The last of the curse
Jumlah kata : 1.428
apakah kalian tahu sesuatu tantang kutukan? Apakah kalian pernah mengalaminya? Atau percayakah kalian dengan kutukan tersebut?
Jika iya, maka aku akan menceritakan kepada kalian tentang sesuatu yang terkutuk. Yaitu seorang yang dikutuk tanpa tahu apa yang menjadi dosanya sehingga dia dikutuk.
-----------------------------------------------------------
Seorang bayi perempuan yang manis lahir ke dunia dengan sehat. Seluruh orang bahagia dan merayakannya. Entah bagaimana, tatapan dari sang bayi dapat membuat semua orang langsung jatuh cinta padanya. Dan namanya adalah Lily.
Bayi mungil yang diberkati.
Begitlah yang orang lain pikir. Dia dilahirkan untuk dicintai. Namun tetap saja ada yang meletakkan benci padanya.
Dia adalah Dewi Meredhit. Sang Dewi sangat tidak senang akan kelahiran bayi mungil tak berdosa tersebut. Hal itu disebabkan karena perhatian orang lebih bayak untuknya dari pada Sang Dewi sendiri. Katakanlah Cemburu.
“Oh betapa lucunya bayi ini.” Katanya sambil menahan dongkol. “Mari kita bermain-main dengan memberinya sihir.”
Namun bukan sihir yang baik yang terbayangkan olehmu, Sang Dewi malah memberi sihir berupa kutukan kepadanya.
Lily kecil yang malang. Kutukan padanya muncul saat dia berusia enam tahun. Mata kananya menjadi kuning seperti kucing. Sangat berbeda dengan mata kirinya yang sebiru langit. Semua orang kaget dan juga ketakutan.
Hilang sudah kasih sayang mereka padanya. Berganti dengan rasa takut dan jijik. Akhirnya Lily kecil dikucilkan. Bahkan orang tuanya takut padanya. Mereka membesarkan Lily layaknya binatang ternak.
Lily diasingkan ke sebuah gubuk kecil di pinggir desa. Dia hanya diberi makan satu kali sahari oleh orang tuanya, membuatnya menjadi kurus. Pakaian yang di berikan padanya adalah pakaian bekas layaknya kain pel. Gubuk itu dibangun dengan bambu dan beratap jerami. Saat hujan atau malam yang dingin datang, Lily akan kedinginan karena tidak ada selimut atau penghangat. Hanya ada jerami yang ditumpuk sebagai kasurnya.
Walau diperlakukan dengan buruk, Lily tidak pernah sedikitpun membenci mereka yang memperlakukannya dengan sangat kejam. Malah Lily mendoa kan kebaikan untuk mereka. Sungguh gadis kecil yang baik.
Beberapa tahun telah berlalu, dan Lily kecil sekarang telah menjadi remaja yang cantik. Seandainya kutukan pada matanya tidak ada, maka dia akan menjadi yang tercantik. Cantik luar maupun dalam.
Lily kadang suka berjalan ke luar gubuk untuk pergi ke sebuah reruntuhan kuno yang menjadi tempat bermainnya. Di reruntuhan tersebut Lily mendapat banyak hal. Mulai dari selimut tua hingga buku-buku yang menjadi sumber hiburan baginya. Apalagi reruntuhan kuno itu terletak di sebuah padang bunga lily. Semakin membuatnya menjadi suka pada tempat itu.
Reruntuhan ini tidak pernah tersentuh warga, karena mereka percaya adanya kutukan di sana. Jadi tidak ada siapapun yang akan menganggunya di sini.
“Kau pasti kesepian selama ini,” Lily berkata pada bangunan tua itu. “Aku juga di kutuk dan sendirian. Kalau bisa meminta sesuatu, aku ingin memiliki teman. Dan kau pun pasti demikian. Maka aku akan menjadi temanmu.”
Hanya hembusan angin yang menabrak dinding tua tanpa atap itu yang menjawab Lily.
Sudah sekitar sepuluh tahun yang lalu Lily menemukan reruntuhan ini. Dan selama itu pula dia menganggap reruntuhan ini temannya. Tapi di lubuk yang paling dalam hatinya, dia ingin mempunyai teman seorang manusia. Dia lelah sendirian.
Dan nampaknya takdir mengabulkan keinginannya.
Saat usianya tepat tujuh belas tahun, Lily berniat mengunjungi reruntuhan untuk merayakannya bersama seperti yang sudah-sudah. Namun dia dihadang oleh anak-anak desa yang sepantaran dengannya.
“Lihat itu gadis terkutuk.”
“Berhati-hatilah, atau tidak kau akan ikut terkutuk.”
Dan mereka menertawakan Lily yang hanya bisa menunduk sedih.
Siapapun pasti akan marah dan ingin menangis saat dihina begitu. Tapi Lily tidak bisa menangis. Jika dia menangis maka mair matanya tidak akan berhenti mengalir dan dia akan menjadi anak yang menyedihkan.
“Kau tahu,” mereka masih meneruskan perolokan mereka. “Kenapa tikus dianggap begitu kotor? Layaknya dirimu?”
Lily tidak dapat menjawab.
“Kalau begitu beritahu padaku dengan jelas seberapa kotor tikus itu bagimu. Terangkan agar diriku yang tak dapat melihat ini mengerti!”
Seorang remaja lelaki berdiri diantara Lily dan anak-anak yang mengoloknya. Layaknya seorang kesatria.
Mereka yang dicecar dengan perintah cerdas seperti yang lelaki itu katakan tak dapat bersuara, mereka tidak tahu.
“Ini merupakan diskriminasi tidak masuk akal. Apakah begitu kotor tikus bagimu?” Anak-nak desa itu mundur karena adanya intimudasi dari lelaki buta tersebut. “Jangan lakukan lagi!”
Mendengar bentakan seperti itu, anak-anak itu melarikan diri. Sedangkan Lily, walaupun hatinya sedang di penuhi oleh kebahagiaan karena inilah kali pertamanya ada yang membelanya, tapi air matanya tidak dapat berhenti mengalir.
“Hiks.”
“Menangislah, kau tidak boleh menahan perasaanmu begitu. Lawanlah mereka. ”
Dan setelah itu mereka menjadi teman. Nama lelaki itu adalah Peter. Dia seorang bangsawan, namun karena kebutaaan yang dia alami sejak lahir membuatnya mendapat perlakuan berbeda dibanding saudaranya. Dan sekarang dia diasingka keluarganya kepinggiran desa. Awalnya dia sedih, dan menenangkan diri dengan berjalan-jalan. Dan disanalah dia mendengar olokan anak desa kepada Lily.
Berdua, mereka menghabiskan banyak waktu bersama. Lily mengajak Peter mengunjungi teman petamanya, reruntuhan kuno.
Mulai dari ngobrol, Lily yang menceritakan kisah di buku pada Peter, sampai mereka berguling di padang bunga lily. Seperti saat ini.
“Jika bisa, aku ingin menjadi gadis biasa di hadapanmu. Tapi sekarang aku hanya gadis terkutuk.” Ujar Lily sedih.
Mendengar itu Peter tersenyum lembut. “Kau adalah gadis yang baik hati. Namun kau selalu menyalahkan dirimu sendiri.”
‘dan aku ingin melakukan sesuatu untuk mengembalikan senyumanmu,’ pikirnya.
Dengan lembut Peter meletakkan bunga lily yang lembut di dekatnya. Bagi Peter, bunga lily adalah bunga yang menakjubkan, sama seperti Lily.
Namun kebahagian yang baru saja Lily temukan tak pernah bertahan lama. Dewi Meredith memiliki rencana jahat.
“Ternyata ada yang tetap memberinya kasih sayang ya? Kalau begitu, akan ku bersihkan matanya. Kita lihat, jika laki-laki itu bisa melihat wajah jeleknya apakah dia tetap memberinya kasih sayang?”
Peter mendapati dirinya bisa melihat dipagi hari. Kehebohan terjadi di kediamannya. Bahkan warga desa mendengarnya dan sangat terkejut. Berita tersebut juga telah sampai pada Lily.
Lily bahagia, namun juga sedih. Dia yakin Peter pasti akan membencinya setelah melihat wajah Lily. Dan dia hanya bisa menyampaikan kesedihannya pada rerunntuhan kuno, teman pertamanya.
Tanpa disangka, Sang Dewi menjumpai Lily. Kedatangannya membuat semua bunga lily berubah warna menjadi hitam. Lily hanya bisa ketakutan.
“Lihatlah bunga ini,” kata Sang Dewi sambil memetik salah satu bunga lily. “Inilah bunga lily hitam yang menyedihkan. Dan kau akan mendapatkan hadiah darinya.”
Lily menatap sedih bunga lily tersebut. Saat hendak menerima bunga yang di sodorkan Sang Dewi, dengan sengaja Meredith menjatuhkannya. Kedatangannya memang hanya untuk menghina manusia yang pernah mengambil perhatian orang darinya.
“Kita lihat, apakah dia masih ingin bersamamu? Jika iya, sihirku akan lenyap karena cintanya dan aku akan berhenti mengusik takdirmu.” Namun Meredith tersenyum meremehkan. “Heh, tapi itu jika dia tidak takut melihat wajah jelekmu.”
Bersama tawa sarkasnya, Meredith menghilang meninggalkan Lily yang menangis.
“Ah, ini pasti hukuman untukku.” Lily memungut bunga yang dibuang Meredith sebelumnya. “Seharusnya orang sepertiku tidak boleh punya teman. bukan, seharusnya aku tidak boleh jatuh cinta.”
Ya, Lily jatuh cinta pada Peter. Orang yang tidak pernah menjauhinya. Walaupun telah mengetahui tentang kutukannya.
“Apakah sebaiknya aku mati saja?”
Pikiran Lily telah dipenuhi dengan kegelapan. Hatinya sakit dan kesedihan menelannya. Tapi takdir selalu memberinya sebuah cahaya disaat keputusasan datang.
“Jangan!” seseorang yang dituntun takdir mencegah Lily membunuh dirinya.
Tanpa disadari Lily maupun Meredith, Peter mendengar percakapan mereka dari awal. Kehadiran Peter disana karena dia sangat ingin bertemu dengan Lily dan memamerkan kesembuhannya. Peter sangan kesal dengan apa yang dilakukan Meredith pada Lily, tapi dia tidak bisa melawan seorang Dewi. Makanya dia hanya bisa menyaksikan saat Meredith mengolok Lily.
“Jangan melakukan sesuatu yang berbahaya.”
“Pater,” kata Lily dengan lirih. “Kau pasti sangat takut dengan wajahku yang terkutuk ini kan? Lebih baik kau jauhi orang sepertiku.”
Tapi Peter tidak mendengarkan Lily dan memeluknya. Lily sangat terkejut.
“Tidak. Aku tidak akan menginggalkanmu. Aku tidak peduli dengan wajahmu yang terkutuk karena hatimu yang bersihlah yang terbaik. Bagiku sekarang atau pun selamanya kau adalah gadis tercantik di dunia.”
“Tapi, tapi, aku terkutu-”
Sebelum Lily bisa mengakhiri kalimatnya, Peter dengan lembut mengecup dahinya.
“Mulai dari sekarang hingga kita mati, aku akan selalu bersamamu dan tidak akan meninggalkanmu. Dan kau akan selalu menjadi gadis normal yang tidak akan pernah terkutuk.”
Seperti yang Peter katakan. Kutukan yang ada pada Lily lenyap karena cinta tulusnya. Mata kuning Lily kembali menjadi berwarna biru. Meredith menepati ucapanya.
Sambil menangis Lily tersenyum bahagia.
“Terima kasih. Dan aku mencintaimu.”
Dan mereka pun hidup bahagia dengan cinta yang tidak pernah pudar selamanya.
-----------------------------------------------------------
Berakhirlah kisah sang terkutuk dengan bahagia.
Bukankah ini kisah cinta yang manis?
Aku sangan menyukai cinta yang begitu tulus tanpa memandang penampilan luar dan didasari kabaikan hati.
Kisah ini juga mengajarkan kita untuk selalu mempercayai kebaikan dan mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.
Ah tahukah kau? Bahwa kisah yang baru saja aku sampaikan adalah kisah yang dilagukan?
Aku Stella, dan sampai jumpa lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top