The Rain

Jumlah kata : 982

Hallo semuanya! Bagaimana kabar kalian? Aku harap kalian sehat dan bahagia.

Dan kali ini aku ingin menceritakan sebuah cerita lama yang dibuat oleh master. Dia bilang ini adalah kisah yang pertama kali dia tunjukkan kepada orang lain.

Selamat menikmati.

-----------------------------------------------------------

Hallo Rain, apa kabar? Ini aku Jenova.

Maaf aku baru bisa mengunjungimu sekarang. Entah kenapa belakangan ini aku tambah sibuk. Siftku ditambah. Bos memerasku dengan kerja lembur tanpa adanya gaji lebih. Menyebalkan bukan ?

Kuharap pak tua botak itu cepat sadar sebelum azab menimpanya!

Ah, bukan berarti aku mendoakannya tertimpa azab ya.

Aku sangat lelah. Makanya aku datang. Melihatmu membuat samangatku kembali meningkat. Power up !

Kau tahu, kau adalah hujan semangatku.

Oh iya, sudahkah aku memberi tahu mu? teman kita, Moon dan Sunny, mereka sudah menikah loh. Hebat bukan? Melihat seorang pria acuh dan dingin bersanding dengan gadis hiperaktif yang super duper cerewat itu,

Kadang aku heran, bagaimana mereka bisa bersama?

Ah, namanya juga cinta. Cinta tidak memandang perbedaan apapun kan?

Saat pesta resepsi, Moon dan Sunny berdebat tentang bagaimana cara mereka memotong kue. Melintang atau membujur. Butuh waktu hampir setengah jam untuk menenangkan mereka.

Aku hanya bisa geleng-geleng melihatnya.

Oh, yang paling seru adalah, saat Sunny melempar kue ke wajah Moon dan terjadilah perang makanan. Seketika pesta kacau, tapi itu adalah pesta yang menyenangkan.

Ah kau benar, membuang makanan itu tidak baik. Aku akan sampaikan nasehat juga amarahmu kepada mereka.

Hei, kadang aku berpikir, kapan kita bisa menjadi seperti mereka? Aku ingin sekali melihat kau menggunakan gaun yang kita kerjakan bersama. Kau pasti terlihat sangat cantik.

Memikirkannya saja sudah membuatku mimisan.

Ha ha ha. Jangan marah, aku hanya bercanda. Aku tidak membanyangkan hal yang aneh-aneh kok. Sumpah.

Lalu aku mau cerita juga soal Minerva. Hei, tenang aku tidak akan jatuh cinta lagi dengan gadis licik sepertinya. Di hatiku cuman ada kamu seorang kok.

Jadi, Minerva mendapakan balasannya. Dia ketahuan selingkuh dengan banyak pria, sehingga calon suaminya mencampakannya di depan kantor. Dan banyak sekali yang melihat loh. Persis seperti yang dia lakukan padaku dulu. Bedanya, aku tidak selingkuh.

Bahkan dia yang mengemis meminta kembali padaku. Lucu bukan?
Ingin aku tertawa jahat di depan wajahnya. Tapi sebagai laki-laki yang manly, aku menolaknya dengan halus dan meninggalkannya yang tersedu-sedu di depan parkiran kantor.

Perilakuku sudah sangat baik, kan? Lebih baik dibanding dirinya yang play girl?

Apa? Aku menangis karena ditinggalkannya?

Yang benar saja. Mana mungkin aku begitu.

Umm…

Baiklah. Aku mengaku. Aku memang pernah menangis sambil sesegukan di sampingmu karena dicampakkan Minerva.

Puas?! Ejek saja aku sesukamu. Tertawalah, aku suka saat sumpipit di pipimu kelihatan. Kau terlihat sangat manis.

Sekarang aku tidak secengeng itu, tidak seperti dulu dulu. Sebelum aku sadar seberapa brengsek dan liciknya dia. Kuharap dia mau merubah sikap kedepannya.

Seharusnya aku mendengarkanmu waktu kamu bilang bahwa dia hanya menguras isi dompetku. Tidak pernah mecintaiku secara tulus. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat. Maaf ya, aku dulu sangat keras kepala.

Aku tidak menangis kok. Hanya saja  mataku berkeringat. Serius.

Hei, melihat kerikil di sini membuatku ingat kebiasaan masa SMA kita.

Dulu setelah pulang sekolah, kita akan bertanding melempar batu di pinggir sungai dekat sekolah. Siapa yang paling banyak membuat pantulan dengan batu yang dilempar, dialah pemenangnya.

Ingatkah kau masa itu? Aku selalu kalah olehmu. Akibatnya aku selalu mentraktirmu siomay bang Ical. Kau sangat menyukainya kan?

Ah, iya! Bang Ical sekarang juga sudah menikah. Dia menikahi perempuan cantik dan baik hati dari komplek sebelah perumahan kita. Bukankah cocok dengan abang Ical yang humoris?

Aku harap mereka bahagia.

Aduh, jadi tambah ingin menikahimu kan …

Oke, ayo berganti topik.

Kini tentang adikmu, si kecil Shine. Dia sekarang sudah tumbuh dewasa dengan paras yang menipu. Trap sejati. Tingginya melampauiku, menyebalkan sekali.

Dulu, saat pertama kali bertemu -dia masih sepinggangku- aku pikir kalau dia itu perempuan. Makanya setiap datang aku selalu memberinya aksesoris rambut dan benda lucu. Aku senang saat dia tersenyum malu-malu dan berterima kasih karena hadiah kecilku. Dia anak yang manis.

Tapi aku langsung terkena serangan syok berat, saat kulihat dia bermain sepak bola dengan bertelanjang dada bersama anak laki-laki lain. Dan saat itu aku baru sadar dia itu laki-laki!

Kabarnya? Dia sehat sentosa. Dia menjadi pemain utama dalam tim sepak bola SMA-nya. Dia juga populer diantara para gadis. Dan dia sudah punya pacar loh.

Ah, dia suka datang kepadaku saat ingin curhat. Kadang teman kantorku salah paham dan mengira dia pacarku.

Ayah dan ibumu sering mengajakku makan malam bersama saat aku berkunjung bertemu Shine. Mereka selalu senang saat aku datang. Lebih senang dibanding orang tuaku sendiri.

Oleh karena itu, aku sudah menganggap kalau ayah dan ibumu adalah orang tuaku. Maaf ya aku mencuri mereka darimu.

Sungguh? Kau tidak marah? Terima kasih Rain.

Lalu Rain, kami semua sangat merindukanmu. Ibumu, ayahmu, Shine, bang Ical, Sunny, bahkan Moon yang cuek. Kami semua ingin tertawa bersamamu lagi.

Ingin mendengar cerita lucumu yang selalu bisa mencairkan suasana, ingin melihat mata birumu yang selalu memancarkan kebahagiaan, ingin mendengar omelanmu jika ada yang menganggu ikan koimu, dan segalahal tentangmu. Kami sangat merindukannya.

Terutama diriku.

Kadang aku selalu menangis mengingatmu. Dan hujan selalu bisa membuatku menangis mengenang dirimu.

Tapi saat aku mulai memaki diriku, bayanganmu yang tersenyum cerah mengingatkanku, bahwa aku tidak boleh terus bersedih.

Diakhir hujan selalu ada pelangi, kan?

Ah, sepertinya sudah sore. Aku punya janji dengan Shine dan Moon untuk membantu si kecil Shine mencari kemeja untuk prom night-nya. Sebaiknya aku pulang sekarang. Sampai jumpa lagi Rain.

Ini kuletakkan bunga kesukaanmu, bunga matahari. Bunga yang selalu melambangkan keceriaanmu dan kebahagiaanmu.

Semoga bunga di batu nisanmu lebih lama bertahan. Pasti akan bagus.

Ya kan, Rain?

Sampai jumpa bidadariku tercinta.

-----------------------------------------------------------

Wah, bukankah artinya si Rain itu sudah mati? Kenapa dia bercerita sepanjang itu kepada pusara orang yang dicintainya?

Hmm, aku tidak begitu tahu. Tapi ini kisah cinta yang menyedihkan. Aku tidak terlalu menyukainya.

Bagaimana menurutmu? Apa kau suka, atau tidak?

Aku ingin sekali mendengar pendapatmu.

Sampai jumpa lagi dikisah lainnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top