Mama
Aku masih ingat meletakkan sebuah surat kecil untuk Mama yang tergeletak dengan usus tercecer di lantai. Setelah meletakkan surat kecil itu di perut Mama, aku memainkan usus-usus Mama. Baru tahu jika ternyata usus manusia sangatlah panjang. Aku menariknya untuk mengukur panjangnya, dan terbukti benar-benar panjang.
Ada suara mengerang kecil saat kutarik ususnya, mungkin Mama memanggil Papa yang di dapur sedang sibuk mencuci pisau. Kupanggil Papa yang langsung menghampiriku begitu kukatakan jika Mama memanggilnya.
Senyum Papa membuatku ingin tersenyum juga.
"Ayo kita bermain lagi," ajak Papa.
Aku mengambil mainanku di dapur, tapi kata Mama itu garpu yang dipakai untuk makan. Papa juga mengambil sebuah jarum dan benang.
Aku menusuk-nusuk dada Mama dengan garpu, Mama lucu sekali, dia terus mengerang. Tampaknya, Mama bahagia.
Papa menjahit mata Mama yang membuatnya mengerang lebih kencang. Kami tertawa melihat Mama. Aku mengeluarkan isi perut Mama yang ternyata banyak sekali isinya. Keren.
"Sayang, kamu tidak boleh terlalu berisik jadi kujahit ya bibirmu," ucap Papa padahal Mama sudah diam dan tidak bersuara.
Usai bermain, Papa menggendong Mama ke kamar di bawah tanah. Aku mengikuti Papa, di sana banyak sekali Mama yang sedang tertidur nyenyak. Aku suka sekali menulis surat dan memberikan ke Mama sebelum mereka tidur nyenyak.
"Ayo dibereskan semuanya. Kita harus mencari Mama baru."
Oleh Leo_Dominica
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top