itu!!!"

"Aku tidak berani tuan, bagaimana kalau dia meninggal. Aku pasti berdosa dan masuk penjara, dan tidak ada yg menjaga ibuku lagi nanti." Jawab gadis itu.

"Dasar bodoh! Idiot! Bisa-bisanya kau memikirkan dia meninggal, peduli setan dengan itu!! Dengar, kau itu hanya seorang manusia, bukan malaikat! Jadi berperilakulah layak nya manusia! Jika ada yg jahat padamu, maka kau harus membalasnya! Jika kau ditampar, tampar balik! Jika kau dipukul, pukul balik!! Jangan hanya bisa menangis seperti orang bodoh dan idiot." Ucap Diftan dengan emosi.

Karena Bella takut melihat Diftan, jadi dia hanya menganggukkan kepala nya saja.

Terdengar Diftan menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Sekarang, ikut aku!" Ucap Diftan sambil berjalan keluar pintu ruangan nya. Gadis itu pun mengikutinya dari belakang.

Sekertaris Diftan langsung berdiri dari kursi nya dan menunduk memberi hormat, saat melihat bos nya itu keluar dari ruangan. Bella yg berada dibelakang Diftan pun ikut menundukkan kepala nya kearah ke sekertaris itu, karena dilihatnya perempuan itu menunduk. Sekertaris Diftan pun hanya tersenyum melihat tingkah gadis kecil itu yg sangat polos.

Setibanya diparkiran, Diftan menyuruh Bella ikut masuk kedalam mobil. Pria itu sudah memakai sabuk pengaman nya, dilihatnya perempuan itu belum memakai seat belt ditubuhnya.

"Pasang seat belt mu." Ujar Diftan pada Bella.

Bella menatap Diftan, dia bingung apa itu seat belt?

Pria itu menghela nafas nya, karena Bella tak kunjung melakukan apa yg disuruh oleh pria itu.

Lalu dia melepas sabuk pengaman dari tubuhnya dan mendekat kearah ke kursi Bella. Gadis itu menahan nafasnya saat tubuh Diftan begitu dekat dengan nya.

Wajah Bella memerah saat tangan Diftan tidak sengaja mengenai dada nya saat memasang sabuk pengaman ditubuhnya. Sementara pria itu tetap memasang wajah serius dan datar nya.

Diftan melihat wajah Bella dari jarak dekat setelah memasang sabuk itu.

"Ini namanya seat belt, yg artinya sabuk pengaman. Mengerti?"

Bella hanya mengangguk kan kepalanya. Lalu Diftan kembali ke posisi duduknya seperti semula dan memasang seat belt nya sendiri.

Pria itu membawa Bella kesebuah toko butik. Gadis itu hanya bisa menganga melihat baju dan gaun yg cantik.

Salah satu pegawai butik itu mendatangi mereka.

"Carikan pakaian yg bagus dibutik ini untuk dia." Ujar Diftan pada pegawai perempuan itu.

"Emm... gaun atau...." Ucapan pegawai itu langsung dipotong oleh Diftan.

"Semuanya, carikan saja yg cocok dan pantas ditubuhnya. Jangan yg terlalu terbuka, sesuaikan dengan umur dan wajahnya." Ucap Diftan.

Pegawai itu pun mengangguk dan membawa banyak pakaian untuk dicoba Bella. Gadis itu masuk kedalam ruang ganti. Bella sangat syok melihat harga-harga baju dan gaun itu.

"Astaga, ini mahal sekali!" Pekik Bella dalam hati.

Lalu dia mencoba memakai gaun pendek itu, dan Bella sangat cantik dengan gaun mini yg bewarna hitam itu. Dia keluar ingin menunjukkan gaun itu pada Diftan, namun pria itu tidak tampak.

"Nona mencari pria tampan itu?" Tanya pegawai tadi.

"Iya mbak."

"Dia pergi keluar karena ada seseorang yg menelpon nya tadi."

"Ooh, saya kira saya ditinggalin disini. Yaudah saya ganti baju lagi dulu deh." Ucap Bella.

Bella masuk lagi kedalam dan memakai baju nya kembali. Dia tidak mau mencoba baju yg lain lagi, dia tidak mau merepotkan ataupun dikasihani pria itu. Dia tidak akan mengambil baju dan gaun itu.

Dia pun keluar dari ruangan baju ganti itu dan karena dia jalan menunduk, tubuhnya pun menabrak seseorang.

"Maaf... maaf saya tidak sengaja." Ucap Bella dan berjongkok sambil mengambil barang yg terjatuh dari tangan pria itu.

"Iya tidak papa." Jawab pria itu dengan suara bariton nya.

Bella pun memandang wajah pria itu. Keningnya Bella mengernyit saat melihat wajah itu.

"Mas orang yg baik yg waktu itu kan?" Ucap Bella.

"Apa kita pernah bertemu?" Jawab pria itu dengan wajah bingung.

"Saya pernah menjual kartu ke mas, ingat ga?"

Pria itu tampak berfikir lalu sesaat dia ingat. "Oh iya iya, saya ingat."

Gadis itu pun tersenyum.

"Mas, apa kabar? Sehatkan?"

"Ya kamu bisa lihat sendiri, saya sehat kok. Oh iya gimana kerjaan kamu? Masih menjual kartu?"

Bella menggeleng. "Saya udah dipecat mas."

"Oh maaf, saya tidak tahu. Jadi sekarang kamu kerja disini?"

"Enggak, saya kesini cuma menemani seseorang. Saya masih pengangguran."

"Oh begitu, hemm... kalo kamu mau, saya bisa memberikan kamu pekerjaan."

"Benarkah?" Tanya Bella senang.

Pria itu mengangguk, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam dompet nya. "Ini kartu nama saya, disana ada nomor ponsel saya. Kalo kamu niat mencari pekerjaan, hubungi saja saya."

Bella menerima kartu nama itu. "Tapi saya hanya lulusan SMA mas."

"Tidak masalah, kan saya yg akan kasih kerjaan langsung. Jadi jangan minder gitu."

"Iya terimakasih."

"Oke, saya balik dulu. Tadi saya kesini cuma mau beli hadiah untuk teman saya."

"Oh iya-iya, hati-hati mas." Bella melambaikan tangan nya.

Sesaat dia ingat baru ingat, kalo dia lupa memperkenalkan diri nya pada pria itu.

Dilihatnya nama pria itu dari kartu yg diberikan kepadanya.

"Oh jadi nama nya mas Juan Benito. Nama nya keren, seperti orang nya." Ucap Bella tersenyum.

Sementara dari arah sudut lain, pria bermata biru tadi sudah menatap mereka berdua dari kejauhan. Lalu pria langsung itu menelpon bawahan nya.

"Hallo bos?" Terdengar suara Reza diujung telpon itu.

"Aku ingin kau menyelidiki seseorang."

"Baik bos, siapa kali ini?"

"Cari tahu ada hubungan apa Juan Benito dengan gadis yg bernama Arabella."

"Hemm... gadis yg waktu itu bos?"

"Iya, cari informasi sedetail-detailnya."

"Baik bos, segera dilaksanakan."

Diftan menutup ponsel samsung nya. Itu adalah ponsel khusus menelpon bawahan nya. Sedangkan ponsel apple nya yg sudah hancur adalah untuk pribadi. Diftan tidak pernah membagikan nomor ponsel nya pada siapa pun, jika ada yg ingin bertemu dengan nya maka harus membuat janji dengan sekertaris nya dahulu.

Lalu Diftan berjalan menghampiri Bella. "Apa kau sudah mencoba semuanya?"

Bella membalikkan badanya ketika mendengar suara Diftan.

"Iya, saya sudah mencoba nya tuan. Semuanya bagus sekali, tapi...."

"Tapi apa?"

Gadis itu berjinjit kearah telinga Diftan dan berbisik pelan. "Harga nya mahal sekali tuan."

"Lalu?" Pria itu menaikkan sebelah alisnya yg tebal.

"Aku tidak punya uang."

"Aku yg akan membayarnya."

"Oh tidak usah tuan, tidak usah." Ucapnya sambil melambaikan dua tangan nya untuk menolak. "Lagi pula aku tidak tahu, mau dipakai kemana itu semua bajunya. Jadi tidak usah dibeli tuan."

"Ambil semua pakaian yg kau coba tadi."

"Tidak usah tuan, beneran deh, sumpah, aku tidak...."

"Aku bilang ambil ya ambil!!" Ucap Diftan memotong perkataan Bella.

"Tapi tuan...."

"AMBIL!!" Bentak Diftan.

Bella menunduk. "Ba-baiklah, tapi aku ambil satu saja ya tuan." Ucapnya sambil menatap Diftan lagi dengan wajah memohon.

Diftan hanya memberikan tatapan kematian pada gadis itu. Bella yg takut melihatnya pun nyalinya langsung ciut dan menundukkan lagi kepala nya.

"A-aku akan mengambil semuanya." Ucap Bella.

Dalam perjalanan pulang Bella tidak berani menatap Diftan didalam mobil, dia terus menghadap ke kaca jendela saja.

Sampai akhirnya mereka tiba digedung apartement. Mereka langsung berjalan kearah lift yg khusus untuk menuju penthouse nya Diftan.

Di lain sisi, ada seorang perempuan yg sedang menatap mereka berdua dari kejauhan. Namun dia tahu kalo pria yg sedang berdiri didepan lift itu adalah Diftan Pablo. Namun ada yg membuatnya bingung, siapakah gadis yg berdiri disamping pria tampan itu.

Rachel Paramitha Marwan menggeram melihat gadis yg bersama Diftan itu. Dia tadi habis bermain dari apartement teman nya. Rachel tidak menduga kalo Diftan juga berada satu gedung dengan teman nya itu. Saat dia ingin menghampiri Diftan, tiba-tiba dia melihat ada seorang gadis muda yg membawa barang belanjaan dan langsung berdiri disamping pria itu.

Dilihatnya Diftan dan gadis itu masuk kedalam lift khusus untuk sebuah penthouse.

"Sialan!! Siapa gadis muda itu? Mungkinkah seorang pelacur? Tapi gadis itu tidak terlihat seperti pelacur!"

Rachel tampak berfikir keras, sampai akhirnya dia menemukan jawaban nya. "Kurasa itu adik nya, iya aku ingat papi pernah bilang kalau Diftan itu punya seorang adik tiri perempuan. Mereka lahir dari rahim yg sama tapi berbeda ayah kandung."

Tiba-tiba Rachel memiliki rencana untuk mendekati Diftan. Yah, dia berencana untuk mendekati adik perempuan Diftan supaya bisa merebut hati pria itu.

7-Juli-2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top