Hocus Pocus
Jumlah kata : 1.024
Abracadabra, simsalabim, dan sebagainya adalah mantra yang biasa digunakan oleh seorang pesulap.
Para pesulap menggunakan mantra untuk mengalihkan perhatian penonton dari trik yang akan dilakukannya. Agar sulapnya berhasil.
Berbeda daengan pesulap, para penyihir menggunakan mantra untuk membuat sihirnya aktif.
Nah, kali ini ceritaku tentang sebuah mantra yang akan mengalihkan perhatian dan membuat sihir yang menghasilkan kebahagiaan.
-----------------------------------------------------------
Kebahagian.
Apa itu kebahagian? Kenapa manusia bisa bahagia? Kenapa aku tidak bahagia?
Dua puluh tahun aku hidup, namun tidak ada sedikit pun kebahagiaan yang bisa aku lihat. Aku tumbuh tanpa kebahagiaan.
Namun akhirnya Tuhan memberiku sebuah kebahagian.
Suatu hari, aku berjalan di sebuah taman saat malam hari. Aku meliahatnya, aku melihat seorang gadis kecil yang termenung di sebuah ayunan.
Dari jarakku berdiri dapatku lihat keadaanya. Perban dan plester luka banyak menutupi tubuhnya. Dan tatapnya kosong.
'Ini sakit, ini kejam.'
Seolah itulah yang hatinya suarakan dengan keras. Aku dapat merasakannya.
Tapi tidak adakah yang datang menyelamatkannya?
Pada suatu kesempatan, dia menatap padaku. Mata kami saling berpandangan.
Dan dia tersenyum dengan ringannya.
Saat itu aku tersentak. Aku seorang wanita berusia dua puluh tahun hidup tanpa pernah bisa bahagia, namun tidak pernah tersenyum seringan itu.
Sedangkan dia, gadis kecil sekitar sepuluh tahun yang kebahagiaannya telah di renggut, namun dapat terseyum dengan begitu lapang dan ringannya kepada orang asing sepertiku.
Ketidakadilan macam apa ini?
'Aku harus menyelamatkannya!'
Begitulah hatiku berteriak. Dan dimulailah kehidupanku bersamanya.
****
Malam saat aku melarikan diri dari kekejaman orang tuaku, dia datang. Aku yang sedang duduk di ayunan sambil melamun dan terseyum padanya.
Sapaan ringan.
Hanya itu niatku waktu itu. Tapi Tuhan memberiku sesuatu yang selama ini aku cari. Kebahagian.
Dia datang padaku dan membawaku bersamanya. Dan anehnya aku sama sekali tidak merasa terancam. Namun kehangatan.
Mulai saat itu aku tinggal bersamanya di sebuah rumah yang telah lama di tinggalkan di pinggir kota. Bersamanya dalam kesederhanaan kami hidup. Tapi tidak sedikit pun aku merasa sedih.
Dia memotong pendek rambutnya. Aku yakin untuk menghilangkan keberadaanya yang menyembunyikan diriku. Dia memberikanku pita rambutnya padaku. Dan aku menjaganya sepenuh hati.
Luka-luka yang dulu sering menghiasi tubuhku seperti gambar di buku hias, perlahan menghilang. Dia yang melakukannya. Dengak kasih sayangnya semua lukaku yang di tubuh maupun di hatiku menghilang.
Tapi kadang aku merasa tidak enak. Bisakah ini bertahan selamanya?
Aku tidak ingin mimpi ini menghilang.
****
Disaat dia menunjukkan wajah yang sedih aku menepuk pelan pundaknya sambil merapal mantra.
"Hocus pocus." Aku bernyanyi riang menyemangatinya.
"Apa itu?" dengan lugu dia bertanya.
"Mantra yang akan membuatmu bahagia. Ayo kita nyanyikan bersama."
Dan aku berhasil melenyapkan kegelisahannya.
Semenjak itu, saat dia sedih, gelisah, takut aku akan selalu melantunkan mantra tersebut kepadanya. Dan dia akan terseyum kembali menjawab mantraku.
"Ayo sayang, makan malam kali ini adalah sup kesukaanmu."
Dengan kaki kecilnya dia berlari menuju meja makan. Sekali lagi senyum hangatnya membuat beban di hatiku hilang. Semua rasa lelah dan takut menghilang.
Aku tidak akan pernah peduli walau dunia menjadi musuhku. Asal dia mau tersenyum dengan hangat, duniaku akan terus berputar.
Apapun akan kulakukan agar senyumnya terkembang. Walau aku harus mengotori tanganku dengan kejahatan. Ini demi dirinya.
****
Awalnya kupikir tidak ada yang akan mendengarku. Selamanya aku akan seperti ini, hidup dalam ketidak bahagiaan.
Namun dia datang. Siapa dia? Aku tidak tahu. Tapi dengan lembut dia membawaku dalam kebahagian.
Dia mengajariku kebahagian, kelapangan hati, kebaikan, dan sup hangat. Semua hal yang tidak pernah papa ataupun mama ajarkan padaku.
Disaat aku mengingat orang tuaku, kesedihan dan ketakutan terus menggentayangiku. Lalu aku bernyanyi melantunkan mantra seperti dirinya.
"Hocus pocus." Semua perasaan sesak itu menghilang.
"Hocus pocus." Dia ikut bernyanyi bersamaku. "Akhir dari sebuah mimpi buruk."
"Hocus pocus. Semua adalah kisah menyedihkan dan kebohongan."
"Hocus pocus. Aku tidak ingin kau menangis, jadi tersenyumlah. Akan kunyanyikan mantra untukmu. Hocus pocus."
"Jika aku mempercayainya, mereka akan nyata. Melantunkan mantra sepertimu. Hocus pocus." Aku tersenyum bersamanya.
Dan mantra 'sihir kebohongan' terus melantun di rumah sederhana kami malam itu.
Walau kebohongan adalah dasar kebahagiaan kami, tapi aku tidak peduli. Karena bersamanya duniaku sudah berwarna. Aku akan tetap tersenyum untuknya. Untuk semua kebaikannya.
Walau dunia adalah musuhku dan menentang kebahagiaanku, aku tidak peduli. Waktuku dengannya akan terus berdetik.
Tuhan kumohon, izinkanlah sihir kebohongan ini bertahan selamanya.
*****
Tapi tidak ada yang namanya abadi. Begitu pula sihir kebahagiaan.
Walau wanita itu berniat menyelamatkan gadis kecil itu, tapi tindakannya tetap disebut kejahatan. Dia telah menculik gadis kecil itu dari orang tuanya.
Satu tahun, Tuhan hanya memberi mereka satu tahun untuk bersama.
Wanita itu ditangkap di rumah sederhana mereka. Kedua tangannya diborgol. Gadis kecil hanya menangis melihatnya. Wanita itu telah dibawa pergi darinya.
Namun wanita itu tidak terlihat kecewa. Dengan senyuman lebar dia melihat gadis itu.
"Sekarang aku yakin, dia akan bahagia." Dengan tenang dia berkata. "Ini yang terbaik bagimu, gadis kecilku."
Dan wanita itu pergi.
Gadis kecil hanya bisa menangis. Tapi dia yakin bahwa mereka akan tersenyum bersama lagi.
Setelah wanita itu diatangkap, penyelidikan dilakukan. Dan publik mengetahui kebenarannya.
Wanita itu menculik gadis itu untuk menyelamatkannya dari tindak kekerasan orang tuanya. Semua kejahatan mereka tersebar dengan cepat. Kini publik lebih bersimpat kepada gadis kecil dan si wanita.
Karena itulah hukuman wanita itu diringankan. Sedangkan kedua orang tuanya mendapat balasan setimpal.
Dalam waktu limat tahun mereka tidak bersama. Tapi Tuhan tidak pernah melupakan hambanya, dia mengembalikan kebahagiaan mereka.
Mereka kembali hidup bersama. Pengadilan memberikan hak asuh gadis itu kepada si wanita. Publik memberi apresiasi kepadanya.
Kini mereka yakin untuk bahagia bersama tanpa sihir kebohongan lagi.
Dihari di mana wanita keluar dari penjara, gadis kecil yang telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan ceria telah menunggunya di depan gerbang. Wajahnya dihiasi denga senyum lebar yang menawan.
"Akhirnya kita berjumpa lagi."
"Ya. Lima tahun aku tidak melihat gadis kecilku." Kata wanita sambil mengacak ringan rambutnya.
"Mari kita tersenyum bersama lagi!" gadis itu berseru.
"Tentu! Dengan mantar sihir, kita sebar kebahagian. Kau masih ingat mantranya?"
"Tentu!"
"Hocus pocus!" kata mereka kompak.
-----------------------------------------------------------
Wah.
Bukankah itu menyenangkan? Bisa bahagia bersama?
Aku juga ingin bahagia bersama orang yang kusayang.
'Sesuatu yang diniatkan untuk kebaikan pasti akan berakhir baik pula.'
Sepertinya ungkapan itu ada benarnya.
Bagaimana denganmu? Sudahkan kau bahagia?
Atau sudahkah kau bagikan kebahagianmu pada yang lainnya?
Oh iya, cerita kali ini pun adalah kisah yang dilagukan, loh.
Sampai jumpa lagi teman.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top