[BAB 4]


Paul terbangun dari tidurnya yang cukup lelap. Entah mengapa, setelah dia berhasil masuk--dekat dengan sang pembunuh keji, bukannya dirinya merasa takut dan berjaga-jaga, tapi malah merasa sangat bersemangat.

Kemarin dirinya berhasil meyakinkan Gregory bahwa dia sangat membutuhkan bantuan pria itu, karena Earl of Mercia akan membunuhnya jika dirinya tidak menerima pria brengsek itu. Tentu saja, bukan tanpa alasan Paul melibatkan Earl of Mercia dalam membuat dirinya masuk ke dalam estat Gregory dan mencari celah untuk mencari sang pembunuh itu. Tapi, ini memang salah satu bagian dari misinya--dari Binardo.

"Aku ingin kau menjalankan dua misi dalam satu waktu, Paul! Masuk ke dalam estat Gregory dan menyakinkan pria itu bahwa kau diancam akan di bunuh oleh Earl of Mercia, suruh dia menangani protistusi yang dilakukan oleh lord tersebut, setelah itu buat dia harus melindungimu." ucap Binardo malam itu--sebelum Paul lari menuju estat Gregory.

"Untuk apa dia melindungiku?" tanya Paul, saat itu.

"Buat dia mempercayaimu dan buat dirimu bisa menetap di sana. Lalu lakukanlah misimu untuk mencari siapa sang pembunuh itu secara perlahan. Buat rencanamu sebersih mungkin tanpa bantuanku, jika kau tidak ingin Jareth mengacaukan misimu! Tapi, jika kau membutuhkan bantuanku, kau bisa mengirimkan surat padaku, My Lady!"

Sekarang Paul harus bersiap-siap untuk menyaksikan salah satu misinya akan segera terlaksana tanpa mengotori tangannya sendiri. Dan tentu saja, itu semua atas bantuan Gregory. Tanpa Gregory, mungkin Paul akan mengotori tangannya dalam waktu sangat cepat--dan dia tak mau itu terjadi. Dirinya akan mengotori tangannya hanya untuk pembunuh keluarganya--dan lain hal untuk misi yang lainnya. Dia akan memastikan, misi-misi yang lain akan dia lakukan bukan langsung dengan tangannya, tapi melalui tangan orang lain.

Seorang pelayan masuk ke dalam kamarnya dengan wajah sedikit terkejut, namun keterkejutannya hilang dalam sekejap dan dengan perlahan, pelayan itu mendekati Paul dan sedikit membungkuk.

"Anda sudah bangun, My Lady? Mari saya bantu membersihkan diri," ucap pelayan itu.

"Eem ... apa?" Paul tergelak mendengar penuturan yang diucapkan oleh pelayan itu. Membantu membersihkan diri?-- Paul menatap pelayan itu mengerutkan keningnya.

"Kenapa Anda terlihat terkejut, My Lady?" tanya pelayan tersebut.

"Bukan ... bukan seperti itu maksudku," ucap Paul sedikit tergagap.

Aku bahkan sudah cukup lama tidak dilayani. Tapi, bagaimana jika sekarang aku harus dilayani kembali, sementara ... tidak! Tidak boleh ada yang menyentuh tubuhku!--pikirnya.

"... aku hanya merasa tidak nyaman dilayani oleh orang asing seperti dirimu. Bisakah kau cukup melayaniku dengan menyiapkan air mandiku saja? Aku tak bisa membiarkan orang
yang masih terasa asing bagiku, untuk melayaniku secara berlebihan. Apalagi, saat ini aku masih menjadi tamu yang belum resmi dan tidak terhormat," ucap Paul disisipkan dengan nada penyesalan.

"Baiklah, My Lady. Aku akan menyiapkan air mandimu," ucap pelayan itu, kemudian pergi memasuki kamar mandi dan mulai mengerjakan tugasnya.

🎭🎭

Paul melihat Gregory dan semua keluarganya berkumpul di meja makan. Pelayan yang sejak tadi menungunya di luar kamar selama dia mandi, berpakaian dan merias diri dengan sederhana, kini melepas Paul untuk berjalan sendiri ke meja makan setelah mereka berdua mencapai tangga terakhir--yang langsung masuk ke lantai ruang makan.

Gregory yang melihat Paul berjalan mendekat, langsung berdiri dari kursinya dan menghampiri Paul dengan senyuman hangat. Zelena sedikit tercengang dengan apa yang barusan saja dilihatnya.

Gregory--anaknya itu, tersenyum hangat?

Zelene mengikuti arah kemana Gregory berjalan. Ternyata anaknya sedang menarik lengan seorang wanita muda dan menggandengnya menuju ke arah meja makan--tempat di mana mereka sedang menikmati sarapan pagi.

Dia mengamati perlakuan Gregory terhadap wanita muda yang bersamanya itu. Anaknya menarik kursi dan membiarkan wanita itu duduk tepat di sampingnya--dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

Zelene mengangkat kedua ujung bibirnya, tersenyum tipis. "Wah ... siapa wanita muda yang berada bersama kita di sini, Gregory?"

"Biar saya memperkenalkan diri, Ma'am," ucap Paul, karena Gregory memang sengaja menutup mulutnya--atas keinginan Paul sendiri.

"Baiklah," jawab Zelene.

"Aku mengenalnya, Ibu! Dia Lady Aldercy, yang semalam aku ceritakan pada Ibu," ucap Erika, memotong dengan semangat.

Mata Zelene berbinar. "Benarkah?"

"Karena My Lady sudah memperkenalkan saya, sepertinya saya tidak perlu memperkenalkan diri lagi," ucap Paul dengan sopan.

"Sebaiknya kita menghabiskan sarapan terlebih dahulu, sebelum kita mengintrogasinya," ucap pria berumur--seperti Binardo, namun pria itu cukup gemuk dan dia yang duduk diujung meja makan, menginterupsi kehebohan yang diciptakan istri dan anaknya dengan suara dingin.

Paul kemudian mengalihkan pandangannya kepada pria berumur yang gemuk itu, menatap pria itu dalam diam-- sementara dirinya mengikuti sarapan pagi keluarga Gregory yang dilakukan secara hening tersebut.

Beberapa menit kemudian, Erika menutup sarapannya, namun tidak mengambil makanan penutup. Wanita yang lebih muda itu, menatap Paul dengan senyum sumringah dan sangat bersemangat.

Gregory yang melihat Paul merasa risih akan tatapan yang diberikan oleh adiknya, Erika, langsung berdehem menghentikan kelakuan adiknya.

"Jangan menatapnya seperti itu, Erika!" tegur Gregory.

"Kalian sangat serasi," ucap Erika dengan bangga. "Akhirnya kakakku akan menikah."

"Kau terlihat sangat kekanakan, Erika! Kemana sopan santunmu terhadap seorang tamu?" tanya Gregory.

"Sesungguhnya bukan seperti itu, My Lady," ucap Paul, sedikit memotong-- tapi, tetap menjaga perilakunya. "Aku datang ke sini hanya untuk melamar sebuah pekerjaan."

"Seorang lady terhormat ... melamar pekerjaan?" tanya suara berat dan terdengar mengintimidasi. Bukan! Itu bukan suara Gregory. Itu adalah suara pria gemuk yang sudah berumur, ayah Gregory-- Duke of Ailesbury.

"Oh, maafkan aku, Your Grace," ucap Paul dengan suara pelan. "Jika Anda berkenan, bisakah Anda menerimaku bekerja sebagai governess untuk putri Anda?"

"Apa maksudmu, Lady Aldercy?" tanya Zelene, bingung.

"Sejujurnya, aku datang ke sini dengan tujuan itu. Aku akan menjelaskan alasanya, tetapi aku juga ingin kalian merahasiakannya. Bisakah?" tanya Paul.

Semua yang berada di atas meja makan itu terdiam. Tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara, termasuk Zelene dan Erika-- yang tadinya sangat heboh.

Paul kemudian menatap pria berumur itu, yang juga sedang menatapnya dengan dingin. "Berikan penjelasanmu!"

"Aku melarikan diri dari estat ayahku. Seseorang berusaha membunuhku karena aku tidak menerima lamarannya. Jadi, agar tidak menimbulkan skandal lebih buruk daripada itu, aku melarikan diri ke estat ini dan mencari pekerjaan. Yang aku tahu pasti, kalian sedang mencari seorang governess untuk putri kalian. Benar, bukan?" tanya Paul.

Mata hitam legam milik pria berumur gemuk itu, masih setia menatap Paul dengan dingin--sebaliknya berbeda pula dengan Paul, wanita itu juga menatap pria berumur yang gemuk itu, bukan dengan dingin, tapi dengan senyuman yang sangat tipis--tak dapat terbaca oleh pria berumur gemuk itu.

"Iya ... kau benar, My Lady," ucap Gregory, memutus kontak mata antara Paul dan ayahnya. "Aku semalam yang memberitahukan padanya bahwa kita membutuhkan seorang governess untuk Erika, Ayah. Jadi, dia mengetahui informasi itu dariku."

Pria berumur itu menghela napas sedikit panjang. "Baiklah, kau bisa bekerja di sini!" ucapnya. "Hanya sampai kami mendapatkan governess yang sebenarnya."

"Terima kasih, Your Grace," ucap Paul.

Baiklah, rencanamu masuk lebih dalam berhasil Paul!

🎭🎭

Rencana Jareth untuk menyusul Paul, gagal akibat perintah Binardo yang menyuruhnya membereskan misi yang lebih penting dari mengejar Paul ke estat Gregory dan mengacaukan misi wanita muda itu.

Menggeram frustasi dan mengacak rambut, dia akhirnya berteriak. "Arghhh ... kenapa dia sangat keras kepala?"

Binardo tiba-tiba membuka pintu kamar Jareth. "Apa yang terjadi padamu? Bukannya kau harus melaksanakan misimu, J-SA 500? Kau tahu bukan, misimu ini akan mempengaruhi nasib Paul yang sekarang ada di dalam kubu pembunuh itu."

"Kenapa kau membiarkanya masuk ke dalam lubang berbahaya itu, Binardo? Apa yang kau pikirkan?" tanya Jareth dengan nada frustrasi.

"Dia yang ingin mencari pembunuh itu sendiri. Lantas, kenapa aku harus menahannya?" tanya Binardo. "Jika kau tidak cukup mempercayai Paul, kau artinya sama saja seperti pembunuh itu, menyiksanya dalam batin yang berkepanjangan."

"TAPI TIDAK DENGAN CARA MENERJUNKANNYA DALAM BAHAYA!" bentak Jareth, geram--tidak mampu lagi menahan rasa khawatirnya kepada wanita muda yang selama ini ada bersamanya.

Paul, wanita yang kini telah berhasil kembali membuka hatinya. Wanita itu berhasil membuatnya menjadi setengah napas dari bagian kehidupannya. Dia tidak ingin kehilangan Paulina Rowlins.

Demi Tuhan! Dia sungguh mencintai Paul, walaupun wanita itu tidak merasakan perasaan yang sama sepertinya. Bahkan wanita itu tidak tahu sama sekali bagaimana perasaan dirinya terhadapnya.

"Aku tidak menerjukannya dalam bahaya. Paul sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Aku tidak mungkin membiarkan hal buruk terjadi padanya," jawab Binardo.

"Lalu, jika kau tidak ingin terjadi hal buruk padanya, kenapa kau membiarkannya pergi, huh?" tanya Jareth, tak mengerti.

"Percayalah, dia akan baik-baik saja!" ucap Binardo. Pria berumur itu kemudian tersenyum kecil. "Aku tahu kau menyayanginya lebih dari dirimu sendiri, Jareth." Binardo menekan nama 'Jareth' dalam akhir kalimatnya. "Jadi, jika kau ingin semuanya berjalan dengan mulus, lakukan semua apa yang sudah kurancangkan untuk keselamatan kita semua! Kau bisa?"

"Aku akan membunuhmu jika sesuatu terjadi kepada Paul, Binardo!" ucap Jareth dengan nada sinis.

"Silakan," jawab Binardo. Pria berumur itu kemudian tersenyum. "Jika itu terjadi, aku rela kalau aku harus mati di tanganmu. Karena jika Paul mati, aku juga takkan sanggup hidup di dunia ini lagi. Tapi, ada satu hal yang perlu kau tahu ...,"

Binardo sengaja memberi jeda pada ucapannya, membuat Jareth semakin mengeram. "Sialan! Beritahu aku apa itu, Binardo!"

"Setelah menyelesaikan misimu, segeralah berlari kepada Paul dan membantunya dengan jarak dekat. Karena, aku tak bisa menjanjikan hati Paul akan merajai dendamnya tersebut selamanya," ucap Binardo.

"Apa maksudmu?" Jareth lagi-lagi mengeram.

"Aku juga tak tahu. Tapi ... siapa tahu, sesuatu malah membuatnya berhenti di tengah jalan."

🎭🎭🎭

[040417]

Segini aja dulu yak, up-nya gatau kapan lagi sih, kemungkinan sesuai jadwal dah. Tapi, doakan saja lebih cepat yak biar cepat kelar cerita ini di bulan ini 😅

Terimakasih sudah membaca dan semoga memuaskan 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top