The Tale of Six Trillion and Over Night
Jumlah kata : 1.697
Halo yang di sana. Apa kabar?
Kali ini aku akan menceritakan sebuah kisah yang diambil dari sebuah lagu. Tentang sebuah persahabatan dua bocaah kecil.
Apa kau rela melakukan apapun untuk sahabatmu?
-----------------------------------------------------------
Di sebuah desa antah berantah yang terkanal makmur dan sejahtera, hiduplah seorang bangsawan yang bahagia.
Ini bukanlah kisah tentang dirinya. Tapi sebuah kisah tentang salah satu sumber bahagianya. Yaitu seorang bocah remaja yang menjadi penghiburnya.
Bocah tak bernama itu adalah seorang budak. Dia diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi oleh sang bangsawan maupun rakyat desa.
Alasanya karena dia berbeda. Tidak seperti yang lain, dia memiliki kulit pucat, rambut putih dan mata merah. Karena inilah dia dianggap sebagai anak iblis. Dia ditangkap dan di perlakukan dengan keji oleh semua orang.
Kedua orang tuanya tidak diketahui keberadaanya. Mereka diduga melarikan diri setelah menjual anak mereka kepada sang bangsawan. Sungguh orang tua yang baik hati. Semoga mereka membusuk di neraka.
Sang bangsawan selalu menyuruh orang membawanya untuk menghibur dirinya kala dia merasa kesal.
Seperti saat ini. Bocah itu dibawa keluar dari penjaranya di bawah tanah. Dengan tangan yang diikat, dia diiring ke kediaman bangsawan. Saat melewati desa, semua orang memandangnya seperti mahluk menjijikkan. Sesekali anak-anak melemparinya dengan batu. Tidak ada yang peduli padanya. Mereka menertawakannya saat dia kesakitan.
Dengan air mata kesakitan dia melihat orang-orang itu, berharap ada yang mau mengerti dirinya walau sedikit. Tapi dia sadar itu hanya impian yang tidak akan terwujud.
Saat dia tiba di tujuannya, perlakuan yang diterimanya semakin buruk. Mereka menendang, memukul bahkan menusuk bagian dalam kukunya dengan bambu yang telah di tajamkan. Demi rasa puas mereka.
Semua orang tertawa dalam kesakitannya. Tapi dia tidak dapat membalas. Dia hanya berharap agar dia cepat mati.
Setelah puas meyiksa dirinya, mereka kembali melemparnya kedalam penjara. Mereka tidak menutup pintunya, kerena mereka percaya anak itu tidak akan berani keluar.
Anak itu hanya bisa menerima takdirnya. Dia tidak bisa berbuat apapun. Bahkan mengutuk mereka yang berbuat keji kepadanya saja tidak bisa. Dia membenci kelemahannya. Dia selalu mengangap Tuhan tidak adil. Dia membenci segalanya dan berharap semuanya lenyap.
Tapi Tuhan tidak meninggalkannya. Dia memberikanya sesuatu yang akan menjadi alasanya untuk mensyukuri hidupnya. Yang akan dia perjuangkan hingga mati.
Suatu hari seorang gadis kecil datang ke penjaranya karena rasa ingin tahu. Gadis yang kurus dan mungil. Gadis itu berkulit dan berambut putih seperti dirinya. Tapi matanya berwarna biru seperti langit.
Gadis itu hanya memandang bocah lelaki itu dengan pandangan terkejut. Entah apa yang membuatnya terkejut, entah itu karena penampilannya yang mengerikan atau kerena dia berlumur darah dan penuh lebam. Dia tidak tahu, tapi tidak bisa bertanya karena dia sudah tidak punya lidah untuk berbicara.
“Siapa namamu?” tanyanya.
Bocah itu hanya menggeleng dan membuka mulutnya untuk menunjukka lidah yang telah menghilang.
“Oh astaga. Maafkan aku.” Gadis itu menunduk meminta maaf. “Namaku Ai. Bolehkan aku panggil kau Sky?”
Bocah itu memiringkan kepalanya bingung. Kenapa gadis itu mau menamainya?
“Jika kau bertanya kenapa aku memanggilmu Sky, itu karena warna matamu seperti langit kala hujan reda disore hari.”
Mata anak itu membulat. Dia tidak pernah melihat langit. Karena kepalnya selalu menunduk. Dia tidak pernah menyangka kalau langit begitu indah sehingga gadis ini terseyum lebar saat menceritakannya. Begitu mempesona.
“Mari kutunjukkan.” Dengan semangat gadis itu menarik tangannya keluar penjara.
Tubuhnya sakit saat dipaksa berjalan. Tapi rasa sakitnya hilang kala melihat langit senja untuk pertama kalinya. Dia tidak pernah tahu kalau langitnya akan seindah ini.
“Bagaimana? Indahkan?” Tanya Ai yang hanya dibalas anggukan oleh bocah lelaki itu. “Tapi langitnya akan lebih indah jika setelah hujan. Kalau beruntung kita bisa melihat pelangi.”
Bocah itu memandang antusias Ai. Dia tertarik mendengar cerita gadis itu.
“Iya, pelangi! Baiklah, aku janji kita akan melihat pelangi bersama. Tapi sebelum itu, boleh kan aku menangilmu Sky?”
Dengan cepat bocah itu mengangguk. Mulai hari itu namanya adalah Sky. Dan hari itu juga dia mendapatkan teman. Di bawah cahaya mentari sore mereka menutkan kelingking membuat janji.
Setiap hari menjadi hari yang menyenangkan untuk Sky. Karena seberkah harapan datang kedalam hidupnya. Harapan itu adalah Ai, temannya satu-satunya.
Mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Ai selalu menceritakan pada Sky kisah-kisah. Dan Sky selalu mendengarnya dengan semangat. Memang mereka sulit untuk berkomunikasi, tapi hati mereka saling terhubung.
Perasaan mereka saling terikat.
Walau Sky selalu disiksa oleh bangsawan dan orang-orangnya, tapi dia tidak seperti sebelumnya. Dia tidak lagi membenci dunia dan seisinya. dia bersyukur telah dilahirkan walau dalam rasa sakit dan menderita. Karena Ai telah menunjukkan bahwa dunia tidak seburuk yang dia bayangkan. Berkat Ai pula, Sky percaya keajaiban akan datang padanya.
Saat hujan turun tidak membuat surut niat kedua bocah itu untuk menjelajah padang rumput. Padang rumput itu terletak tak jauh dari tempat Sky ditahan. Mereka selalu bermain dan bercanda di sana. Jika lapar buah yang tumbuh liar dapat mereka makan.
Mereka menggunakan daun talas untuk melindungi diri dari tetesan air. Mereka melompat kesetiap genangan yang ada. Bermain dengan ceria. Setelah letih berjalan, pohon akasia tua yang besar jadi tempat mereka beristirahat. Di bawahnya mereka bergandengan tangan sambil menanti langit cerah. Menanti pelangi muncul. Dan pulang kala lagit telah menghitam.
Ada hari indah, ada pula hari yang mengerikan.
Karena tergelitik rasa penasaran, Sky mencari tempat tinggal Ai. Gadis mungil itu selalu menghindar dan mengelak jika Sky ingin tahu tentangnya. Dan dia tidak pernah menceritakan dirinya sendiri.
Dengan mengikuti naluri, dia menemukan sebuah penjara lain. Sky memberanikan diri untuk menelusurinya. Ruangan penjara ini tidak berbeda dengan penjara miliknya, gelap, pengap, dan suram. Tempat yang tidak pantas orang datangi.
“He-hentikan kumohon ....”
Samar Sky dapat mendengar suara. Hanya sekali dengar dia mengetahui itu adalah suara sahabatnya, Ai.
Dengan terburu-buru dia mendatangi sumber suara itu. Sebuah ruangan yang di tutupi dengan pintu kayu yang besar dan bagus.
Sky merasa aneh, kenapa ada pintu sebagus ini di tempat seperti ini? Tapi dia singkirkan pikirannya jauh-jauh. Yang penting sekarang adalah sahabatnya Ai!
Dengan keras dia mendobrak pintu itu. Demi melihat apa yang matanya tangkap, otaknya berhenti bekerja.
Dia melihat sebuah ranjang mewah, sang bangsawan, dan Ai yang sedang ditindih oleh sang bangsawan. Yang lebih mengagetkan adalah Ai yang tidak menggunakan kain sehelai pun.
Orang yang tidak pernah mendapat pendidikan layak seperti Sky pun langsung tahu apa yang sedang terjadi. Sahabatnya telah jadi tempat pelampiasan nafsu bihari dari sang bangsawan bajingan.
‘Bunuh ….’
Untuk pertama kalinya Sky merasa semarah ini. Dan ini pertama kalinya dia sangat ingin membunuh orang lain. Terutama saat melihat wajah lebam dan air mata di pipi Ai.
Tidak ada yang boleh menjadi menyedihkan kecuali dirinya. Terutama sahabatnya, Ai.
Dengan sekuat tenaga dia menerjang sang bangsawan. Bangsawan laknat itu sendiri tidak dapat merespon dengan cepat serang tiba-tiba ini. Mereka berdua terguling di lantai. Mereka berhenti saat Sky menduduki sang bangsawan. Dengan sekuat tenaga dan amarahnya, dia memukul bangsawan tanpa ampun. Seperti orang gila.
Ai tidak bisa melakukan apapun. mentalya sudah hancur. Dia hanya bisa menangis melihat kemarahan Sky.
Selama ini dia bisa menghindari kejadian tidak enak ini dari sang bangsawan. Walau akhirnya dia harus berakhir dengan menjadi babu dan mainan istri bangsawan. Tapi itu masih lebih baik di banding menjadi pelacur. Walau dia adalah manusia buangan, dia tidak ingin menjadi manusia rendahan. Namun semua sudah hancur.
Pergelutan kedua laki-laki itu diungguli oleh Sky yang menggila. Sang bangsawan tidak bisa melawan. Darah telah keluar dari unjung bibir maupun hidungnya. Dia kalah melawan bocah yang selama ini dia anggap mainan.
Tapi pikiran liciknya tidak diam. Melihat Sky yang kehabisan nafas dan mulai melambatkan pergerakannya, dia menemukan kesempatan. Ditariknya belati di sakunya perlahan, dan saat melihat Sky lengah, langsung ditusuk belati itu ke dada Sky.
Tapi dia salah perhitungan.
Dengan cepat Sky menghindar. Kesempatan si bangsawan telah hilang. Sedangkan Sky yang dimakan amarah, mengambil belati itu dan menusuknya ke wajah bangsawan. Telak mengenai matanya.
Darah memancar kemana-mana. Sang bangsawan berguling kesakitan. Sky masih belum puas. Dia kembali menancapkan belati itu ke dada, perut, dan kepala bangsawan secara beringas.
Setelah bangsawan berhenti bergerak, barulah Sky berhenti menggila.
Sadar telah membunuh bangsawan yang berkuasa, Sky berdiri dan menarik Ai keluar ruangan terkutuk tersebut. Ai yang menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya hanya bisa ikut tanpa protes, dia masih terguncang.
Mereka berlari keluar penjara. Langit telah menggelap tanpa diduga. Waktu telah banyak terlewat di dalam penjara.
Sky maupun Ai tidak bisa pergi begitu saja. Jika mereka membiarkan mayat sang bangsawan, seseorang akan menemukannya. Hanya tinggal waktu mereka di tangkap dan disiksa kembali.
Mereka tidak mau itu terjadi.
‘hancurkan semuanya ….’
Bisikan setan kembali menggema di telinga Sky. Membuat bocah delapan belas tahun itu memiliki rencana jahat.
Dia meninggalkan Ai yang terguncang di bawah pohon akasia besar, tempat mereka selalu bermain. Setelah itu dia berlari ke kediaman bangsawan di tengah desa secara hati-hati.
Semua orang telah terlelap, tidak ada yang menyadari bahwa bangsawan telah mati atau seorang budak telah menyusup ke rumah besar tersebut dan mencuri minyak. Dengan minyak tersebut, dia banjiri rumah bangsawan dan beberapa rumah disekitarnya.
Setelah menghabiskan minyak, obor yang menyala tak jauh dari tempatnya berdiri dia lempar ke genangan minyak.
Api yang terkena minyak langsung membesar dan membakar rumah megah itu.
Keterlambatan kesadaran orang terhadap kejadian ini, membuat api tidak terkendali. Tidak butuh waktu lama, api sudah melahap hampir setengah desa.
Orang-orang berlari menyelamatkan diri. Anak-anak, orang dewasa, semuanya tidak luput dari kobaran api. Tangisan dan keputusaasaan mewarnai langit malam.
Sedangkan pelaku kebakaran hebat ini hanya memandang dengan pandangan marah dan dingin. Dia tidak peduli pada mereka. Mereka juga tidak pernah peduli padanya. Ini impas.
Sky kembali ketempat ia meninggalkan Ai. Gadis kecil itu sudah tenang. Tapi air mata tidak berhenti mengalir di pipinya.
“Sky apa yang terjadi? Kenapa di sana ribut sekali?” lirihnya.
Sky menggeleng. Dia tidak ingin membuat Ai ketakutan. Cukup dia yang melihat kehancuran itu. Dengan lembut ditariknya Ai berdiri. Sky memberika beberapa pakaian yang dia curi di desa agar dikenakan Ai. Gadis itu hanya menurut.
‘Ayo kita pergi dari tanah laknat ini.’
Begitulah kata Sky dalam hati. Entah kemana mereka selanjutnya, tapi mereka akan melangkah pergi. Bersama mereka melangkah menjauh dari tanah tempat mereka dibesarkan dengan rasa sakit dan penderitaan.
Bersama bergandengan tangan menuju cakrawala yang telah disinari cahaya fajar yang dihiasi pelangi yang muncul tanpa diduga.
-----------------------------------------------------------
Wah, bukankah ini cerita yang panjang?
Apakah kalian bosan? Kuharap tidak.
Dan kedua bocah itu melangkah pergi tanpa tujuan. Mari berharap mereka menemukan tempat tinggal yang membuat mereka bahagia selamanya.
Sampai jumpa lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top